Technology-Indonesia.com – Pelestarian sumber daya alam membutuhkan peran semua pihak. Tak hanya para periset, Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut memberikan sumbangsihnya melalui Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam. Tujuannya, untuk menyempurnakan pengetahuan dengan melihat dari perspektif agama.
Kepala Pusat Riset Penginderaan Jauh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (PRPJ ORPA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rahmat Arief menyampaikan hal tersebut pada Webinar BRIN Bincang Penginderaan Jauh 2023 (BRINder) Series ke-19 bertajuk Peran Penginderaan Jauh dalam Pelestarian Lingkungan dan Sumber Daya Alam, pada Jumat (25/8/2023).
“Peran PRPJ pada pelestarian lingkungan hidup dan SDA, yaitu terkait kebakaran hutan, seperti pencegahan kebakaran, identifikasi titik panas kebakaran, estimasi luas kebakaran, dan sebaran asap kebakaran. Kemudian, penurunan tanah di Pantura, serta yang terkini pencemaran udara di sekitar Jabodetabek,” tambahnya.
Peneliti Ahli Madya PRPJ BRIN Ety Parwati, memaparkan mengenai peran Data Penginderaan Jauh dalam Pelestarian Lingkungan dan Sumber Daya Alam dengan lebih spesifik pada kualitas air dan penanganan sampah laut.
“Mirisnya, data menyebutkan pada 2010 Indonesia menjadi peringkat kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik di dunia. Pemerintah Indonesia sudah berusaha dan berkomitmen menangani masalah sampah laut terutama plastik. Sayangnya, masih terjadi pencemaran lingkungan oleh masyarakat,” tutur Ety.
Secara geografis, pada umumnya alur pencemaran berawal dari sampah yang dihasilkan di pemukiman penduduk sekitar sungai dan mengalir hingga ke laut.
Banyak yang tidak menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan sangat buruk terhadap lingkungan, karena sampah tersebut dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup di laut. Perlu adanya konsep pengendalian sampah di laut yang lebih strategis dan tepat sasaran.
“Kita membutuhkan peran Satelit Penginderaan Jauh, karena memiliki keunggulan dalam pengumpulan data, yaitu cakupannya luas, perolehan konsisten, near-real time, biaya relatif murah, faktual dan aktual, serta terukur,” ujar Ety.
“Pemanfaatan parameter kualitas air menjadi kata kunci untuk stabilitas lingkungan. Melalui penggunaan data penginderaan jauh dalam deteksi Muatan Padat Tersuspensi (MPT), dapat terukur kualitas airnya termasuk kategori tercemar atau tidak,” imbuh Ety sambil menunjukkan data yang ada di beberapa daerah di Indonesia.
Ety menekankan, meskipun sampah plastik menjadi masalah yang kompleks, namun kita tetap perlu membangun mitigasinya. Sebagai contoh, pihaknya telah melakukan penelitian untuk mendeteksi sampah plastik.
“Kami juga mencari lokasi yang banyak menimbun sampah untuk dilakukan observasi. Hal ini untuk dijadikan penentuan solusi penyelesaian masalah sampah tersebut. Intinya, berbagai kegiatan penelitian yang telah dan sedang dilakukan, bertujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem laut dan lingkungan,” tandas Ety.
Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam-MUI Hayu Prabowo menyampaikan, kita sebagai manusia harus menjaga seluruh yang ada di bumi ini. Sebaik-baik manusia adalah yang dapat bermanfaat untuk yang lain, termasuk alam.
“Pada dasarnya, manusia bersifat Antroposentris yaitu prinsip manusia yang berkuasa dan bersifat ego terhadap alam. Sekarang, saatnya kita mengubah ego menjadi eco (Ecosofi) yaitu prinsip yang memupuk hubungan interaksi dengan alam semesta melalui dimensi intelektual dan spiritual,” jelas Hayu.
Kenapa bumi sekarang terjadi seperti ini? Jawabannya, karena kegiatan ekonomi yang kita lakukan dalam memanfaatkan hasil bumi terlalu rakus dan ekstraktif. Padahal bumi mempunyai batas daya dukung, dan daya tampung, serta ada saatnya bumi akan kritis atau rusak permanen.
“Paradigma bisnis berkelanjutan yang perlu dibangun bersama adalah Triple Bottom Line (People, Planet, dan Profit). Jadi, diharapkan tidak hanya lagi melihat profit dari segi ekonomi saja, tetapi juga dari aspek sosial dan lingkungan,” imbuh Hayu.
Sebagai ulama, Hayu bersama-sama dengan pemuka agama yang lain turut serta mengatasi permasalahan lingkungan. MUI telah menghasilkan berbagai macam fatwa tentang lingkungan hidup dan SDA, antara lain hukum pembakaran hutan dan lahan, pelestarian satwa langka, pertambangan ramah lingkungan, daur ulang air, pengelolaan sampah.
“Kemudian pendayagunaan ZISWAF untuk pembangunan sarana air dan sanitasi masyarakat. Setelah adanya fatwa tersebut, disusunlah pedoman dan kumpulan khutbah yang digunakan untuk sosialisasi kepada masyarakat,” tutupnya. (Sumber brin.go.id)