Sasori, Teknologi Sonar Berbasis Sensor Ultrasonik Untuk Deteksi Terumbu Karang

Jakarta, Technology-Indonesia – Status terumbu karang di Indonesia yang kondisinya sangat buruk menurut data Pusat Penelitian Oseanografi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P20-LIPI) tahun 2017 sebesar 35,15%. Saat ini, terumbu karang dalam kondisi baik hanya sebesar 6,39 % dari 500 lebih jenis terumbu karang di Indonesia yang luasnya 25.000 km2.

Permasalahan tersebut disebabkan oleh faktor alami yaitu naiknya suhu laut akibat fenomena anomali cuaca El-Nino, pemanasan global, dan pollution. Serta, faktor manusia yaitu para wisatawan yang snorkling menggunakan fin, memegang terumbu karang dan meninjak terumbu karang untuk mendapatkan hasil foto yang bagus. Pendataan status terumbu karang juga sulit dan membutuhkan waktu yang kurang efekif.

Salah satu wujud penyelesaian masalah tersebut adalah dengan membuat alat detektor status terumbu karang yang terhubung dengan jaringan internet sehingga lebih mudah dan efektif. Seperti yang dilakukan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam Tim Sasori dipimpin oleh Himmatul Ulya Alfaratri Syachofina dari Fisika, dengan anggota Nur Aini Gama Lestari dari Fisika, dan Wendy Cahya Kurniawan dari Teknik Elektro.

Tim Sasori dari Universitas Negeri Malang

“Kami membuat alat detektor status terumbu karang yang terhubung dengan jaringan internet dalam bentuk hardware dan software berbentuk web. Setiap data yang diterima dari sensor akan diolah langsung di web tanpa memasukkan data secara manual. Web tidak hanya untuk mengolah data, melainkan ada konten-konten mengenai terumbu karang,” ucap Himmatul dalam siaran Pers yang diterima Technology-Indonesia.com, Minggu (3/6/2018).

Sasori dirancang untuk mempermudah para pengamat atau peneliti dalam mendata dan mendeteksi status terumbu karang di Indonesia. Rancangan ini dilengkapi teknologi sonar yang berbasis sensor ultrasonik sehingga mampu membedakan terumbu karang yang kondisinya sangat baik, baik, cukup, buruk dan sangat buruk, berdasarakan gelombang frekuesi yang dipantulkan.

Alat ini didesain mengapung sehingga tidak perlu melakukan penyelaman ke dasar laut untuk mengontrol kondisi terumbu karang. Cukup meletakannya dipermukaan laut, sensor akan bekerja mendeteksi. Hasil deteksi secara otomatis masuk ke dalam web Sasori. Himmatul mengklaim, hal ini menjadi keunggulan Sasori dari metode-metode yang digunakan selama ini.

“Tak hanya itu, Web Sasori juga memfasilitasi pengguna dengan pembuatan alat, terumbu karang, monitoring terumbu karang dan question and answer. Web Sasori dapat diakses oleh semua kalangan,” terangnya.

Tim yang mengemban tugas dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang karsa cipta tahun 2018 tersebut mengungkapkan nantinya kegiatan ini tidak saja berhenti pada capaian dalam bentuk hardware dan software detektor status terumbu karang. Ke depan, Tim Sasori berencana membuat komunitas terumbu karang Sasori, sehingga dapat diimplimentasikan pada masyarakat.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author