TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mematangkan program persiapan dekomisioning reaktor riset nuklir. Langkah ini memerlukan persiapan matang demi menjamin keselamatan dan keamanan lingkungan.
Untuk persiapan itu dilakukan dengan kegiatan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan menggandeng para pakar nuklir dari International Atomic Energy Agency (IAEA).
Tiga pakar yang dihadirkan oleh IAEA adalah Vladimir Michal (Ketua Tim Dekomisioning di Departemen Energi Nuklir IAEA), Con Lyras (profesional dari Australian Nuclear Science and Technology Organisation/ANSTO), dan Reka Szoke (ahli dari Institute for Energy Technology (IFE) – Norwegia yang berkontribusi di bidang dekomisioning nuklir dan manajemen limbah radioaktif).
Hal ini dilakukan dalam rangka Expert Mission on Capacity Building for Decommissioning of BRIN Research Reactors, yang mulai berlangsung di Kawasan Sains Teknologi BJ Habibie, Tangerang Selatan, Senin (17/3/2025). Kegiatan meliputi kunjungan ke Reaktor Riset Nuklir Serpong dan Bandung, serta ditutup di kantor BRIN Jakarta Thamrin.
Pertemuan pembuka yang berlangsung di KST BJ Habibie, Serpong, berfokus pada peninjauan status reaktor riset nuklir dan program dekomisioning BRIN. Seperti yang diketahui bahwa dekomisioning reaktor nuklir merupakan proses penghentian permanen dan pembongkaran fasilitas reaktor nuklir setelah masa operasionalnya berakhir.
Technical Cooperation National Liaison Officer (TC-NLO) Indonesia untuk IAEA, Totti Tjiptosumirat menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari hasil IAEA Peer Review Mission pada tahun 2022.
Dalam peninjauan tersebut, IAEA merekomendasikan peningkatan kapasitas SDM untuk mendukung persiapan dekomisioning reaktor riset di Indonesia. “Misi tenaga ahli ini bertujuan mendukung peningkatan kapasitas SDM dalam menghadapi program dekomisioning di masa depan,” jelas Totti.
Diskusi lanjutan melibatkan pembahasan program peningkatan kapasitas (capacity building), diawali dengan penyampaian materi tentang kemajuan tindak lanjut dari rekomendasi IAEA pada kegiatan Peer Review Mission sebelumnya pada tahun 2022 dan penyampaian topik kebutuhan BRIN dalam peningkatan kapasitas untuk persiapan dekomisioning oleh Rachmat Triharto.
Pembahasan mengenai pendekatan siklus hidup terhadap pengelolaan limbah dekomisioning disampaikan oleh Con Lyras. Sementara Reka Szoke memaparkan pentingnya Knowledge Management in Nuclear Decommissioning.
Vladimir Michal menegaskan bahwa dekomisioning merupakan tahapan akhir yang tak terelakkan dari siklus hidup fasilitas nuklir. Ia menyoroti pentingnya perencanaan yang aman dan terukur secara teknis.
“Kami memberikan saran terkait perencanaan dekomisioning, estimasi biaya, hingga pelaksanaan teknisnya. Selain itu, kami juga menyoroti aspek penting lainnya seperti manajemen pengetahuan, pengembangan SDM, serta penggunaan teknologi canggih seperti teknologi 3D untuk mendukung perencanaan masa depan, manajemen limbah radioaktif dan bahan bakar bekas dari reaktor riset,” jelas Vladimir.
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, Syaiful Bakhri, menegaskan bahwa dekomisioning adalah tahapan yang tak terhindarkan. “Mau tidak mau, reaktor riset kita akan mencapai akhir masa operasinya dalam 10, 20, atau 30 tahun mendatang,” ujarnya.
Untuk menghadapi tantangan ini, BRIN menyoroti beberapa aspek penting, yaitu: Pengembangan sumber daya manusia (SDM), Teknologi dan metodologi yang dibutuhkan, Pendanaan dan perencanaan keuangan, serta Peningkatan fasilitas pengelolaan limbah radioaktif.
Hendra Adhi Pratama, anggota Tim Pakar Pendamping Peer Review IAEA yang juga bertindak sebagai host kegiatan, menjelaskan bahwa fokus utama adalah persiapan dekomisioning reaktor riset BRIN, terutama Reaktor Triga Bandung yang merupakan reaktor riset pertama dan tertua di Indonesia.
Diskusi selanjutnya terkait dengan perencanaan penelitian dan peningkatan fasilitas pengelolaan limbah radioaktif sebagai persiapan penanganan limbah yang akan dihasilkan dari kegiatan dekomisioning reaktor. Pakar dari IAEA menyampaikan berbagai pengalaman praktis negara lain dalam melakukan dekomisioning reaktor nuklir. Indonesia tidak sendiri yang menghadapi tantangan ini.
Melalui kegiatan ini, BRIN diharapkan mampu meningkatkan kesiapan nasional dalam menghadapi tantangan dekomisioning reaktor riset di masa depan serta mengelola limbah radioaktif dengan standar keselamatan internasional. (Sumber brin.go.id)
BRIN Gandeng Pakar IAEA untuk Persiapan Dekomisioning Reaktor Riset Nuklir
