
Jakarta, technology-indonesia.com – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus berupaya mencegah masuknya paham radikalisme dalam kehidupan kampus di Indonesia. Salah satunya melalui sosialisasi dan deklarasi antiradikalisme.
“Deklarasi antiradikalisme sudah kami lakukan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Tanggal 16 Juni nanti untuk Indonesia bagian timur mulai dari Maluku,Sulawesi, Ambon, dan Papua akan bersama-sama melakukan deklarasi,” kata Menristekdikti Mohammad Nasir saat acara Silaturahim dan Berbuka Puasa Bersama di rumah dinasnya, Jalan Widya Chandra IV, Jakarta Selatan, Sabtu (10/6/2017).
Acara ini dihadiri pejabat eselon I, II, dan III di lingkungan Kemenristekdikti serta LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian) dibawah Kemenristekdikti seperti LIPI, Bapeten, Batan, BIG, BSN, dan Lapan. Silaturahim juga dihadiri para mitra terkait dan beberapa rektor perguruan tinggi.
Menristekdikti mengatakan di perguruan tinggi ada banyak mahasiswa kelompok remaja yang sangat resistan terhadap perubahan yang sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan. “Ini harus kita jaga dengan pendampingan dan advokasi yang baik. Mudah-mudahan tidak akan muncul radikalisme di kampus,” lanjutnya.
Menurut Nasir, selain mengemborkan masalah anti terorisme atau radikalisme, untuk melawan paham radikalisme harus dilakukan dengan berbagai kegiatan. “Di luar bulan Ramadhan biasa kami lakukan dengan Nusantara Mengaji, Kampus Bersholawat, olahraga dan sebagainya,” terang Nasir.
Bagi para pengajar pencegahan pengaruh radikalisme dilakukan dengan bela negara dan wawasan kebangsaan dengan menggunakan general education melalui Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
“General Education dilakukan untuk memberikan wawasan dan menanamkan patriotisme serta nasionalisme dengan menjaga empat pilar kebanggsaan yaitu NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan kebhinekaan,” ungkap Nasir.
Selain menanamkan anti radikalisme, Menristekdikti menghimbau untuk menghindari narkoba karena akan merusak masa depan kehidupan bangsa.