JAKARTA – Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menggelar diskusi pengembangan industri bahan baku dan material maju di Indonesia, di Gedung II BPPT, Jakarta, Kamis (25/2/2016). Hasil diskusi akan menjadi masukan dalam penyusunan roadmap pengembangan industri material nasional.
Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristek Dikti, Jumain Appe mengatakan roadmap ini dibutuhkan untuk mendukung pengembangan ekonomi di berbagai sektor. “Roadmap ini diperlukan untuk menentukan fokus pengembangan agar sesuai dengan pembangunan nasional,” kata Jumain dalam diskusi yang dihadiri oleh perwakilan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK), lembaga litbang, LPNK, perguruan tinggi dan asosiasi industri
Menurut Jumain, Indonesia memiliki berbagai hasil teknologi dan produk yang sebenarnya sudah siap diindustrikan untuk mendukung industri nasional. “Kalau kita ingin hasil teknologi itu menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa, kita perlu melihat kebutuhan industri pengolahan yang sedang berkembang,” lanjutnya
Untuk itu, sinergi antara kebutuhan industri dan apa yang dihasilkan oleh pemerintah sangat penting untuk dilaksanakan. “Kita perlu menentukan fokus ke arah mana nanti perlu dikembangkan supaya sesuai dengan rencana pembangunan nasional,” kata Jumain.
Di bidang kesehatan misalnya, memerlukan pengembangan program yang diharapkan bisa menghasilkan produk logam untuk substitusi berbagai kebutuhan industri. Seperti implan logam untuk industri alat kesehatan (alkes). Begitu juga di bidang pertahanan yang memerlukan material maju untuk memproduksi alat utama sistem pertahanan dan keamanan (alutsista).
Pengembangan bidang energi memerlukan barang-barang modal yang cukup besar seperti generator atau turbin. “Sebagian besar material tersebut kita impor. Ke depan, bagaimana agar tingkat kandungan dalam negeri bisa tingkatkan dengan membangun industri-industri material dan bahan baku,” lanjutnya.
Pengembangan roadmap ini bertujuan agar pemerintah bisa memberikan insentif baik dari Kemenristek Dikti maupun kementerian lain. “Jangan berpikir yang cepat satu dua tahun, tapi lima sampai sepuluh tahun ke depan. Kita harus berusaha membangun kemampuan industri bahan baku dan material dalam negeri agar kita bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri,” tegasnya.
Mengenai anggaran pengembangan, lanjut Jumain, jika membangun inovasi dari perguruan tinggi anggarannya antara 10-20M, tergantung skala yang akan dikembangkan. Anggaran dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bisa sampai 50 milyar untuk membangun prototype skala industri. “Kita juga bisa mengembangkan industri-industri pemula skala Industri Kecil dan Menengah (IKM) dengan insentif sistem yang lebih kecil,”kata Jumain.
Kemenristek Dikti akan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia dan asosiasi industri dalam mengembangkan skill up industri hilir untuk produk tertentu. “Kita berharap Universitas Indonesia bisa sebagai leading untuk pengembangan material di samping lembaga litbang yang ada,” ungkapnya.
Kemenristek Dikti juga akan membantu pengembangan logam dasar. “Ke depan kita akan mengembangkan berbagai advanced materials untuk teknologi masa depan seperti ICT dan hankam,” tegas Jumain.