BRIN Gandeng PT. Batavia Fokus Teknoplas Kembangkan Bioplastik dari Pati dan Bekatul

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk (PRBB) menjalin kerja sama dengan PT. Batavia Fokus Teknoplas (BFT) dalam meneliti dan mengembangkan bioplastik berbahan dasar pati dan bekatul.

Bioplastik merupakan jenis plastik yang dibuat dari bahan alami atau organik, seperti singkong, jagung, kentang, dan tebu. Karena, bahan-bahan tersebut merupakan bahan pangan, maka perlu alternatif bahan baku bioplastik selain sumber pangan.

Direktur PT. BFT Bella Mahpud mengatakan, ide untuk membuat bioplastik muncul saat dia sekolah di Inggris. Dari riset yang dia lakukan, sampah di Inggris banyak yang di ekspor ke negara-negara ASEAN, seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia.

“Karena plastik di sana tidak semuanya bisa didaur ulang. Kurang dari 10 persen plastik yang diproduksi dapat di-recycle, sisanya tidak bisa sama sekali,” ungkap Bella, di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Kamis (21/12).

Ide untuk membuat bioplastik dari bahan-bahan terbarukan seperti bekatul, singkong, dan jagung lahir setelah dia kembali ke Indonesia.

“Ide itu muncul karena, pertama, bioplastik di Indonesia masih tertinggal dibanding Thailand. Tetapi jika dibanding negara-negara barat, kita sangat inovatif, karena kita mempunyai sumber daya yang sangat melimpah,” katanya.

Kedua, lanjut Bella, anak-anak muda Indonesia banyak yang memiliki concern pengembangan bioplastik. Terbukti dengan banyaknya topik skripsi, tesis, dan disertasi tentang bioplastik.

Menurutnya, di Indonesia sudah banyak bioplastik dari singkong. Namun akselerasi keunggulan menggunakan bioplastik sendiri belum banyak.

“Dengan adanya BRIN yang terbuka pada startup yang mempunyai ide atau inovasi, bisa menjadi wadah. Karena startup itu mempunyai teori atau ide, namun tidak memiliki fasilitas untuk mengeksekusi. Diharapkan kerja sama dengan BRIN, kita bisa mengakselerasi,” harapnya.

Riset mengenai bioplastik sudah banyak dilakukan, tetapi riset yang memenuhi kondisi dan kebutuhan pasar untuk bisa mengakselerasi hilirisasi produk tersebut belum banyak.

Produk bioplastik diharapkan dapat diterima masyarakat luas atau user friendly dan holistik, bahkan menyasar ke produk-produk vital seperti Polietilena tereftalat (PET).

Kepala PRBB BRIN Akbar Hanif Dawam mengatakan, ekosistem bioplastik di Thailand sudah mendukung dan maju. “Tak hanya menghasilkan produk bioplastik, tapi mereka (Thailand) juga menyiapkan alat-alat produksinya,” ungkap Dawam.

Dirinya memberikan tantangan produk bioplastik untuk kemasan minuman. “Bisa tidak clarity bioplastik tetap terjaga dalam mingguan atau bulanan? Karena bioplastik berwarna butek, tidak akan menarik konsumen,” tutur Dawam.

Dawam menyarankan kerja sama ini tidak berhenti pada pembuatan piring dan gelas bioplastik seperti yang sudah ada, yang memiliki kelemahan di mana oksigen transmission rate-nya tinggi.

Sebagai informasi, konsumsi produk plastik Indonesia per kapita pada 2022 tercatat mencapai 22,5 kilogram. Sedangkan penggunaan plastik saat ini mendekati angka sepuluh juta ton per tahun.

Di sisi lain, bahan pembuatan plastik berasal dari minyak bumi. Sementara, cadangan minyak bumi Indonesia terus berkurang. Bahan plastik konvensional sulit terdegradasi. Pada akhirnya menyebabkan masalah lingkungan.

Bioplastik dapat menjadi alternatif untuk menggantikan plastik konvensional. Sifatnya mudah terurai sehingga ramah lingkungan. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author