Tingkatkan Produktivitas Jagung Nasional Melalui Pengelolaan Patogen Utama Tular Tanah

TechnologyIndonesia.id – Perubahan iklim berdampak untuk produksi kualitas pangan, termasuk jagung. Selain pangan, tanaman jagung bisa dimanfaatkan untuk pakan dan bahan baku industri. Perannya menjadi sangat strategis untuk membantu menopang dalam pengembangan agribisnis.

Tanaman jagung untuk mendukung ketahanan pangan masih menjadi prioritas utama dari program Riset Inovasi (Risnov) Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kepala ORPP BRIN, Puji Lestari menyampaikan hal tersebut di Acara Teras-TP #3 bertema: “Pengelolaan Patogen Utama Tular Tanah dan Produksi Benih Bermutu dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Jagung Nasional” yang digelar Pusat Riset Tanaman Pangan, ORPP BRIN, pada Rabu (17/4/2024).

Puji menambahkan, pada 2024 iklim jauh lebih panas dibandingkan tahun lalu. Pemanasan global ini dan akan terus berlanjut ke depan.

Harapannya meskipun ada perubahan iklim, pihaknya akan membantu memaksimalkan tanaman jagung untuk dukungan nasional. Terutama menghadapi berbagai tantangan yang ada, baik untuk menekan produksi dengan kuantitas ataupun kualitasnya.

“Tantangan ini timbul karena beban iklim pun berdampak juga dari faktor abiotik dan biotik, dimana penyakit berdampak pada hasil,” terang Puji.

“Untuk peningkatan produksi jagung ini harapannya kita swasembada secara berkelanjutan. Itu poin yang kita tekankan, namun secara fakta memang masih banyak kendala dan mungkin adopsi pengelolaan tanaman terpadu secara penuh. Kita harus cari solusinya,” tegasnya.

Dikatakan Puji, pathogen terutama tular tanah, menjadi topik bahasan para narasumber yang juga membahas produksi benih yang bermutu, sebagai salah satu usaha strategis dan inovatif.

Narasumber tak hanya dari BRIN, namun bekerja sama dengan narasumber dari swasta, bagaimana dengan dukungan tersebut akan melibatkan langkah-langkah untuk deteksi hingga pemanfaatan teknologinya.

Yudhistira Nugraha selaku Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN menyampaikan bahwa dalam sharing session TERAS-TP # 3 peningkatan produktivitas jagung nasional dilihat dari sisi bagaimana kita mengendalikan patogen utama tular tanah dan juga dihubungkan dengan produksi benih.

Kementerian Pertanian menetapkan pada 2024 produksi jagung nasional diharapkan bisa meningkat. Pemerintah juga telah membuat program upaya khusus untuk padi dan jagung.

“Jagung walaupun masih ada impor itu sangat terbatas dan bahkan masih ada potensi ekspor ketika ada panen raya jagung, hanya saja mungkin beberapa gejolak harga ketika memang produksi itu kurang masih dirasakan,” ungkap Yudhistira.

Bagaimana imbasnya juga terkait dengan peningkatan harga telur dan daging ayam, biasanya ada hubungan erat dengan kurangnya stok jagung sebagai bahan dari pakan ternak.

Biasanya akan berimbas kepada peningkatan harga dari telur ataupun ayam disamping tentunya kemarin peningkatan harga telur dan daging ayam disebabkan karena permintaan selama tahun baru dan hari raya.

Dikatakan Yudhistira, Indonesia dikenal sebagai negara tropis dan tentunya permasalahan utama dalam produksi di negara tropis adalah hama penyakit karena lingkungannya sangat menguntungkan untuk perkembangan hama penyakit.

Yudhistira pernah berdiskusi dengan produsen benih jagung terkait introduksi jagung dari negara-negara lain. Benih jagung tersebut harus sudah adaptif dulu di Indonesia karena tantangan serangan hama penyakit di Indonesia cukup tinggi dibanding di negara lain.

“Karena itu selain peningkatan ketahanan jagung dari sisi genetik juga bagaimana nanti dari sisi pengelolaan patogennya itu sendiri,” tuturnya.

Menurutnya, sharing session edisi ini kita akan membahas terkait patogen tular tanah. “Saya tidak tahu apakah ini akan jadi patogen yang akan menyebar luas seperti halnya penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora,” ujarnya.

“Kemudian di sisi produksi benih juga nanti mungkin bagaimana dihubungkan dengan pengendalian patogen ini karena pasti produksi benih juga sangat ditentukan dari kesehatan tanaman tentunya kalau tanamannya sehat, akan menghasilkan benih yang bermutu dan berkualitas,” tambahnya.

Pada sesi paparan, Peneliti Ahli Pertama Pusat Riset Tanaman Pangan, ORPP, Suriani mengungkapkan, salah satu penyakit tanaman jagung yang beberapa tahun terakhir ini mulai meresahkan petani di beberapa wilayah pengembangan jagung di Indonesia yaitu penyakit busuk batang yang disebabkan infeksi bakteri Dickeya zeae.

Sementara itu Hishar Mirsam Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Tanaman Pangan, ORPP BRIN, dalam paparannya menyampaikan materi tentang Fusarium verticillioides pada Tanaman Jagung di Indonesia: Karakteristik, Potensi Kerusakan, dan Teknologi Pengendaliannya.

Sementara dari luar BRIN, hadir pula Eko Widiastopo narasumber dari PT. Widji Nusantara Makmur (Winmar) yang memaparkan tentang Strategi dan Teknis Produksi Benih Jagung Hibrida dengan Segala Masalah dan Tantangannya. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author