TechnologyIndonesia.id – Astronom Indonesia, Itsna Choirul Fitriana, sedang mengerjakan riset Active Galactic Nucleus (AGN). Itsna yang saat ini bekerja di National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ) terlibat pada Galaxy Cruise Project.
Proyek riset ini dilaksanakan untuk mencari AGN yang melibatkan publik dalam identifikasi bentuk galaksi, khususnya galaksi-galaksi yang dalam proses merger. Menurut Itsna, AGN umumnya ditemui pada galaksi yang mengalami proses penggabungan atau merger.
“Proses penggabungan tersebut menyebabkan kedua inti galaksi yang mengandung supermassive black hole menjadi aktif,” papar Itsna dalam LINEAR (Kolokium Mingguan Riset Antariksa), bertajuk ‘Multiwavelength Study of Active Galaxy: Introduction to Galaxy Cruise Project’ secara daring, Selasa (28/11/2023).
Alumni S3 Tohoku University, Jepang ini menjelaskan, AGN adalah wilayah compact atau wilayah yang menyerupai lingkaran di pusat galaksi, yang memancarkan sejumlah besar energi di seluruh spektrum elektromagnetik, dengan karakteristik yang menunjukkan bahwa luminositas atau jumlah energi yang dipancarkan sebuah benda ke segala arah per satuan waktu tidak dihasilkan oleh bintang.
Galaksi M87
Itsna memaparkan, analisis menggunakan beragam panjang gelombang akan menghasilkan Spectral Energy Distribution (SED) yang merupakan grafik yang menyatakan besarnya pancaran energi dari galaksi pada semua panjang gelombang.
“Pada galaksi normal, umumnya grafik SED hanya merentang dari (panjang gelombang) inframerah, visual, sampai ultraviolet. Tetapi pada AGN, SED merentang mulai dari radio sampai sinar-X. Salah satu AGN yang terkenal adalah M87,” tuturnya.
Itsna menyebutkan melalui jaringan teleskop radio, supermassive black hole di inti galaksi M87 berhasil digambarkan, padahal inti galaksi sangat kecil. Alasannya, supermassive black hole itu menyerap materi di sekitarnya dan terus tumbuh, sehingga menampakkan inti galaksi yang aktif dan sangat terang.
“Galaxy Cruise Project adalah proyek berbasis web, ini seperti game yang menarik dan berhadiah,” tukasnya.
Pengamatan galaksi dalam berbagai panjang gelombang, memberi gambaran berbeda-beda di setiap panjang gelombang. Melalui panjang gelombang radio, bentuk galaksi lebih menggambarkan sebaran awan molekul yang sangat dingin.
Sementara itu, dengan panjang gelombang inframerah, bentuk galaksi menggambarkan sebaran bintang-bintang muda yang dingin.
“Sedangkan dengan panjang gelombang visual, bentuk galaksi menggambarkan sebaran bintang yang agak panas dan debu-debu yang menyerap cahaya bintang di piringan galaksi. Dan berbeda lagi pada panjang gelombang sinar-X, karena menggambarkan bagian galaksi yang sangat panas, terutama di bagian intinya yang mengandung supermassive black hole,” urainya.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin memberi tanggapan jika interaksi dua galaksi dalam proses merger bisa memicu supermassive black hole, sehingga inti galaksi menjadi aktif dan itulah sumber AGN yang sangat terang.
Ia berharap, kolokium ini bisa membangun kolaborasi riset di bidang astronomi, seiring selesainya pembangunan Observatorium Nasional di Timau.
“Semoga kolokium ini bisa menginspirasi dan mendorong kolaborasi riset astronomi, khususnya nanti dengan memanfaatkan teleskop di Observatorium Nasional Timau sebagai salah satu instrumennya,” pungkasnya. (Sumber brin.go.id)