Sinkronisasi Sinthesa dengan Program Swasembada Pangan

TechnologyIndonesia.id – Ketahanan pangan nasional menghadapi tantangan serius yaitu pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat, kebutuhan protein khususnya protein hewani yang melonjak, dan sistem produksi pangan yang belum sepenuhnya efisien dan berkeadilan. Salah satu kunci untuk menjawab tantangan ini adalah penguatan kelembagaan pangan di tingkat komunitas, khususnya melalui peternakan rakyat berbasis desa.

Ketua Dewan Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS., menyampaikan hal tersebut saat membuka Seminar Nasional bertajuk “Sinkronisasi Sistem Integrasi Horisontal Ekonomi Desa (Sinthesa) dengan Program Swasembada Pangan” di Ruang Pertemuan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, pada Kamis (10/7/2025)

Evy menuturkan bahwa IPB University telah lama berkontribusi dalam mendukung ketahanan pangan melalui program Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) pada 2013 yang tidak hanya melahirkan peternak-peternak tangguh tapi juga pemimpin kolektif yang mampu membangun usaha berbasis korporasi rakyat.

“Kita memerlukan pemimpin-pemimpin yang bergerak pada level masyarakat, pada level yang langsung berhubungan dengan rakyat,” tuturnya.

Sektor peternakan rakyat ini memiliki posisi strategis dalam menjawab kebutuhan pangan, terutama karena keterlibatannya yang langsung dengan masyarakat desa sebagai produsen utama. Di sisi lain, peternakan rakyat masih menghadapi berbagai kendala struktural, seperti skala usaha kecil, manajemen tradisional, serta keterbatasan akses terhadap teknologi, pasar, dan permodalan.

SPR secara bertahap mengatasi tantangan itu. Beberapa sosok alumni jebolan SPR telah bertransformasi dari peternak tradisional menjadi pengusaha ternak kolektif berjamaah.

Keberhasilan ini didasarkan pada penguatan kapasitas kelembagaan, profesionalisme, dan penerapan ilmu pengetahuan dalam pengelolaan usaha peternakan selama mengikuti program SPR.

Dalam jangka panjang, para alumni SPR yang tergabung Solidaritas Alumni SPR Indonesia (SASPRI) sangat berperan penting dalam membangun kelembagaan ekonomi di tingkat kecamatan secara terintegrasi dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan mitra swasta.

“Alumni SPR yang tergabung dalam SASPRI kini menjadi bagian penting dalam ekosistem pangan daerah dan nasional,” tutur Evy.

Peran SASPRI yang sangat penting tersebut didukung oleh perguruan tinggi yang tergabung dalam Aliansi Strategis Perguruan Tinggi Pengelola SPR Indonesia (AGISPRINA). Lokasi alumni SPR dijadikan sebagai kawasan riset dan inovasi teknologi insan SPR untuk digunakan kegiatan tridharma perguruan tinggi civitas academica kampus.

Termasuk pendampingan profesional dalam bisnis kolektifnya dalam upaya mewujudkan swasembada bahan pangan yang masih perlu perjuangan bersama. Dalam hal ini peran penting pemerintah daerah sangat diharapkan untuk memicu terbangunnya ekosistem bisnis integrasi horizontal yang melibatkan alumni SPR sebagai komponen utamanya selain anggota asosiasi pelaku usaha dari hulu sampai hilir.

Sebagai salah satu bentuk intervensi struktural dari sisi kelembagaan pangan lokal, Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan (PSP3) IPB University menggagas program Lumbung Pangan Daerah sebagai wujud konkret implementasi Sinthesa yang terdesentralisasi, inklusif, dan berbasis pada kearifan lokal.

“Sinthesa bukan sekedar pendekatan ekonomi tetapi sebuah kerangka transformasi sosial , teknologi, dan kelembagaan yang menghubungkan peternak, akademisi, pemerintah dan pelaku usaha dalam ekosistem pangan yang inklusif,” tutur Evy.

Pada kesempatan tersebut, Ketua AIPI, Prof. Daniel Murdiarso menekankan pentingnya keanekaragaman pangan dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan. Indonesia memiliki banyak sekali sumber pangan yang penting dan unik di berbagai daerah.

“Kalau kita bicara swasembada beras atau swasembada pangan tapi tidak tahan atau resilience terhadap guncangan antara lain karena sumber pangan kita seragam ini bisa berbahaya. AIPI sangat berkepentingan untuk mempromosikan keanekaragaman pangan,” tuturnya.

Seminar nasional ini menghadirkan akademisi, praktisi pertanian, dan pemangku kebijakan dari berbagai daerah. Forum ini diharapkan menjadi ajang strategis untuk merumuskan langkah konkret memperkuat posisi desa sebagai tulang punggung ketahanan pangan Indonesia.

Acara penting dan strategis ini diselenggarakan atas kerjasama AIPI, Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI), IPB University, Forum SASPRI-AIPI-IPB-ILDEX (SAINSX) didukung berbagai Asosiasi dan Industri yang bergerak di bidang pangan dan ternak.

Seminar nasional ini menghadirkan narasumber yaitu Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Maritim Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Dr. Ir. Sugeng Santosa, MT; Pengagas SPR, Prof. Dr. Muladno; Kepala Badan Pangan Nasional, H. Arief Prasetyo Adi, S.T., M.T., Ph.D.; dan Sokhiatulo Laoli. M.M dari ASPEKSINDO & APKASI.

Narasumber lainnya yaitu Dr. Miftahul Munir dari UNISKA/AGISPRINA; Arya Wisnuardi, SE, M. Si. Sebagai Wakil Wali Utama SASPRI; serta Prof. Dr. rer. nat. Jaenal Effendi, S.Ag., M. A. dari PSP3 IPB.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author