TechnologyIndonesia.id – Sejumlah pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan akademisi membahas potensi teknologi pengecilan ukuran material (size reduction) dalam pengolahan hasil pertanian dalam Webinar bertajuk “Teknologi Size Reduction dan Aplikasinya pada Komoditas Pertanian” pada Selasa (17/6/2025).
Kepala Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) BRIN, Achmat Sarifudin menyampaikan bahwa riset terkait teknologi size reduction telah dilakukan sejak masa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Saat itu, LIPI mengembangkan berbagai alat seperti chopper buah, chopper milling, crush better meal, hingga high-speed grinting dan liquid-based size reduction. Saat ini, teknologi colloid milling berbasis cairan tengah dalam tahap pengembangan.
“Teknologi size reduction tidak hanya bernilai secara akademik, tetapi juga memiliki prospek besar untuk diaplikasikan di dunia industri, termasuk pengembangan nano biopestisida,” ujarnya.
Size reduction merupakan proses mengecilkan ukuran material dari makro ke mikro atau bahkan nano. Proses ini meningkatkan luas permukaan partikel per satuan berat, sehingga mempercepat reaksi kimia dan meningkatkan efisiensi dalam proses industri.
Achmat menambahkan, BRIN mendorong kelompok riset untuk mengembangkan teknologi size reduction dari sisi manufaktur maupun proses, serta melakukan modifikasi sifat fisika-kimia untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
PRTTG BRIN berkomitmen untuk menjalin kolaborasi dengan mitra industri dan manufaktur dalam pengembangan dan penerapan teknologi ini.
Webinar juga menghadirkan Mochamad Bagus Hermanto, dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, yang memaparkan Perkembangan Riset Size Reduction dalam Penanganan Pascapanen.
Ia menjelaskan bahwa tujuan pengecilan ukuran mencakup peningkatan luas permukaan, kemudahan pencampuran dan pemisahan, efisiensi proses, serta menghasilkan bentuk fisik sesuai kebutuhan.
“Teknologi size reduction berperan penting dalam berbagai bidang, seperti farmasi, nanoteknologi, rekayasa material, hingga teknologi pangan,” jelas Bagus.
Ia juga menguraikan berbagai teknik dan alat yang digunakan di bidang teknik mesin, pangan, dan pertanian, seperti grinding, milling, slicing, crushing, pulping, hingga wet dan ball milling untuk beragam komoditas.
Dalam bidang teknik pertanian, salah satu keberhasilan pemanfaatan size reduction adalah pengolahan tanaman porang yang dikembangkan bersama Balitbangprov Jatim dan Bappeda Jombang melalui skema Matching Fund sejak 2013.
Sementara itu, peneliti dari Pusat Riset Tanaman Perkebunan (PRTP) BRIN, Rita Noveriza, menerangkan tentang Penerapan Teknologi Size Reduction dalam Pembuatan Nano Biopestisida. Salah satunya adalah teknologi nanoemulsi, yaitu tetesan dengan ukuran 50–500 nanometer, yang sangat efektif sebagai sistem penghantar senyawa bioaktif dalam industri pertanian dan farmasi.
“Nanoemulsi meningkatkan efektivitas pestisida dan efisiensi formulasi pupuk. Proses ini menggunakan metode partikelisasi dengan alat seperti magnetic stirrer,” terang Rita.
Selain itu, Rita dan tim juga mengembangkan nanoenkapsulasi minyak atsiri dari serai wangi, cengkeh, dan eucalyptus. Inovasi ini telah dipatenkan, termasuk mesin semi otomatis dan metode pembuatannya.
Beberapa mitra yang terlibat dalam pengembangan nano biopestisida meliputi CV Menara Chemindo Utama, CV Pelangi Harum Nusantara, LPPM Universitas Brawijaya, dan PRTTG BRIN.
Melalui kegiatan ini, BRIN menunjukkan komitmennya dalam mendorong transformasi teknologi tepat guna untuk mendukung ketahanan pangan dan kemandirian industri nasional berbasis hasil pertanian. (Sumber: brin.go.id)
Potensi Teknologi Size Reduction untuk Komoditas Pertanian
