Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kebutuhan terkait pasokan daging sapi yang sangat tinggi pada tiap daerah, membuat pemerintah harus bijak dalam menemukan solusi cerdas untuk menekan impor. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) selama 5 tahun ini telah berupaya meningkatkan produktivitas peternakan melalui penerapan konsep integrasi sapi – sawit.
Dalam mewujudkan swasembada daging sapi, BPPT bekerja sama dengan Indonesia Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector (Partnership) menggelar konferensi mengenai Integrasi Produksi Sapi dan Kelapa Sawit atau Integrated Cattle and Oil-Palm Production (ICOP) 2019, di Jakarta, Rabu (23/10/2019). Konferensi ini bertujuan mengkaji berbagai hasil penelitian dan pengalaman dari akademisi dan pelaku industri dalam upaya melakukan integrasi produksi sapi dan kelapa sawit yang menguntungkan.
Partnership merupakan kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia tentang Ketahanan Pangan di Sektor Daging Merah dan Sapi yang dikembangkan pada 2013 sebagai kerja sama untuk mendukung ketahanan pangan serta meningkatkan akses ke rantai pasok global di sektor ini melalui perdagangan dan investasi. Kemitraan selama 10 tahun akan berlangsung hingga tahun 2023, dengan pendanaan $60 juta dari Pemerintah Australia dan kontribusi tambahan dari mitra lain.
Kepala BPPT Hammam Riza mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah mengkaji potensi pemanfaatan lahan perkebunan sawit untuk diintegrasikan dengan peternak sapi, khususnya peternak rakyat. Permintaan daging sapi nasional Indonesia saat ini terus meningkat, namun peningkatan itu tidak diimbangi dengan peningkatan produksi daging sapi dalam negeri.
Hingga 2018, 40% dari total konsumsi domestik daging sapi di Indonesia masih mengandalkan impor. Tantangan utama peningkatan populasi sapi di Indonesia adalah rendahnya investasi pembiakan sapi dalam negeri yang masih dianggap berbiaya besar dan kurang menguntungkan.
Dari luas area perkebunan sawit di Indonesia yang mencapai 14,03 juta hektare (ha), saat ini baru 132.000 ha lahan sawit yang dimanfaatkan untuk pengintegrasian sapi – sawit. Padahal potensi pemanfaatan lahan itu mencapai 4,4 juta ha.
“Indonesia sekarang memiliki 14,03 juta hektare perkebunan sawit dengan 4,4 juta areal yang berpotensi untuk diintegrasikan dengan ternak sapi. Namun saat ini baru 132.000 hektar perkebunan sawit yang sudah diintegrasikan dengan 66.000 ekor sapi,” kata Hammam saat pembukaan Konferensi ICOP 2019.
Konferensi ini bertujuan menyampaikan hasil kajian BPPT selama 5 tahun mengenai integrasi produksi sapi dan kelapa sawit oleh peternak rakyat di Pelalawan, Riau, serta hasil uji coba Partnership selama 3 tahun melaksanakan integrasi sapi-sawit bersama 4 perkebunan kelapa sawit di 4 provinsi di Indonesia. Kegiatan ini diharapkan bisa berkontribusi terhadap peningkatan produksi dan populasi sapi dan memberi manfaat langsung dalam mendorong perekonomian rakyat Indonesia.
Melalui ICOP Conference 2019 ini, diharapkan akan mendapat masukan dari para narasumber termasuk para pakar dari negara tetangga seperti Malaysia dan Papua Nugini tentang integrasi sawit dan sapi. Hammam berharap ICOP Conference 2019 bisa menghasilkan rekomendasi dari para pemangku kepentingan terkait kebijakan serta pengimplementasian dalam pengintegrasian sapi -sawit.
“Sehingga melalui konferensi ini akan diperoleh rekomendasi kebijakan dan implementasi pada integrasi kelapa sawit dan sapi dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah, industri peternakan, perkebunan kelapa sawit swasta, serta perusahaan milik negara (BUMN),” tegasnya.
Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal BKPM, Wisnu Wijaya Soedibjo selaku Co-chair Indonesia Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector, mengatakan bahwa pihaknya melalui salah satu program di Partnership telah mengujicobakan integrasi sapi-sawit sejak tahun 2016. “Salah satu potensi usaha pembiakan sapi di Indonesia adalah dengan memanfaatkan lahan-lahan yang sudah ada, termasuk lahan bekas tambang dan perkebunan sawit,” ungkap Wisnu.
Saat ini, diperkirakan terdapat lebih dari 14 juta ha perkebunan sawit di Indonesia. “Pembiakan sapi di lahan perkebunan kelapa sawit dapat memberikan aliran pendapatan tambahan bagi pemiliknya, mengurangi biaya produksi serta meningkatkan produktivitas,” tutur Wisnu.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Allaster Cox, menyatakan bahwa Indonesia merupakan mitra penting bagi Australia di sektor daging merah dan sapi sejak lama. “Melalui Partnership, Pemerintah Australia terus mendukung kajian dan inovasi baru untuk meningkatkan produktivitas, keberlanjutan, dan daya saing sektor daging merah dan sapi di Indonesia, termasuk dalam hal pembiakan sapi secara komersial,” ungkap Cox.
ICOP Conference 2019 adalah fórum pertama di Indonesia yang fokus untuk mendiskusikan peluang dan tantangan integrasi sapi dan kelapa sawit. Forum ini menyediakan platform bagi para akademisi dan pelaku industri peternakan untuk bertukar pengalaman, berkolaborasi, dan memberikan informasi terkini terkait inovasi dalam praktik integrasi sapi dan kelapa sawit.
Dalam forum ini, BPPT dan Partnership juga meluncurkan inovasi-inovasi berbasis teknologi di sektor pembiakan sapi. BPPT meluncurkan aplikasi SI PINTER untuk pencatatan dan identifikasi ternak dengan perekaman RFID dan GPS tracker untuk memantau ternak dengan tepat dan cepat.
Sedangkan Partnership melalui Program IACCB meluncurkan beberapa perangkat yang dapat digunakan oleh peternak rakyat maupun industri berskala besar dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan usaha. Inovasi tersebut adalah CALFIN, spreadsheet untuk mendukung investor dan pelaku usaha pembiakan sapi dalam membuat keputusan investasi; CALPROS, spreadsheet bagi peternak kecil atau baru untuk memantau kegiatan operasional dan produktivitas sapi indukan beserta keturunannya; serta CALPROF, software manajemen ternak untuk pelaku usaha pembiakan sapi yang lebih besar untuk mendukung kegiatan operasional pemeliharaan ternak sapi sehari-hari, terutama pembiakan, penggemukan, dan pengolahan pakan.
ICOP 2019 dihadiri oleh sekitar 200 peserta dari kalangan akademisi dan pelaku industri pembiakan sapi dan kelapa sawit, serta melibatkan lebih dari 20 pembicara dan pengkaji makalah, termasuk pelaku integrasi sapi-sawit mancanegara, yaitu dari Malaysia dan Papua New Guinea. ICOP 2019 juga mengundang inovator dan penyedia layanan termutakhir di bidang peternakan maupun integrasi sapi-sawit seperti SMARTernak, Nutrifeed dan Gallagher.