Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Haryono, mengatakan teknologi remote sensing hyperspectral yang canggih sangat diperlukan untuk mendukung ketersediaan data produksi pangan.
“Dengan remote sensing hasilnya lebih sensitif dan lebih akurat. Karena sudah menggunakan 100 band. Sehingga teknologi hyperspectral sangat diperlukan dan sudah mulai digunakan di Kementan sejak 2012 ini,” kata Haryono dalam Worshop Internasional Teknologi Hyperspectral Remote Sensing dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Jakarta, Rabu (7/11).
Lebih lanjut Haryono menyebutkan bahwa remote sensing telah digunakan oleh Kementerian Pertanian dalam berbagai hal. Terutama sebagai dasar dalam membuat kalender tanam terpadu. Remote sensing digunakan untuk mengetahui misalnya potensi kekeringan, potensi kerusakan padi saat musim panen.
Untuk mendapatkan data produksi pangan harus dibuat satu sistem produksi pangan yang efektif dan efisien, kata Haryono.
Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT, Sadly, menambahkan sejak lama BPPT mengembangkan remote sensing untuk mendukung pangan. Dan sampai saat ini pihaknya masih terus mengembangkan teknologi remote sensing tersebut.
Sebab menurut Sadly Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan luas ini tidak akan mampu mengumpulkan data secara manual karena membutuhkan waktu yang sangat lama. “Karena itu dukungan satelit sangat diperlukan untuk mempercepat dan akurasi data,” kata Sadly.