TechnologyIndonesia.id – Pestisida nabati mimba menawarkan solusi efektif dan ramah lingkungan untuk pengelolaan serangga hama. Dengan mekanisme kerja yang unik, pestisida ini dapat mengatasi masalah resistensi hama sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem.
Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dodin Koswanudin mengatakan, mimba (Azadirachta indica) dikenal sebagai tanaman banyak manfaat terutama dalam pengelolaan serangga hama.
Daun, biji, dan kulit kayunya mengandung senyawa aktif seperti azadirachtin, yang terbukti efektif sebagai insektisida alami.
“Pestisida nabati mimba sangat potensial, tidak hanya mengendalikan serangga hama tetapi juga mengurangi dampak buruk lingkungan,” kata Dodin, dalam Sharing Session Applied Zoology Commune Series #10, bertajuk “Prospek Pestisida Nabati Mimba dalam Pengelolaan Serangga Hama”, Selasa (3/12/2024).
Dodin menyebutkan beberapa keunggulan pestisida nabati berbasis mimba dibandingkan pestisida kimia sintetik. Salah satunya adalah mekanisme kerja yang kompleks, sehingga hama lebih sulit mengembangkan resistensi.
“Selain itu, pestisida nabati ini aman bagi musuh alami hama, seperti predator dan parasitoid, yang sangat penting dalam ekosistem pertanian,” katanya.
Selain sebagai insektisida, mimba juga memiliki efek antifungal dan antimikroba yang dapat membantu mengendalikan penyakit tanaman.
“Kami menemukan biji mimba efektif tidak hanya untuk mengendalikan serangga tetapi juga penyakit yang disebabkan jamur,” tambahnya.
Meskipun potensi pengaruhnya besar bagi hama serangga terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit menghambat kopulasi dan komunikasi seksual, menurunkan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin, namun tantangan tetap ada.
Pengolahan mimba menjadi pestisida nabati memerlukan teknik yang tepat. “Sumber daya ada, tetapi pengolahannya dan formulasi akhirnya tidak semudah yang dibayangkan,” ucap Dodin.
Lebih lanjut Dodin menjelaskan pembuatan pestisida nabati yang dibuat dari serbuk biji mimba (dari Lombok Timur) 50 gram, dicampur 1 liter air dan 1 mililiter alkohol 70 persen. Campuran tersebut didiamkan 12 jam, kemudian disaring, lalu hasil saringannya ditambah 1 mililiter teepol atau perata/perekat. Volume semprot yang digunakan yaitu 500 liter per hektar, dengan enam kali aplikasi.
Dalam berbagai uji coba, pestisida nabati berbasis mimba telah diaplikasikan pada sejumlah tanaman hortikultura dan pangan, termasuk bawang merah, padi, cabai, edamame, dan kentang.
“Misalnya pada tanaman bawang merah, mimba terbukti efektif mengurangi populasi hama Thrips dan Liriomyza,” ujar Dodin.
Dodin menerangkan, daun mimba dicampur dengan air dan diaplikasikan langsung ke tanaman. Hasilnya, ada penurunan signifikan dalam serangan hama, terutama pada tanaman yang daunnya tegak seperti bawang.
Namun, efektivitas mimba sering kali dipengaruhi oleh dosis dan metode aplikasi. Dalam penelitian tanaman padi, pestisida mimba menunjukkan hasil signifikan dalam mengurangi serangan wereng coklat (Nilaparvata lugens).
“Kami melakukan pengamatan selama tujuh kali aplikasi, dan hasilnya menunjukkan penurunan populasi yang nyata dibandingkan kontrol tanpa perlakuan,” jelas Dodin.
Kendala dalam penerapan pestisida nabati mimba di lapangan, lanjut dia, salah satunya adalah sulitnya mencampur ekstrak mimba dengan air tanpa menggunakan bahan tambahan.
“Senyawa aktif dalam mimba bersifat hidrofobik, sehingga sering kali sulit larut dalam air. Kami perlu menambahkan bahan lain untuk memastikan stabilitas larutan,” ujarnya.
Di sisi lain, biaya formulasi dan waktu yang diperlukan untuk pengolahan juga menjadi hambatan bagi petani.
“Petani cenderung memilih pestisida sintetik karena lebih praktis dan tersedia dalam kemasan kecil. Inilah yang perlu kita edukasi lebih lanjut,” tambah dia.
Dodin menekankan pentingnya kolaborasi antara peneliti, pemerintah, dan petani untuk mengembangkan pestisida nabati seperti mimba.
“Kami memiliki kekayaan hayati yang melimpah, tetapi perlu dukungan dalam penelitian, pengolahan, dan penyuluhan kepada petani,” tegasnya.
Dia juga berharap agar lebih banyak penelitian dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan kepraktisan pestisida nabati.
“Pestisida nabati seperti mimba adalah masa depan pertanian yang berkelanjutan. Dengan formulasi dan edukasi yang tepat, kita bisa mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia dan menciptakan pertanian yang lebih ramah lingkungan,” pungkas Dodin. (Sumber: brin.go.id, ilustrasi: pixabay.com)