Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir mencoba Atabela saat Panen Raya dan Launching Teknologi Padi Largo Super di Desa Banjareja, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, pada Senin (12/2/2018).
Kebumen, Technology-Indonesia.com – Pemenuhan beras nasional saat ini sebagian besar diperoleh dari lahan sawah irigasi. Untuk memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat dibutuhkan perluasan areal tanam padi dari lahan eksisting. Salah satu potensi lahan yang perlu dikembangkan adalah lahan kering.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menghasilkan inovasi-inovasi teknologi untuk lahan kering yang diformulasikan sehingga menjadi teknologi terintegrasi. Teknologi yang diberi nama Largo (Larikan Gogo) Super ini diujicoba untuk pertama kali pada lahan 100 hektar di Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Suprihanto, Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) mengatakan penerapan teknologi padi Largo Super ini merupakan bagian dari diseminasi hasil teknologi yang dihasilkan balitbangtan. Di kegiatan ini sebenarnya adalah kombinasi dari beberapa hasil teknologi di lingkup badan litbang.
Teknologi yang didiseminasikan diantaranya teknologi budidaya dari BB Padi dan penggunaan benih varietas unggul baru (VUB) yaitu Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, dan Inpago 11. Selain itu diujicoba juga tanaman padi hibrida yaitu Hipa 8 dan IPB 9G, termasuk varietas lama sebagai cek yaitu Situ Patenggang. Varietas yang diujicoba semua tahan hama, dengan umur rata-rata 105 hingga 115 hari.
“Varietas tersebut diujicoba dengan tambahan teknologi lain misalnya penggunaan Biodekomposer Agrodeko ketika olah tanah untuk membantu mendekomposisi biomassa tanaman yang masih sisa supaya bisa dimanfaatkan oleh tanaman padi untuk sumber nutrisi atau hara,” terang Suprihanto saat Panen Raya dan Launching Teknologi Padi Largo Super di Desa Banjareja, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, pada Senin (12/2/2018).
Sebelum ditanam dengan larikan gogo, benih padi dicampur dengan pupuk hayati yang merupakan produk dari Balai Besar Penelitian Tanah/ BBSDLP untuk mempercepat pertumbuhan. Menurut Suprihanto, penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan dan langsung ditutup tanah, fungsinya agar kelembaban benih terjaga. Karena bukan lahan irigasi, olah tanah sebaiknya dilakukan saat hujan pertama.
“Jika dilakukan saat terik matahari, mikroorganisme pada pupuk hayati bisa mati. Begitu juga jika benih dibiarkan terbuka bisa menjadi kering dan mikrobanya mati,” terangnya.
Karena itu, Atabela (alat tanam benih langsung) karya BBMektan (Balai Besar Mekanisasi Pertanian) sudah dimodifikasi untuk membuka, menaruh benih dan menutup dengan tanah. Dengan alat itu benih padi tumbuh cepat, merata, dan seragam. Pertumbuhannya berbeda dari cara tanam dengan sistem diawur atau ditugal.
Penggunaan Atabela juga mempermudah saat pemeliharaan tanaman karena alat sudah didesain untuk larikan gogo. Pada teknologi Largo Super menggunakan penanaman pola legowo 2:1. “Jadi antar larikan disela dengan legowo. Fungsinya untuk memberikan efek pinggiran sehingga mendapat pencahayaan bagus dan lebih intensif sehingga perkembangannya bagus,” lanjut Suprihanto.
Pola tanam larikan gogo (Largo) mempermudah pemeliharaan saat menyiangi rumput karena ada legowonya. Pemupukan juga lebih mudah dan efektif juga karena pupuknya ditaruh di tengah larikan. Selain itu, tingkat kelembaban menjadi lebih rendah sehingga menurunkan perkembangan organisme penganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit.
Menurut Suprihanto, dari segi hasil teknologi Largo Super, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan pengukuran ubinan, hasilnya terjadi peningkatannya cukup tinggi. Peningkatannya satu sampai tiga ton dibandingkan hasil panen padi yang biasa ditanam petani yaitu Ciherang atau Mekongga yang rata-rata hanya sampai 4 ton/hektar. Dengan Largo Super, hasil panen antara 5 sampai 7,9 ton/hektar.
Progam yang dimulai sebelum Oktober 2017 ini awalnya ditolak oleh Petani di Kecamatan Puring. Namun melalui berbagai pendekatan, Suprihanto berhasil menyakinkan mereka untuk mencoba terlebih dahulu. Saat melihat penggunaan Atabela membuat penanaman menjadi lebih cepat, mereka mulai tertarik.
“Ujicoba berbagai jenis ini karena kita mendiseminasikan hasil penelitian yang terkait dengan varietas unggul baru (VUB). Diseminasi ini bertujuan memperkenalkan ke petani. Biar petani yang memilih sendiri,” terangnya.
Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir memberikan bantuan Paket Teknologi Largo Super kepada 6 Kelompok Tani di Kecamatan Puring, Kebumen.
Pada kesempatan tersebut, Kasiman (60 tahun), Ketua Kelompok Tani Sumber Makmur mengungkapkan bahwa hasil teknologi Largo Super cukup memuaskan. Perbedaan dari hasil panen sebelumnya dengan varietas baru antara 3-5 kilo per 25 meter persegi. Produktivitas dari varietas unggul yang ditanam hampir merata, tapi yang lebih baik adalah Inpago 8 dan Inpago 9. Varietas unggul ini juga lebih tahan hama.
Kelompok tani Sumber Makmur terdiri dari 50 orang anggota tetap, termasuk anggota tidak tetap sekitar 100 orang, dengan hamparan seluas 20 hektar. “Kami melaksanakan program Largo Super yang terealisasi 16 hektar. Sisanya, karena ada tanaman lain serta ada petani yang masih ragu-ragu karena ini teknologi baru,” terangnya.
Karena hasilnya sesuai harapan, Kasiman berharap program ini terus berlanjut. Mengenai ketersediaan pupuk hayati, ia meminta minta ada bimbingan karena menunjang produktivitas dan belum ada di pasaran.
“Jika tidak lagi ada bantuan, harga di pasaran jangan terlalu mahal biar petani tambah sejahtera. Antara biaya produksi dan hasil panen harus ada kelebihan,” pungkasnya.
Artikel terkait : Badan Litbang Pertanian Luncurkan Teknologi Largo Super