Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe seusai panen perdana padi varietas unggul “Inpari Unsoed 79 Agritan” di Desa Nyamplungsari, Kecamatan Petarukan, Pemalang, Kamis (15/8/2017)
Pemalang, Technology-Indonesia.com – Hamparan padi yang menguning menjadi saksi panen perdana “Inpari Unsoed 79 Agritan” di Desa Nyamplungsari, Kecamatan Petarukan, Pemalang, pada Selasa (15/8/2017). Varietas padi ini terbilang istimewa karena bisa beradaptasi di lahan salin atau sawah dengan kadar garam tinggi.
Varietas padi “Inpari Unsoed 79 Agritan” dikembangkan oleh Suprayogi dan Noor Farid, pemulia tanaman dari Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Varietas ini secara khusus disiapkan untuk bisa ditanam di lahan sawah daerah pesisir yang pada musim kemarau tidak bisa ditanami padi karena peningkatan salinitas (kadar garam) pada saluran irigasinya.
Varietas hasil persilangan antara padi Cisadane dan Atomita-2 ini telah dilepas dengan SK Menteri Pertanian RI No. 1251/KPTS/SR.120/12/2014, tanggal 5 Desember 2014. Varietas “Inpari Unsoed 79 Agritan” telah lolos melalui serangkaian uji daya hasil dan toleransinya terhadap kadar garam tinggi sampai 12 dSiemen/meter skala laboratorium dan uji daya hasil di delapan lokasi lahan salin di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.
Agar hasil penelitian ini memberi manfaat bagi masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti memberikan bantuan dana insentif sekitar Rp 800 juta melalui Program Hilirisasi Inovasi Teknologi Perguruan Tinggi. Program ini berupa Produksi Benih dan Pengembangan Padi Varietas Unggul Toleran Salin “Inpari Unsoed 79 Agritan”`di empat Kabupaten (Cilacap, Kebumen, Tegal dan Pemalang) dengan luas total 400 hektar.
Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe mengatakan peningkatan produksi padi melalui pemanfaatan lahan-lahan marjinal, seperti lahan salin bisa mendukung terwujudnya swasembada beras.
“Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Banyak sekali lahan-lahan di dekat pantai yang tidak bisa dimanfaatkan karena tidak ada teknologi dan komoditi yang bisa ditanam,” kata Jumain seusai panen perdana padi varietas unggul “Inpari Unsoed 79 Agritan” di Desa Nyamplungsari, Kecamatan Petarukan, Pemalang.
Karena itu, kata Jumain, perlu penelitian tanaman padi yang tidak hanya untuk mengatasi masalah asin namun harus menghasilkan malai yang tinggi. Untuk mewujudkannya, harus dikawinkan antara padi dengan akar dan batang yang tahan terhadap asam dengan padi yang produktivitasnya tinggi.
“Itu membutuhkan penelitian yang lama, lima sampai sepuluh tahun jika harus dimulai dari penelitian dasar,” lanjutnya.
Terkait masalah semakin berkurangnya lahan pertanian, menurut Jumain, salah satu cara mengatasinya dengan meningkatkan produktivitas. “Basic-nya adalah bagaimana agar produktivitas padinya tinggi. Kita harus mencapai 15 ton/hektar,” tegasnya.
Jumain berharap selain pengembangan padi varietas ini, ke depan perlu membuat penangkaran bibit dan pembuatan pupuk agar masyarakat tidak perlu jauh saat membeli pupuk, serta pengadaan mesin pengering sebab di musim hujan, gabah menjadi basah sehingga harganya turun.
Pada kesempatan tersebut, Suprayogi, salah satu pemulia tanaman padi “Inpari Unsoed 79 Agritan” memaparkan hasil pengembangan perdana di empat kabupaten berjalan cukup baik meskipun menghadapi berbagai kendala.
Di Kabupaten Cilacap varietas ini dikembangkan di Kecamatan Kesugihan seluas 100 hektar di Desa Slarang, Karangkandri dan Menganti. Menurut Suprayogi, program pengembangan padi di tiga desa ini dihadapkan pada kendala rob air laut yang terus berulang karena tanggul saluran irigasi jebol di beberapa tempat sehingga air laut pasang masuk sampai jauh ke sawah dan merendam tanaman padi.
“Hasil rata-rata ubinan panen padi di sawah yang terkena rob sebesar 1.8 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hektar. Pertanaman lahan salin di desa Menganti yang tidak terkena rob tetapi terkena serangan hama wereng coklat sehingga produksinya tidak optimal, hanya mencapai 4.7 ton GKP per hektar,” terangnya.
Di Kabupaten Kebumen, padi Unsoed 79 ditanam di Kecamatan Ayah sekitar 100 hektar, meliputi Desa Demangsari, Pulungrejo, Kedungweru dan Candirenggo. Sebagian padi terserang hama wereng coklat sejak di persemaian (50%), namun sebagian masih selamat. Diperkirakan awal bulan September akan panen.
Di Kodya Tegal padi varietas ini ditanam di Kecamatan Margadana seluas lebih kurang 70 hektar meliputi Kelurahan Krandon, Kaligangsa, Cabawan, dan Pesurungan Lor. Pertanaman di Desa Cabawan gagal karena terendam oleh rob air laut sampai berhari-hari, dan menyisakan lebih kurang hanya 5 persen dengan produksi hanya 2.4-4 ton per hektar.
Di desa lain juga terkena rob air laut tapi tidak separah di Desa Cabawan. Hasil ubinan pada lahan yang tidak terkenan rob di desa Desa Pesurungan Lor sebesar 7.7 ton GKP per hektar.
“Harus digarisbawahi bahwa, lahan salin di Cilacap, Kebumen dan Tegal yang terkena rob selama ini tidak bisa ditanami padi, atau puso bila ditanami padi. Karena itu, produktivitas ‘Inpari Unsoed79 Agritan’ pada lahan-lahan tersebut sebesar 1.5-2.5 ton GKP per hektar sudah cukup baik,” terangnya.
Sementara di Kabupaten Pemalang, pengembangan padi “Inpari Unsoed79 Agritan” di Desa Nyamplungsari seluas lebih kurang 100 hektar berhasil sangat baik. Pertanaman sempat terkena rob tapi bisa pulih kembali karena tanaman tidak tergenang. Hasil ubinan rata-rata 8 ton GKP per hektar.
Terlepas dari hasil yang berbeda-beda di empat Kabupaten, petani mengakui bahwa varietas ini bagus penampilan tanamannya dan produksinya tinggi, serta tahan salin. “Hasil uji pengembangan di empat Kabupaten dapat disimpulkan bahwa padi ini disukai petani, toleran salin tapi tidak tahan genangan rob air laut,” pungkasnya.
Artikel terkait : Panen Perdana Padi Toleran Salin “Inpari Unsoed 79 Agritan”