Teknologi Inovasi Manajemen Penyakit Sistemik pada Tanaman Jeruk

TechnologyIndonesia.id – Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang menyumbang ekonomi cukup besar di Indonesia. Namun, tanaman jeruk sangat rentan terhadap berbagai penyakit jamur, bakteri, dan virus, karena keragaman genetiknya yang sempit.

Selain itu, karena kandungan air, komposisi nutrisi, dan pH asamnya yang tinggi, buah jeruk sangat rentan terhadap infeksi berbagai jamur dan oomycetes.

Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari menyampaikan jika penyakit tersebut tidak dikelola, dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.

Selain itu, penyakit baru atau genotipe patogen tanaman yang telah beradaptasi terus muncul atau bahkan muncul kembali, menyebar ke seluruh dunia akibat perubahan global, perubahan iklim, dan produksi tanaman yang seragam secara genetik dalam skala besar dan intensif.

Untuk itu, BRIN menggelar webinar HortiActive #11 dengan tema “Teknologi Budidaya Presisi untuk Pengelolaan Penyakit Sistemik pada Tanaman Jeruk”, pada Rabu (23/10/2024).

“Dengan adanya webinar kali ini, saya berharap informasi terkait teknologi inovasi manajemen penyakit sistemik pada jeruk untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan kualitas dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat luas,” kata Puji.

Lebih lanjut Puji menguraikan bahwa, jika melihat secara histori, agroekosistem jeruk tidak hanya dari sub tropis, tetapi juga dari tropis. Hingga saat ini, banyak negara yang merupakan sentra produksi jeruk, yaitu sekitar 140-an negara.

“Namun demikian, salah satu kendala dari produksi jeruk adalah cukup banyaknya penyakit yang menyerang baik dari buahnya maupun dari seluruh bagian tanamannya sehingga berdampak pada hasil dan ekonomi,” ungkap Puji.

Saat ini, lanjut dia, pengelolaan hama dan patogen masih sangat bergantung pada penggunaan kimia dan pestisida. Sehingga, jika mempertimbangkan lingkungan ke depannya, hal ini akan berdampak kurang bagus.

“Meskipun dalam jangka pendek, pestisida dapat meningkatkan hasil panen tanpa menurunkan kualitas, namun dalam jangka panjang hal ini harus menjadi pertimbangan. Dalam hal kesehatan, pestisida dapat mencemari tanah tempat penggunaannya dan lingkungan secara umum,” tutur Puji.

Jeruk yang termasuk ke dalam keluarga Rutaceae ini dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, antara lain jeruk manis, jeruk mandarin, jeruk bali, kumquat, lemon, jeruk nipis, dan pamelo.

Dalam skala global, produksi buah jeruk didominasi oleh jeruk manis, jeruk mandarin, lemon, dan jeruk nipis, serta pamelo/jeruk bali.

Kepala Pusat Riset Hortikultura BRIN, Dwinita Wikan Utami menambahkan, jeruk menjadi penyumbang produksi global. Lebih dari 98 juta ton per tahunnya merupakan jenis utama, seperti jeruk manis dan lainnya.

Namun, produksi jeruk mengalami tantangan besar dan serangan penyakit akibat kerentanan genetik dan karakteristik buah yang mudah terinfeksi patogen. Penyakit ini bisa menyerang sebelum dan sesudah panen. Ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan.

“Meskipun presisinya secara luas sudah banyak digunakan untuk mengendalikan hama dan patogen, namun penggunaan pestisida diyakini menimbulkan risiko jangka panjang baik bagi kesehatan maupun lingkungan. Diperlukan sistem manajemen pengelolaan penyakit lebih baik untuk mengurangi dampak negatif dari pestisida dan menjaga keberlanjutan produksi,” ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Paser Kalimantan Timur Erwan Wahyudi mengungkapkan, Paser sebagai daerah penyangga Ibu Kota Nusantara mengembangkan jaringan irigasi dan pembangunan akses jalan pertanian, melakukan pelatihan dan edukasi untuk petani dan penyuluh, menggunakan teknologi tepat guna, dan mengembangkan komoditi unggulan lokal melalui identifikasi komoditi potensial dan diversifikasi produk.

Salah satu program prioritas saat ini adalah Paser Berbuah. Paser Berbuah dibuat sebagai identitas (branding) untuk menjadi daya tarik bagi semua pihak turut andil dalam kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan. Dengan harapan, dapat memotivasi masyarakat berperan aktif dalam mewujudkan Kampung Hortikultura Buah di Kabupaten Paser.

“Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing hortikultura buah yang mendorong peningkatan produksi, peningkatan akses pasar dan ekspor didukung dengan budi daya ramah lingkungan berkelanjutan, serta mendorong peningkatan nilai tambah produk untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” harap Erwan.

Program tersebut, ujar Erwan, terjadi berbagai kendala. Antara lain fluktuasi produksi pertanian yang disebabkan adanya produksi hortikultura masih belum dapat memenuhi kebutuhan, berkurangnya jumlah petani, terbatasnya jumlah sarana, prasarana, pembiayaan pertanian, penanganan produk olahan masih dilakukan secara tradisional dan hanya beberapa komoditas tertentu, serta jumlah SDM Penyuluh terbatas. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author