Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar Rapat Kerja (Raker) BPPT Tahun 2018 untuk menentukan kebijakan, terutama dalam upaya meningkatkan peran dan kontribusi BPPT dalam pembangunan nasional guna peningkatan daya saing nasional dan kemandirian bangsa.
Salah satu agenda Raker BPPT adalah penandatangan MOU “Pengembangan Techno Park Pelalawan Berbasis Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Inovasi (Iptekin) Kelapa Sawit Ramah Lingkungan,” yang dilakukan oleh BPPT, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan, PT Pindad (Persero), PT Rekayasa Engineering, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), dan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).
“Kerjasama antara Pemkab Pelalawan dengan BPPT telah terbentuk sejak 2012. Salah satu program Nawacita Pemerintahan Joko Widodo adalah membangun 100 Techno Park. Khusus Pelalawan adalah salah satu dari lima Techno Park yang menjadi tanggung jawab BPPT,” ungkap Bupati Pelalwan HM Harris dalam Konferesi Pers Raker BPPT Tahun 2018 di Jakarta, Rabu (31/1/2018).
Menurut Harris, mata pencaharian masyarakat Pelalawan di bidang kelapa sawit sekitar 75% dari jumlah penduduk. Jika dihitung kebun kelapa sawit perusahaan besar, 50% dimiliki oleh masyarakat.
“Biasanya yang membikin industri itu perusahaan besar dan masyarakat cuma mitra. Oleh sebab itu sekarang diubah oleh BPPT, pemerintah dan lembaga ini bagaimana mengubah ekonomi ke depan untuk jangka panjang. Masyarakat kecil juga harus bisa bersaing bersama perusahaan besar,” lanjutnya.
Harris berharap Techno Park Pelalawan bisa menjadi contoh binaan BPPT dan asosiasi kelapa sawit secara nasional.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia, Derom Bangun mengatakan DMSI akan memberikan dukungan melalui pengalaman yang ada pada semua perusahaan-perusahaan dan asosiasi yang dapat diterapkan untuk mendukung rencana Kabupaten Pelalawan.
“Tujuannya untuk memajukan kelapa sawit dan industri hulu dan hilir sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat dan petani,” lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, Eniya Listyani Dewi mengatakan ada beberapa program terkait kelapa sawit yang sedang dikaji BPPT dan kemungkinan bisa diterapkan di Techno Park Pelalawan.
Kegiatan inovasi teknologi peternakan melalui sistem integrasi sapi sawit telah berlangsung sejak 2015 dengan lokasi pilot project di Kecamatan Krumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Sistem integrasi tersebut saling berhubungan membentuk suatu model yang dapat meningkatkan produktivitas ternak.
Pada tahun 2017 telah dihasilkan produk inovasi pakan komplit, aplikasi perekam data ternak “Sipinter” dan beberapa pengujian prototipe pakan probiotik, tanaman hijauan pakan berprotein tinggi serta pengajian awal aplikasi program formulasi pakan BPPT “Sipandai”.
“Kita sudah membuktikan bahwa teknologi pakan dari daun sawit bisa dicampur dengan bungkil sawit dari industri kelapa sawit yang ada di sekitarnya. Ini menjadi pakan komplit ditambahkan nutrisi,” ungkap Eniya.
Menurut Eniya, nutrisi temuan BPPT ini sekarang sudah bisa dibuat industrinya oleh masyarakat dengan kapasitas 40 ton sehari dan dijual ke masyarakat sekitarnya lagi. Jadi petani sawit bisa menjadi peternak sapi juga, lanjutnya.
Turunan kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal antara lain menjadi formula untuk membuat karet bisa lepas langsung dari logam. Turunan kelapa sawit juga bisa menjadi pewarna batik natural pengganti lilin yang berasal dari fosil. Batang kelapa sawit yang sudah tua bisa dicacah dan bisa dijadikan bahan pangan dan bahan bakar.
“Kita sudah mempatenkan coating mangga untuk pengawetan buah segar tanpa menggunakan bahan mahal tapi menggunakan turunan kelapa sawit yang murah sekali. Satu buah hanya memerlukan 50 rupiah. Mangganya bisa tahan 1,5 bulan,” pungkasnya.
BPPT juga melakukan koordinasi beberapa lembaga yang terlibat dan melakukan kegiatan riset dan pengambangan pada integrasi sawit sapi melalui Forum Sawit Sapi yang terdiri dari beberapa kementerian, lembaga pendidikan dan pemerintah daerah serta swasta. Forum ini bertujuan untuk menyamakan pandangan mengenai integrasi sawit sapi yang dilakukan di Indonesia.