Peran industri tuna Indonesia dalam menopang perekonomian bangsa semakin penting dan strategis. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia menjadi negara penghasil tuna terbesar kedua di dunia. Data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2014 menyebutkan Indonesia memasok lebih dari 16 persen total produksi tuna dunia.
Menurut Saut P. Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Dirjen P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) data total ekspor kuartal I 2015 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya surplus dalam perdagangan produk perikanan. Tuna menjadi komoditas paling banyak menyumbang nilai ekspor perikanan setelah udang, yakni mencapai 89,41 juta dolar AS
Untuk itu pemerintah menaruh perhatian khusus terhadap perkembangan industri tuna di Indonesia. Karena manfaatnya bagi kesehatan dan sumber protein utama, permintaan tuna di dunia menjadi meningkat. “Permintaan yang meningkat akan sumber tuna yang bertanggung jawab, menjadi tantangan besar bagi industri perikanan tuna”, ungkapnya saat mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat membuka The 4th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF) di Bali, Selasa (25/5).
Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi industri tuna secara berkelanjutan dengan menerbitkan kebijakan moratorium perizinan kapal eks asing dan pelarangan alat tangkap merusak. “Jika kebijakan pemerintah dalam memerangi IUU Fishing berhasil, dalam beberapa bulan mendatang perairan Indonesia dapat menangkap lebih banyak ikan tuna dan cakalang”, kata Saut.
Pemanfaatan tuna dunia menghadapi banyak masalah kompleks. Sepertiga ketersediaan tuna diperkirakan dalam penangkapannya pada tingkat biologis yang tidak berkelanjutan. Sementara 66,7 persen berada pada tingkat biologis yang berkelanjutan (ditangkap secara penuh) pada tahun 2011. Hal ini menyebabkan industri tuna menghadapi persoalan pasokan.
Penangkapan Tuna menggunakan pancing ulur (hand line) dan huhate (pole and line) di Indonesia menghasilkan 150 ribu ton per tahun. Nilai itu merupakan hasil tangkapan terbesar dunia dengan alat tangkap sejenis. Metode penangkapan ini memberikan kontribusi nyata bagi mata pencaharian jutaan orang masyarakat pesisir. Sekitar 11 persen tenaga kerja perikanan nasional merupakan nelayan tradisional.
Kedua metode penangkapan itu memiliki peran penting dalam mengentaskan kemiskinan, mempertahankan bisnis dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu perlu kerjasama internasional untuk mempromosikan penangkapan tuna dengan cara berkelanjutan.
ICTBF 2015 diselenggarakan oleh KKP bersama International Pole & Line Foundation (IPNLF) dan Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline Indonesia (AP2HI) pada 26-27 Mei 2015 di Bali. Acara yang dihadiri 300 pelaku bisnis tuna ini mengangkat dan membahas masa depan baru untuk perikanan yang berkelanjutan, dan menjadikan bisnis Indonesia sebagai poros dunia. ICTBF juga bertujuan mempromosikan industrI tuna Indonesia dan khususnya jaringan bisnis tuna pole and line dan hand line.