Sebagai Media Pembelajaran, Menristekdikti Lepas Kapal Pelat Datar Cucut Nusantara Menuju Tual

Tangerang, Technology-Indonesia.com – Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara yang dinaiki Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dan rombongan perlahan meninggalkan Pantai Tanjung Pasir, Tangerang, Banten pada Minggu (14/7/2019). Kapal berteknologi pelat datar ini berlabuh sejenak di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, sebelum Menristekdikti melepasnya mengarungi perjalanan jauh menuju Tual, Maluku.

Kapal pelat datar diproduksi oleh PT Juragan Kapal Indonesia untuk dikomersialkan sebagai Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara. Kapal ini dikembangkan oleh CEO PT. Juragan Kapal Indonesia Adi Lingson saat menjadi mahasiswa Universitas Indonesia (UI) bersama Dosen Teknik Perkapalan UI Hadi Tresno Wibowo.

Pengembangan produk kapal ini mendapat dukungan Kemenristekdikti melalui Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi dengan memberikan pendampingan dan pendanaan kepada PT. Juragan Kapal Indonesia melalui program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) sejak 2015 dan program pendanaan insentif teknologi di industri. Hingga saat ini, perusahaan tersebut sudah beromzet Rp 6,5 miliar.

Menristekdikti mengatakan kapal pelat datar ini akan diserahkan kepada Politeknik Perikanan Negeri Tual agar bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran dengan konsep teaching industry bagi para mahasiswa untuk penangkapan ikan.

“Kapal ini akan langsung dikirim ke Politeknik Perikanan Negeri Tual dari Tanjung Pasir dengan estimasi berlayar selama 12 hari. Mudah-mudahan kapal ini akan membantu proses pembelajaran di Poltek Tual,” ungkap Menristekdikti setelah Pelepasan Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara ke Tual pada Minggu (14/7/2019) di Pos Angkatan Laut, Tanjung Pasir, Teluk Naga, Tangerang, Banten.

Kapal pelat datar merupakan teknologi kapal inovatif yang menggunakan baja sebagai material utama. Kapal ini dikonstruksi dengan pelat-pelat baja datar dan tidak melewati proses pelengkungan pelat. Teknologi ini menghasilkan produk yang diproduksi lebih cepat dan ekonomis. Material baja yang dipakai juga akan memudahkan nelayan-nelayan kecil bisa melaut lebih jauh dengan ukuran kapal yang lebih besar.

Menristekdikti Mohamad Nasir bersama CEO PT Juragan Kapal Indonesia Adi Lingson dan Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe.

Kapal pelat datar, Menurut Menteri Nasir, memiliki kualitas dan biaya produksi jauh lebih efisien serta daya tahan yang lebih lama sekitar 15-20 tahun dibandingkan kapal berbahan fiber yang usia produknya sekitar 10 tahun. Bahan pelat baja juga bisa didaur ulang, sementara fiber yang pemenuhannya masih impor tidak bisa didaur ulang. Selain itu kapal berbahan pelat baja juga lebih mudah perawatannya. Dari sisi harga, kapal pelat datar dengan ukuran 30 Gross Tonnage (GT) antara Rp 500-600 juta, sementara kapal fiber harganya mencapai Rp 1,2 Miliar.

Menristekdikti berharap kapal ini bisa mendapatkan sertifikasi pada bulan September, sehingga pada 2020 dapat diproduksi massal. “Kapal tidak ada artinya kalau kita tidak sertifikasikan, karena adanya risiko keamanan dan risiko kecelakaan yang harus dihindari. Jangan sampai setelah kapal diproduksi, terjadi kecelakaan yang diakibatkan dari teknologi yang digunakan,” imbau Menteri Nasir.

Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Jumain Appe mengatakan kapal pelat datar merupakan upaya bagaimana meningkatkan pengembangan teknologi perkapalan mulai dari struktur hingga pemanfaatannya.

Menurutnya, kapal pelat datar memanfaatkan berbagai teknologi perkapalan yang dipadukan jadi satu. Misalnya kapal katamaran yang biasanya berlambung dua dibuat menjadi satu lambung dengan bagian bawah dibuat cekungan. Dorongan air di bawah cekungan akan membantu memutar baling-baling sehingga bisa mempercepat laju kapal dengan daya yang sama. Pemanfaatkan pelat datar juga mempercepat proses produksi, karena tanpa proses pelengkungan sehingga biaya produksi menjadi lebih murah.

Walaupun memiliki keunggulan-keunggulan, Jumain menekankan perlunya memperhatikan aspek keselamatan. “Standar dari suatu kapal salah satunya keselamatan kapal harus dipenuhi dan harus tetap memenuhi kaidah-kaidah engineering. Karena itu, kita melakukan pengujian melalui Biro Klasifikasi Indonesia dan sudah selesai walaupun ada beberapa catatan yang harus kita perbaiki. Kalau nanti sudah disertifikasi dan permintaan banyak akan kita kembangan di galangan-galangan yang ada,” terangnya.

Melalui penyerahan kapal penangkap ikan Cucut Nusantara, Politeknik Perikanan Tual akan berkembang menjadi vocational education atau pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Teknologi penangkapan ikan ini, lanjutnya, akan diusahakan untuk bisa digunakan sesuai dengan karakterikstik wilayah di sana.

“Ini baru pengembangan tahap awal kapal seperti ini. Kemungkinan nanti dari segi peralatan akan berbeda dan desain kapalnya mungkin juga harus berbeda. Ini semacam pembelajaran teaching industry agar lulusan Politeknik Perikanan bisa langsung siap bekerja di kapal ikan, memiliki sertifikasi karena sudah memanfaatkan kapal ikan yang sebenarnya,” harap Jumain.

Bukan Kapal Biasa

Dosen Teknik Perkapalan UI, Hadi Tresno Wibowo mengatakan kapal pelat datar berbeda dengan kapal biasanya. Bentuk bagian bawah kapal mirip seperti bentuk sayap pesawat terbang sehingga kapal akan melaju dengan seimbang. Dynamic stability-nya akan bekerja saat kapal miring ke satu sisi, maka arus sisi lainnya akan lebih kuat sehingga otomatis akan balik.

Kehandalan desain nyeleneh ini, menurut Hadi, sudah terbukti saat pengiriman tiga kapal dari Pulai Untung Jawa ke Teluk Bintuni, Papua Barat atas permintaan salah satu perusahaan perminyakan. Kapal tetap stabil walaupun dihantam ombak besar hingga 4 meter. Kapten kapal yang mengemudikannya mengakui kestabilan kapal tersebut dan memberi penilaian jempol empat.

“Kena ombak dari samping kapal tidak guling tetapi geser. Ini potensi untuk dikembangkan, kita tidak mau lagi nelayan celaka karena ombak besar. Dengan kapal ini mereka akan survive,” terang inventor kapal pelat datar ini.

Menristekdikti Mohamad Nasir saat diskusi di atas kapal pelat datar Cucut Nusantara. Foto Biro KSKP Kemenristekdikti/ Adnan

Penelitian kapal pelat datar dimulai sejak 2010. Tapi sejak mahasiswa, Hadi mulai berpikir bagaimana membuat kapal yang gampang. “Saya lulus perkapalan tetapi nggak bisa bikin kapal. Saya harus pergi ke galangan di mana pelat harus dilengkung dan sebagainya. Sekarang dengan pelat datar lebih mudah membuat kapal. Ini akan kita tularkan ke pelosok-pelosok daerah,” tuturnya.

Spesifikasi Kapal Penangkap Ikan Cucut Nusantara berdimensi panjang 15.5 meter dan lebar 4 meter dengan tonase 29 GT. Kapasitas tangki bahan bakar 16.4 ton dan memiliki tangki air tawar 7.5 ton. Kapasitas memiliki ruang penyimpanan ikan sebesar 20 m3 dan ruang air blast Freezer 8 m3. Jumlah kru yang bisa diangkut sebanyak 10-13 orang, serta ruang kapal dilengkapi dengan 1 kamar mandi dan dapur. Perlengkapan navigasi dan telekomunikasi yaitu kompas, GPS, echo sounder, VHF radio, dan SSB radio masing-masing 1 unit.

Ke depan, Hadi akan terus mengembangkan kapal pelat datar seperti penggunaan bahan bakar gas, pemanfaatan solar cell, motor listrik dan lain-lain.

Inovasi Industri

Pengembangan Kapal pelat datar, menurut Direktur Inovasi Industri Kemenristekdikti Santosa Yudo Warsono berawal dari startup atau perusahaan pemula berbasis teknologi yang dibangun mulai 2014 – 2015. Setelah startup mulai menunjukan kinerja yang baik kemudian beralih ke pendanaan dengan skema inovasi industri.

“Pada skema ini kita akan berkonsentrasipada aspek legal seperti sertifikasi pengujian supaya kapal pelat datar sudah siap diproduksi secara massal. Kita memang membangun kapal pelat datar ini dalam skala yang lebih besar supaya kapal pelat datar ini bisa dimanfaatkan secara ekonomi,” ungkapnya.

Santosa mengatakan, Direktorat Inovasi Industri dibentuk dengan tujuan utama untuk mendorong pemanfaatan penerapan hasil-hasil research and development (R&D) dari lembaga litbang, perguruan tinggi dan industri. Saat ini, banyak hasil-hasil riset yang masih ada di laci-laci para peneliti kita. Program ini diharapkan dapat membuka peluang untuk kerjasama dan sinergi antara kegiatan riset dan pengembangan dengan kegiatan industri.

“Diharapkan dengan adanya kerjasama antara industri dengan lembaga litbang atau perguruan tinggi bisa melahirkan inovasi-inovasi yang memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Seperti kita ketahui, banyak di tengah-tengah kita produk impor yang sejatinya kita sudah mampu melakukan penelitian dan pengembangan. Hanya memang barangkali belum terkomunikasikan dengan baik kepada pihak industri,” tuturnya.

Untuk itu, salah satu aktivitas Direktorat Inovasi Industri adalah melakukan mediasi atau mempertemukan para periset atau perekayasa dengan pelaku industri. Pertemuan ini melibatkan regulator karena inovasi masih memerlukan dukungan pemerintah agar bisa berkompetisi di pasar. Santosa berharap, “Paling tidak produk inovasi ini bisa memenuhi program-program pengadaan barang dan jasa dari pemerintah.”

Sementara itu, Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual, Jusron Ali Rahajaan mengatakan kapal penangkap ikan ini akan dimanfaatkan sebagai media belajar dan pengembangan keterampilan bagi mahasiswa Politeknik Perikanan Tual. Ia berharap, ke depan pengembangan industri dalam kampus untuk pembelajaran atau teaching industry bisa berjalan dengan baik.

Jusron juga berharap berharap agar kapal pertama yang dimiliki Politeknik Perikanan Tual ini menjadi media untuk riset pengembangan perikanan tangkap, alat tangkap dan kapal perikanan. “Kami berkeinginan kapal ini bisa kami manfaatkan dengan secepatnya sehingga pembelajaran mahasiswa agar menjadi ahli perikanan dan ahli penangkap ikan bisa sesuai dengan kurikulum yang kami canangkan,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author