Herbal Mangrove Cegah White Spot Syndrome Virus pada Udang

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Penyakit udang merupakan momok meresahkan bagi pembudidaya karena meningkatkan kematian hingga 100 persen pada udang di dalam tambak hingga menyebabkan kerugian besar. Guna mencegah penyakit udang, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros mengembangkan herbal mangrove sebagai obat penawar penyakit udang.

Penyakit udang yang mematikan diantaranya penyakit bintik putih/ White Spot Syndrome (WSS) dan penyakit karena bakteri vibrio. Udang yang terjangkit penyakit bintik putih, pada proses awal akan langsung menyerang organ lambung, insang, kutikula epidermis, dan jaringan ikat hepatopankreas. Setelah udang terjangkit penyakit berat akan muncul bintik-bintik putih berdiameter 0,5-2 mm pada lapisan dalam eksoskeleton dan epidermis, menyebabkan udang tidak mau makan, berdampak kematian massal di tambak.

Guna mencegah penyakit udang tersebut, BRPBAP3 Maros – Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melakukan penelitian menggunakan mangrove sebagai obat penawar penyakit udang. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015 menyebutkan ekosistem mangrove di Indonesia luasnya 3.489.140,68 hektar. Hal tersebut menjadi peluang besar dalam fungsi sosial – ekonomi bagi pembudidaya udang.

Melalui penelitian bertajuk Herbal Mangrove Sebagai Alternatif Pencegah Penyakit Udang, peneliti BRPBAP3 Muliani beserta timnya meneliti jenis mangrove yang mengandung anti Vibrio dan anti White Spot Syndrome Virus (WSSV) sebagai alternatif pencegahan penyakit udang yang lebih ramah lingkungan dari pada penggunaan antibiotik.

Penelitian ini dimulai sejak 2013 dengan melakukan screening tanaman mangrove sebagai penghasil antibakteri. Pengambilan sampel mangrove untuk screening berasal dari Kabupaten Maros, Pangkep, Luwu Timur, Takalar, Barru, dan Bone.

Menurut Muliani, dari 182 sampel yang di-screening, 103 sampel atau 56,60 persen positif mengandung anti Vibrio harveyi. Dari 103 sampel tersebut, 22 sampel berasal dari Kab. Maros, 38 sampel dari Kab. Pangkep, 20 sampel dari Kab. Luwu Timur, 6 sampel dari Kab. Takalar, dan 17 sampel dari Kab. Bone.

“Adapun jenis mangrove yang paling potensial mengandung anti Vibrio harveyi adalah Sonneratia alba, S caseolaris, S. lanceolata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Rhizophora mucronata,” jelasnya.

Pembuatan Ekstrak Mangrove

Pada 2014 penelitian dilanjutkan untuk melihat potensi ekstrak mangrove setelah difraksinasi serta toksisitasnya terhadap benih udang windu. Pada 2015 penelitian dilanjutkan untuk mengkaji metode pemberian ekstrak mangrove yang lebih efektif dan efisien, yaitu dengan sistem perebusan tepung mangrove dan mencampur hasil ektraksi metanol dan fraksinasi ke dalam pakan udang. Penelitian dilanjutkan untuk mengkaji perbedaan konsentrasi ekstrak mangrove dalam pakan baik untuk penanggulang penyakit bakteri maupun untuk WSSV di tahun 2016.

“Terjadi peningkatan sistem imun udang secara signifikan pada penggunaan ekstrak mangrove dalam pakan dibanding tidak menggunakan ekstrak mangrove. Pencegahan WSSV menggunakan ekstrak mangrove lebih efektif melalui penyuntikan dibanding dengan melalui pakan dan perendaman, namun metode ini sulit diaplikasikan di tambak dan hanya cocok diaplikasikan untuk induk udang,” ujarnya.

Penelitian dilanjutkan dengan mengkaji sistem ekstraksi dengan perebusan daun mangrove yang masih basah dan tidak lagi menggunakan hasil tepung daun mangrove, pada tahun 2017. Melalui metode ini, diharapkan para petani dapat mengaplikasikan pada kegiatan budiaya dan telah dicoba untuk mengaplikasikan pada budiaya udang windu di tambak.

“Hingga saat ini, penelitian difokuskan pada aplikasinya di tambak udang. Melalui penelitian ini, kami juga berharap kelestarian mangrove tetap terjaga. Mari kita galakkan kembali penanaman mangrove pada daerah-daerah yang tidak ditanami,” tegas Muliani.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author