TechnologyIndonesia.id – Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, salah satunya sidat. Ikan sidat adalah sejenis belut, namun bentuknya lebih panjang dan besar. Ada yang mencapai 50 cm.
Meski bentuknya tidak enak dilihat, namun sidat memiliki cita rasa yang lezat dan kandungan gizi tinggi. Di restoran Jepang, ikan sidat disebut unagi.
Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hidayat menyebutkan, sekitar 50% spesies sidat di dunia terdapat di Indonesia. Potensi ini perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak punah.
“Sidat adalah salah satu jenis ikan di Indonesia. Namun pemanasan global, penangkapan ikan berlebihan, dan beberapa gangguan lingkungan lain mengancam keberadaan sidat,” ucap Hidayat dikutip dari lama brin.go.id pada Kamis (08/02/2024).
“Kita perlu membicarakan metode konservasi untuk menjaga keberlanjutan hidup sidat, sehingga tidak punah. Paparan dari para narasumber webinar hari ini tentunya akan membawa tambahan ilmu dan referensi kita, salah satunya teknologi environmental DNA (eDNA) untuk mendeteksi salah satu jenis sidat di perairan darat,” imbuhnya.
Peneliti PRLSDA Sekar Larashati mengungkapkan, monitoring menggunakan eDNA merupakan metode dengan memanfaatkan DNA yang dilepaskan oleh organisme ke lingkungan, seperti kulit, sisik, rambut, telur, sperma dan bentuk lainnya.
Tak hanya itu, metode ini juga bersifat non-invasif, tidak menimbulkan kerusakan pada spesies atau habitat yang diteliti. Bahkan, selama pengambilan sampel metode membahayakan ekosistem atau spesies terancam. Menurut Asti, studi ini sangat mendukung penelitian keanekaragaman hayati dan konservasi ekosistem perairan.
“Melalui analisis eDNA, kita dapat mendeteksi spesies yang populasinya sudah sangat sendikit, spesies invasif, peta migrasi dan kajian biodiversitas ikan. Metode ini juga membantu meningkatkan deteksi ikan, meminimalisir kesalahan identifikasi, dan melibatkan citizen science, dan non invasif,” ucapnya.
Asti menjelaskan, setelah ekstraksi DNA analisis eDNA dapat dilakukan dalam dua pendekatan. Pertama pendekatan metabarcoding yang bertujuan untuk mendeteksi beragam spesies dengan satu set primer.
Pendekatan ini menghasilkan urutan sekuen DNA yang akan dibandingkan dengan database referensi, sehingga menghasilkan banyak data. Kendalanya, pendekatan ini masih relatif mahal dan memakan banyak waktu.
Pendekatan kedua yaitu spesifik spesies dikatakan Asti lebih simpel dan murah. Pendekatan ini digunakan untuk mendeteksi satu jenis tertentu dengan kuantitas kehadiran target menggunakan metode PCR.
Misal, jika ingin mendeteksi sidat jenis Anguilla bicolor dalam suatu area. Jadi tergantung dari jenis targetnya. Pengujian spesifik spesies dapat dilakukan secara in silico, in vitro, dan in situ/aquarium.
“Riset eDNA spesies spesifik untuk deteksi A. bicolor telah kami lakukan sebagai upaya konservasi di perairan Segara Anakan. Namun penelitian lebih lanjut untuk validasi spesifisitas dari sampel lapangan masih perlu dilakukan,” ungkap Asti.
“Harapannya, nanti dapat diaplikasikan untuk deteksi, perlindungan, dan pelestarian jenis sidat yang beresiko terancam punah juga untuk monitoring dampak antropogeniknya,” imbuhnya.
Selain membahas eDNA, webinar yang berdurasi 150 menit ini juga menghadirkan narasumber lainnya yaitu Kenzo Kaifu, Ph.D dari Chuo University Jepang. Doktor bidang Konservasi ekologi ini memaparkan paparan bertajuk Previous/current studies for conservation & sustainable use of Anguillid eels.
Kenzo menjelaskan perlunya pengelolaan perikanan sidat karena adanya tekanan dan penurunan populasi yang sudah terjadi di beberapa negara yang memiliki sumberdaya sidat, seperti Jepang dan negara negara di Eropa.
Pengelolaan sumberdaya sidat yang baik sangat diperlukan, mengingat saat ini permintaan glass eel untuk kegiatan budidaya sidat semakin meningkat termasuk di wilayah Asia. Beberapa peneliti Indonesia sudah mulai melakukan pendataan sumberdaya sidat dengan melibatkan para pelaku usaha perikanan sidat.
Model pendataan sangat menarik dan penting sebagai bentuk pengembangan pendataan sumberdaya sidat yang dapat dilakukan. (Sumber brin.go.id)