Depok, Technology-Indonesia.com – Indonesia memiliki setidaknya 4.768 spesies ikan tawar dan laut, namun tidak lebih dari 50 spesies ikan hias yang diperdagangkan. Melalui teknologi dan inovasi, ikan hias harus dikembangkan menjadi sumber pendapatan, sumber ekonomi, dan komoditas andalan bangsa Indonesia.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja mengatakan nilai perdagangan ikan hias Indonesia nomor tiga atau empat di dunia. Nomor pertama diduduki Singapura dengan market share sekitar 24%. Sementara Indonesia market sharenya 7% atau senilai 60 juta USD, dengan 30 spesies ikan hias yang diperdagangkan di dunia.
Untuk itu, pihaknya secara serius mulai mengembangkan indukan-indukan unggul ikan hias dan proses sertifikasi agar tidak bisa diklaim negara lain. Untuk menghasilkan indukan unggul membutuhkan teknologi-teknologi terbaru seperti rekayasa genetika dan DNA.
“Kita mulai dengan komitmen, dan siap untuk melaksanakan. Target saya, akan ada 100 spesies ikan hias baru di tahun 2019 yang dapat kita kembangkan dari Balai Riset Budidaya Ikan Hias,” tegas Sjarief Widjaja dalam Peresmian Laboratorium Uji BRBIH dan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) di Depok pada Jumat (8/3/2019).
Syarief berharap, adanya laboratorium uji, BRIBH Depok melangkah lebih maju untuk segera memperbanyak komoditas-komoditas baru ikan hias yang bisa dirilis ke masyarakat. Tidak hanya skala laboratorium, budidaya ikan hias perlu dikembangkan dengan konsep inti dan plasma. Inti dikembangkan oleh BRBIH, plasma dengan masyarakat sekitar.
“Saat mengembangkan ikan hias, tentu saja tidak hanya ikan hias sebagai komoditas tetapi segala sesuatu yang terkait dengan ikan hias, seperti: benih unggul, induk unggul, domestikasi, pakan, vaksin, teknologi produksi dan pascapanen, serta marketing. Ini menjadi rangkaian dari bisnis proses yang harus kita kembangkan di ikan hias,” tutur Syarief.
Untuk mempercepat pengembangan ikan hias, pada kesempatan tersebut, BRSDM melaksanakan kolaborasi riset melalui penandatanganan perjanjian kerja sama dengan berbagai instansi. Semangat kolaborasi riset, tutur Sjarief, harus dilakukan agar jalinan kerja sama semakin terbentuk dalam penyempurnaan hasil-hasil riset.
Menurut Syarief, kolaborasi riset bisa menghasilkan inovasi yang tepat guna. Menyatukan inovasi yang telah dihasilkan dari beberapa bidang keilmuan menjadi sebuah produk yang mempunyai nilai jual lebih yang siap hilirisasi, sebagai solusi dalam menghadapi adanya keterbatasan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan riset dan mempercepat teraplikasinya hasil riset kepada pengguna.
Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Pusat Riset Perikanan dengan PT. Biomagg Sinergi Internasional untuk pengembangan hasil riset pakan ikan alternatif dari magot dan turunannya. “Maggot adalah suatu larva lalat buah yang berasal dari sampah organik. Maggot ini menjadi sumber protein baru yang tidak hanya untuk pakan ikan tetapi menjadi alternatif protein untuk kepentingan-kepentingan yang lain,” tutur Syarief.
Kerjasama selanjutnya antara Balai Riset Budidaya Ikan Hias dengan Politeknik Negeri Semarang, untuk pengembangan hasil riset Smart Aquaculture: smart barcoding tanaman hias air. Serta kerja sama antara Pusat Riset Perikanan dengan Badan Pengelola Waduk Cirata, untuk pemanfaatan hasil riset dengan aplikasi Smart KJA (keramba jaring apung).
Syarief akan mendorong agar KJA yang ada di Waduk Cirata bisa dikurangi karena menimbulkan tingkat polutan yang cukup serius. Selanjutnya, masyakat bisa beralih profesi menjadi pembudidaya ikan hias.
“Saya ingin mendorong riset yang dilakukan agar lebih inovatif dan dibutuhkan oleh pengguna. Dengan demikian hasil riset dapat dimanfaatkan di kalangan pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dan masyarakat serta kalangan industri untuk meningkatkan produktivitas yang berdaya saing,” tegas Sjarief.
Peresmian Laboratorium Uji BRBIH merupakan bentuk dukungan dalam mengembangkan riset ikan hias agar menghasilkan inovasi-inovasi untuk membangun industri ikan hias yang berdaya saing. Seusai peresmian Laboratorium Uji , Syarief berkesempatan mengunjungi lokasi pengembangan tanaman hias air dan maggot di BRBIH, Depok.