Teknik Analisis Nuklir Deteksi Polutan Udara Berukuran Kurang dari 2,5 mikrometer

Bandung, Technology-Indonesia.com – Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) telah menguasai Teknik Analisis Nuklir (TAN), satu-satunya metode nondestructive yang mampu mendeteksi spesies kimia polutan udara dengan ukuran kurang dari 2,5 mikrometer. Kemampuan ini tidak bisa dilakukan oleh metode analisis lainnya.

Peneliti senior Batan, Muhayatun Santoso mengatakan pencemaran udara saat ini telah menjadi permasalahan serius di setiap kota, karena berdampak buruk pada kesehatan manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), pada 2012 terdapat 2,6 juta kematian di wilayah Pasifik Barat dan Kawasan Asia Tenggara yang disebabkan pencemaran udara.

“Masyarakat yang tinggal di Asia paling berisiko terhadap pencemaran udara karena lebih dari 50% kota-kota besar di dunia berlokasi di Asia dan sebagian besar memiliki permasalahan pertumbuhan populasi yang cepat, urbanisasi, transportasi dan industrialisasi,” kata Muhayatun di Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT), Bandung, pada Jumat (8/3/2019).

Menurut Muhayatun, selama ini pemantauan kualitas udara telah dilakukan terhadap CO, SO2, Nox, O3 dan PM10 (partikulat yang berukuran kurang dari 10 mikrometer) sebagai dasar untuk menghitung Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Padahal di udara juga terdapat partikulat berukuran kurang dari 2,5 mikrometer yang dikenal dengan PM-2,5. Partikulat ini berbahaya karena ukurannya kecil sehingga mampu menembus bagian terdalam paru-paru.

“Sebagai ilustrasi, ukuran PM-2,5 sebanding dengan sekitar 1/30 dari diameter rambut manusia yang pada umumnya berukuran 50-70 mikrometer. Sedangkan PM-10 sebanding dengan 1/7 dari diameter rambut,” tambahnya.

Muhayatun mengungkapkan, data dan riset PM-2,5 di Indonesia sangat terbatas sehingga perlu dilakukan pemantauan dan studi komprehensif. Batan bersama Kementerian Lingkungan Hidup melakukan penelitian kualitas udara di 16 kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, Medan, Palangka Raya, Balikpapan, Makassar, Manado, Ambon, Jayapura, Mataram, dan Denpasar.

Dengan menggunakan TAN, Batan tidak hanya fokus dalam menentukan konsentrasi massa PM-2,5 dan PM-10, melainkan lebih detail lagi yakni menentukan komposisi kimia yang terkandung pada partikulat udara.

“TAN merupakan satu-satunya metode karakterisasi partikulat udara yang unik karena memiliki kemampuan mendeteksi secara simultan, cepat, selektif, sensitif, tidak merusak, dan memiliki limit deteksi orde nanogram bahkan pikogram,” tambahnya.

Salah satu parameter penting yang menjadi fokus riset ini adalah pemantauan pencemaran logam berat khususnya Timbal (Pb) pada PM-2,5. Logam Pb yang terdapat di udara jika terhisap dan terakumulasi hingga 10 ug/dL pada seorang anak, dapat mengakibatkan menurunnya tingkat intelegensia, learning disability, mengalami gejala anemia, hambatan dalam pertumbuhan, perkembangan kognitif buruk, sistem kekebalan tubuh yang lemah dan gejala autis.

Program pemerintah penggunaan bensin tanpa timbal yang diberlakukan sejak Juli 2006 sangat baik bagi lingkungan. Program ini memberi dampak signifikan terhadap menurunnya rerata konsentrasi logam timbal di Kota Bandung.

Ia menjelaskan, hasil ini tidak diikuti oleh kota lainnya di Indonesia, kadar logam berat Pb pada PM-2,5 dan PM-10 di beberapa kota masih relatif tinggi. Konsentrasi Pb di lokasi sampling Tangerang dan Surabaya lebih tinggi ketimbang 14 kota lainnya, meskipun masih berada di bawah rerata baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP 41 Tahun 1999.

“Namun demikian hal ini perlu mendapat perhatian karena rerata hasil yang diperoleh dari dua lokasi sampling ini cenderung lebih tinggi dibandingkan baku mutu yang digunakan di Amerika yakni sebesar 0,15 mikrogram/m3,” jelasnya.

Muhayatun menegaskan, pencemaran udara merupakan fenomena global. Pencemaran yang dipancarkan dari satu sumber dapat dengan mudah melintasi perbatasan suatu kota bahkan negara dan berdampak pada tempat yang dilaluinya. Karena itu penanganan ini tentunya memerlukan upaya bersama dalam framework regional.

“Hasil ini merupakan informasi penting sebagai early warning dan perlu mendapat perhatian dalam mengatasi permasalahan polusi di perkotaan. Selain digunakan sebagai baseline data dan bahan masukkan untuk evaluasi/revisi peraturan baku mutu kualitas udara, data karakteristik yang diperoleh juga mampu mendeteksi secara dini terjadinya pencemaran,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author