Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menantang perguruan tinggi untuk memperbanyak bacaan mengenai kelautan. “Saat ini buku-buku mengenai kelautan sangat minim. Padahal buku-buku itu sangat dibutuhkan masyarakat,” ujar Fadel saat meluncurkan dua buku terjemahan terbitan Coral Watch Foundation Universitas Queensland , di Jakart pekan lalu (20/5).
Fadel menyebut perguruan tinggi seperti Institut Pertanian Bogor juga sedikit sekali menghasilkan buku-buku mengenai kelautan. Oleh karenanya, Fadel berharap dengan adanya buku versi Indonesia yang berjudul “Terumbu dan Perubahan Iklim” serta “Karbon Biru” memacu perguruan tinggi membuat buku sejenis.
“Ini baru langkah awal dalam rangka mengubah pola pikir masyarakat,” tegasnya. Buku yang membahas mengenai terumbu karang dan perubahan iklim nantinya akan diperbanyak dan akan menjadi acuan melindungi lautan dan ekosistem pesisir sebagaimana yang diamanatkan dalam Manado Ocean Declaration (MOD) 2009 lalu dan diadopsi oleh 76 negara di dunia.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriaty pada kesempatan itu mengatakan buku-buku tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran ilmu dan pelestarian terumbu karang. “Kami gembira melalui buku ini merupakan kontribusi Australia dalam pelestarian terumbu karang Indonesia yang indah,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan Endhay Kusendar mengakui saat ini referensi bahan mengenai terumbu karang dan perubahan iklim masih sedikit sekali. Selama ini menurut Endhay, Litbang Kelautan Perikanan lebih konsentrasi pada keanekaragaman hayati serta perikanan dan budi dayanya.
“Perubahan iklim merupakan persoalan baru. Jadi hasil-hasil penelitiannya belum banyak. Namun sekarang karena ini sudah menjadi keprihatian global tentu Indonesia tidak bisa mengabaikan. Dan buku ini sangat baik, karena disajikan secara komprehensif mengenai terumbu karang dan perubahan iklim serta karbon biru. Kita harus mengakui kalau buku seperti ini belum banyak dihasilkan oleh peneliti kita,” ujarnya. ***