Mahasiswa UGM Latih Warga Gunungkidul Buat Gula Cair dari Limbah Kulit Singkong

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kabupaten Gunungkidul dikenal memiliki potensi lokal berupa singkong atau ubi kayu terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tanaman singkong banyak dimanfaatkan warga sebagai bahan alternatif kebutuhan pangan serta bahan baku pembuatan kuliner tradisional.

Hanya saja, limbah kulit singkong dari sisa produksi belum dimanfaatkan dan hanya dibiarkan menumpuk begitu saja.

Sementara kulit singkong yang dibiarkan bisa merusak tanah dan mencemari lingkungan karena memiliki kandungan sianida (HCN) yang tidak konstan. Tidak hanya itu, efek lain yang ditimbulkan yaitu bau tidak sedap bagi lingkungan sekitar.

Berangkat dari fenomena tersebut, tim Cassava Peel Hero yang beranggotakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan program pengabdian masyarakat yang berorientasi pada penanganan deklinasi limbah kulit singkong berbasis ekonomi ekologis yang berlokasi di Klepu, Gunungkidul.

Tim Cassava Peel Hero beranggotakan Fathia Thaurika Rahma (Mikrobiologi Pertanian 2021), Hafsah Dwi Nurhaliza (Mikrobiologi Pertanian 2021), Shinta Firdha Amalia (Mikrobiologi Pertanian 2021), Ayu Mela (Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2021), dan Audi Mutia (Teknik Sipil 2021).

Dibawah bimbingan Diah Fitria Widhiningsih, mereka menawarkan solusi alternatif pembuatan produk gula cair singkong serta pupuk organik cair (POC) berbahan dasar kulit singkong.

“Kami melakukan program pemberdayaan ini dengan sasaran Ibu PKK Dusun Klepu yang harapannya mampu memberikan solusi alternatif terkait permasalahan limbah kulit singkong dan mampu meningkatkan pemeliharaan lingkungan serta pendapatan mitra”, jelas Fathia, Selasa (19/9/2023).

Fathia menyampaikan bahwa gula cair singkong juga memiliki kandungan kalori lebih rendah dibandingkan konsumsi gula harian lainnya yaitu hanya sebesar 1,13 kalori. Kandungan kalori rendah ini bisa dijadikan sebagai pengganti gula konsumsi harian bagi masyarakat penderita penyakit diabetes.

“Gula cair singkong tidak hanya menyehatkan, tetapi juga memiliki rasa tidak kalah manis dengan gula konsumsi harian. Hasil dari pembuatan gula cair kulit singkong dapat diinovasikan menjadi olahan sajian turunannya agar bisa meningkatkan nilai jual produk,” paparnya.

Fathia menambahkan selain diolah menjadi gula cair singkong, limbah kulit singkong juga dapat dibuat menjadi pupuk organik cair (POC). Produk ini direkomendasikan sebagai pengganti pupuk kimia karena efek penggunaan pupuk kimia dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan penurunan kesuburan tanah.

Selain itu, pembuatan POC tergolong mudah karena menggunakan alat dan bahan yang ekonomis dan sederhana sehingga Ibu PKK mampu mempraktikkan secara mandiri.

Lebih lanjut Fathia memaparkan luaran yang diharapkan dari kegiatan pengabdian ini tidak hanya sekedar edukasi pengolahan produk saja, melainkan juga menjadi wadah untuk pengembangan diri melalui sistem Training of Trainers (ToT). Sistem pelatihan ini juga diharapkan mampu membentuk jiwa kompetensi ibu-ibu PKK Dusun Klepu yang kompeten dan berdaya mandiri. (Foto: Tim Cassava Peel Hero)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author