Jakarta, Technology-Indonesia – Peningkatan produktivitas tebu dalam negeri dapat dicapai dengan terobosan teknologi melalui adopsi metode ring-pit. Teknologi ini telah diaplikasikan di India dan bisa meningkatkan produktivitas tebu dua hingga tiga kali lipat.
Guru Besar Ekonomi Pertanian dan Agribisnis UGM, Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc., menyampaikan hal tersebut dalam Seminar Gula Nasional Peningkatan Kesejahteraan Petani Tebu Menuju Swasembada Gula Nasional Berkelanjutan, yang berlangsung secara hybrid terbatas di Balai Senat UGM pada Jumat, 8 April 2022.
Dalam seminar tersebut, Irham pemaparan peluang peningkatan produktivitas tebu untuk akselerasi swasembada gula nasional. Dari hasil studi yang dilakukan di 6 pabrik gula di lingkungan PTPN 11 pada tahun 2018 menunjukkan adanya peluang peningkatan produksi tebu secara signifikan.
Data tahun 2020 mencatat potensi peningkatan produksi tebu PTPN + rakyat berdasar protas tertinggi saat ini adalah 37.999.015 ton. Sedangkan berdasarkan protas maksimal dicapai yakni 48.244.833 ton.
Lalu, peluang peningkatan produksi gula nasional dengan teknologi yang dikuasai petani saat ini bisa ditingkatkan menjadi 3.326.750 ton. Dengan teknologi yang lebih baik, produksi gula nasional bisa ditingkatkan menjadi 4.047.237 ton.
“Lalu bagaimana agar produksi gula nasional bisa mencapai 5,9 juta ton sehingga kebutuhan konsumsi rumah tangga dan industri bisa dipenuhi tanpa harus impor?” tuturnya.
Irham mengatakan hal tersebut bisa dicapai dengan terobosan teknologi melalui adopsi metode ring-pit. Teknologi ini telah diaplikasikan di India. Tebu ditanam di lubang bundar (ring-pit). Bakalan tebu ditanam secara melingkar dengan mengikuti kontur lubang.
Dengan metode ini menghemat pupuk, daya serap tanaman terhadap pupuk maksimal, menghemat air, batang yang tumbuh besar-besar. Selain itu juga meningkatkan produktivitas dan rendemen seperti yang dilaporkan Indian Institute of Sugarcane Research dimana tingkat produktivitas tebu di India meningkat dua hingga tiga kali lipat (100-300%).
“Sementara berdasar hasil penelitian kita, peningkatan produktivitas maksimal sebesar 1,75 kali atau 78 persen. Dengan adopsi metode ring-pit memungkinkan kita tak hanya swasembada namun juga bisa mengekspor gula,” paparnya.
Peningkatan produktivitas baik dengan metode eksisting maupun dengan metode ring-pit membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun data tersebut bisa dialokasikan dari pungutan impor gula (levy) dikenakan pada importir gula yang besaranya ditetapkan dengan peraturan.
Jebakan Pangan
Pemerintah akan melakukan impor gula 1.041.627 ton untuk memenuhi kebutuhan gula nasional tahun 2022. Ketua Komisi VI DPR RI, Drs. Aria Bima menyebutkan pemerintah wajib menjamin ketersediaan gula di pasar domestik dengan harga terjangkau masyarakat.
Menurutnya, pemerintah harus bertindak tegas menegakkan hukum jika tidak ingin jatuh pada jebakan pangan (food trap) akibat pilihan kebijakan yang bermuara pada penyediaan yang bertumpu pada impor.
Ia menuturkan dalam Rakortas pada 26 Oktober 2021 terdapat 781.555 ton jumlah izin impor. Undang-Undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan (UU Pangan) memungkinkan kebijakan impor. Namun begitu, Bappenas harus melihat tingkat urgensinya dan tidak boleh menguntungkan kebijakan tertentu.
“Kurangi impor perlahan dengan meningkatkan produktivitas dalam negeri dan pembenahan SDM gula,” katanya.
Bima Aria mengungkapkan Indonesia pernah mengalami kejayaan gula pada 1930-1932 dan menjadi salah satu negara pengekspor gula terbesar dunia. Namun saat ini industri gula dalam negeri tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan gula baik untuk konsumsi maupun industri. “Impor gula terus meningkat dengan rata-rata 19 persen per tahun,” tuturnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, H. Dedi Mulyadi, S.H., meminta kepada pemerintah untuk cermat dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan peningkatan produksi gula. Selain itu juga dilakukan secara berkelanjutan tanpa merugikan petani dan tidak merusak lingkungan sekitar.
Tak hanya itu, untuk mewujudkan swasembada gula 2024 Dedi Mulyadi meminta perusahaan perkebunan atau pabrik gula untuk membantu penyediaan benih unggul spesifik lokasi dan penataan varietas. Berikutnya pengembangan dan membina perkebunan rakyat di sekitar perkebunan serta membantu pengolahan dan pemasaran kebun rakyat dalam rangka kemitraan.
“Akademisi maupun peneliti diharapkan bisa menghasilkan benih unggul sesuai kebutuhan varietas yang diperlukan,” imbuhnya.
Sementara itu, masyarakat atau petani diharapkan melaksanakan pembangunan kebun sesuai dengan standar baku teknis budidaya yang baik. Lalu untuk asosiasi-asosiasi pergulaan dapat membantu dengan melakukan pengawalan pelaksanaan kebijakan sektor pergulaan nasional.
Ia berharap para stakeholder bisa melaksanakan pembangunan industri gula dengan deviasi minimal. Disamping hal tersebut juga mendorong pengembangan komoditas alterntif yang dapat diolah menjadi gula.