Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pengelolaan kapal riset Baruna Jaya I, III, dan VIII yang dimiliki Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kini memasuki babak baru. Sebelumnya kapal riset tersebut dikelola oleh eks Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).
Setelah terintegrasinya seluruh lembaga penelitian ke dalam BRIN, seluruh kapal riset tersebut menjadi aset BRIN di bawah kedeputian Infrastruktur Riset dan Inovasi. Mulai 1 April 2022 pengelolaan ketiga kapal riset tersebut dilakukan pihak profesional yakni Sinarmas LDA Maritime (SLM).
“Sebagai lembaga penelitian, sudah seharusnya BRIN fokus pada kegiatan riset dan inovasi, sedangkan pengelolaan infrastruktur lebih baik dikelola oleh pihak yang profesional,” ujar Plt. Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi, Yan Rianto usai menerima kunjungan Pimpinan SLM di Jakarta, pada Jumat, 8 April 2022.
“BRIN itu fokusnya pada riset dan inovasi, sehingga hal-hal terkait operasional seperti pengelolaan kapal riset ini diserahkan kepada pihak yang profesional,” lanjut Yan dikutip technology-indonesia.com dari laman brin.go.id.
Menurut Yan, pengelolaan kapal riset oleh pihak lain ini akan menjadi solusi terhadap permasalahan yang selama ini dihadapi BRIN. Salah satunya adalah pembayaran upah para Anak Buah Kapal (ABK). Selama ini pembayaran upah para ABK mengikuti standar gaji yang ditetapkan pemerintah sehingga para ABK tidak berkembang.
“Melalui pihak ketiga ini, upah para ABK akan disesuaikan dengan ketentuan perusahaan pengelola. Diharapkan para ABK yang telah memenuhi persyaratan akan diserap dan mendapatkan penggajian yang sesuai,” imbuhnya.
Melalui kecanggihan fasilitas yang dimiliki SLM, pihaknya menjadi lebih mudah memantau kondisi dan posisi kapal yang sedang berlayar yang selama ini tidak bisa dilakukan oleh BRIN. Dengan begitu, diharapkan kapal riset mampu beroperasi lebih baik dan lebih mudah mengetahui kondisi kapal sehingga mempermudah melakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan.
Sebelum ditetapkan SLM sebagai pihak pengelola kapal riset BRIN, Plt. Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi, Agus Haryono mengatakan, pihaknya sempat mengalami kesulitan mendapatkan calon mitra.
“Dalam hal ini Kedeputian Fasilitasi Riset dan Inovasi mempunyai peran dalam menyeleksi calon mitra pengelola kapal riset. Namun dalam perjalanannya ada kesulitan untuk mendapatkan mitra, karena mayoritas calon mitra yang ikut seleksi ternyata tidak memenuhi standar mutu kualifikasi,” kata Agus.
Plt. Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset, Nugroho Dwi Hananto mengatakan, dengan adanya perubahan pengelolaan kapal riset maka yang harus dilakukan pertama kali adalah familiarisasi ABK terhadap kapal-kapal riset yang dikelola oleh SLM, yakni Kapal Riset Baruna Jaya I, III, dan VIII. “Familiarisasi ini meliputi seluruh bagian deck, engine dan navigasi serta keselamatan,” kata Nugroho.
“Kesempatan familiarisasi ini juga akan digunakan untuk melakukan defects list atau identifikasi komponen-komponen yang memerlukan perbaikan baik yang dapat dilakukan oleh ABK sendiri ataupun harus dilakukan oleh teknisi/ahli pihak ketiga. Masa familiarisasi ini berkisar 2 minggu dan perbaikan-perbaikan diperkirakan memerlukan waktu 1 bulan,” lanjutnya.
Terkait mekanisme pemanfaatan kapal riset ini, Nugroho menjelaskan bahwa kapal riset BRIN ditujukan untuk melayani riset ilmiah kelautan yang dilakukan baik oleh lembaga riset, perguruan tinggi dan juga riset industri. Mekanismenya dapat melalui skema fasilitasi hari layar yang disediakan oleh Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi.
“Para periset yang berminat diharapkan menyampaikan proposal yang akan di-review oleh reviewer independen. Mekanisme selain menggunakan fasilitasi hari layar adalah dengan menggunakan skema kerjasama dengan Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi,” jelas Nugroho.
Dengan skema kerja sama ini penggunaan kapal riset dilakukan melalui kontrak kerjasama antara Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi dengan lembaga periset. Deputi bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi melalui Direktorat Pengelolaan Armada Kapal Riset menyiapkan pelaksanaan riset baik personil maupun instrumentasi yang diperlukan dan berkoordinasi dengan SLM selaku ship operator guna menyiapkan kapal riset yang diperlukan.
Terhadap handover pengelolaan kapal riset BRIN ini, Nugroho berharap, pihaknya dapat memulai pengelolaan kapal riset secara profesional yang memenuhi standar dan norma secara nasional dan global sehingga dapat meningkatkan pelayanan riset pesisir, laut dan samudera secara optimal kepada para periset dan dunia industri.
Pengelolaan tipe ini adalah yang pertama di tanah air dan merupakan terobosan manajemen guna menciptakan ekosistem riset yang dinamis dan produktif khususnya riset pesisir, laut dan samudera yang memerlukan kehadiran armada kapal riset BRIN.
CEO PT. SLM, Matthieu Lavoine menjelaskan SLM merupakan joint venture antara Sinarmas dan Louis Dreyfus Armateurs. SLM bergerak di bidang penyedia logistik dan merupakan perusahaan pemilik kapal yang terintegrasi.
“SLM mempekerjakan 2.000 orang di Indonesia dan memiliki serta mengoperasikan 100 kapal berbendera Indonesia dengan berbagai ukuran dan kemampuan,” ujar Matthieu. (Sumber brin.go.id)