Jakarta, Technology-Indonesia.com – Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman serealia dengan daya adaptasi yang luas dan dapat ditanam di lahan kering. Sorgum berpotensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan di Indonesia.
Sorgum memiliki banyak manfaat antara lain sebagai bahan pangan, bahan untuk pakan ternak, sumber energi dan bahan baku industri.
Diversifikasi pangan dengan sorgum memiliki potensi yang besar dan layak dikembangkan. Sorgum berpotensi sebagai bahan pangan karena banyak hal, salah satunya bebas gluten dengan angka glikemik indeks yang rendah.
Sorgum dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan karena biji sorgum memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi bahkan memiliki kadar protein yang mencapai 11% dibanding beras hanya 6.8%.
Periset dari Pusat Riset Rekayasa Genetika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Astuti mengatakan peningkatan keragaman genetik tanaman dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti persilangan, transformasi gen, variasi somaklonal dan mutasi.
Pemuliaan tanaman dengan mutasi induksi merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan keragaman genetik sehingga dapat memperkaya plasma nutfah yang ada dan juga dapat memperbaiki sifat pada varietas.
Induksi mutasi dapat dilakukan dengan menggunakan agen mutasi (mutagen) kimia dan mutagen fisik salah satunya menggunakan radiasi sinar gamma yang dikenal dengan mutasi radiasi sinar gamma.
“Iradiasi sinar Gamma dilakukan pada benih sorgum varietas Jagung Rote. Benih yang digunakan sebanyak 20 gram untuk masing-masing dosis termasuk kontrol yang tidak diiradiasi. Iradiasi menggunakan 10 dosis yaitu 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900 dan 1000 gray,” jelas Astuti dalam laman brin.goid.
Iradiasi sinar gamma, lanjutnya, dilakukan di Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi, Organisasi Riset Tenaga Nuklir (PRTPR, ORTN-BRIN), Jakarta. Benih M1 selanjutnya ditanam dan ditumbuhkan di Rumah Kaca Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN, Cibinong. Biji sorgum yang tidak diradiasi digunakan sebagai kontrol.
Astuti menambahkan Iradiasi sinar Gamma memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan benih sorgum varietas Jagung Rote. Pengaruh iradiasi terhadap pertumbuhan benih sorgum tersebut di atas dua minggu setelah tanam menunjukkan bahwa mulai dosis 600 Gray sorgum yang diiradiasi sudah tidak menunjukkan perkecambahan.
Sementara penanaman benih sorgum M1 varietas KS yang diiradiasi sampai dengan dosis 1000 Gray masih dapat berkecambah bahkan sampai menghasilkan daun. Begitupun dengan hasil penanaman varietas SMM yang menunjukkan bahwa baru di dosis 800 Gray sudah tidak menunjukkan perkecambahan.
“Perbedaan hasil dari pertumbuhan hasil iradiasi sorgum Jagung Rote dengan KS dan SMM memperlihatkan bahwa varietas yang berbeda dapat memberikan respon fisiologis yang juga berbeda terhadap iradiasi,” tambahnya.
Peningkatan dosis radiasi sinar Gamma akan meningkatkan sensitivitas tanaman. Efek ini menyebabkan pengurangan jumlah hormon pertumbuhan endogenous tanaman tersebut sehingga terjadi penurunan pertumbuhan tanaman.
Hal ini yang mendasari penentuan dosis optimum dapat menggunakan reduksi pertumbuhan, yang dalam penelitian ini menggunakan reduksi tinggi tanaman dari tanaman yang tumbuh.
“Dosis optimum yang dapat meningkatkan keragaman genetik benih tanaman sorgum dapat ditentukan dengan nilai letal dosis. Nilai letal dosis dapat dihitung dengan menggunakan parameter jumlah benih yang tumbuh dan tinggi tanaman dari benih M1. Rentang dosis optimum yang didapatkan untuk sorgum Varietas Jagung Rote adalah 200 – 400 Gray,” pungkas Astuti. (Sumber: brin.go.id, Ilustrasi: BRIN/Astuti)