Jakarta, Technology-Indonesia.com – Ubi jalar merupakan salah satu komoditas pertanian yang hingga saat ini pangsa permintaannya semakin terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan pangan fungsional dan berbagai industri serta permintaan ekspor. Peningkatan produksi ubi jalar tidak lepas dari peran varietas unggul dan komponen teknologi.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) Priatna Sasmita menyampaikan hal tersebut saat panen raya kegiatan Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) Ubi Jalar di Dusun Krajan, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (4/12/2021). Priatna bersama Kepala Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi (Balitkabi) melakukan panen varietas unggul ubi jalar dengan kandungan betakaroten dan antosianin tinggi di luas lahan 10 hektare.
Priatna menyampaikan bahwa kendala pemenuhan ubi jalar adalah pasokan untuk produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Karena itu diperlukan peningkatan produksi ubi jalar yang memiliki keunggulan sebagai pangan fungsional.
Peningkatan produksi ubi jalar tidak lepas dari peran varietas unggul dan komponen teknologi. Menurut Priatna, varietas unggul memiliki peran sebagai wahana pembawa teknologi baru dengan keunggulan dan spesifikasi yang dimiliki yaitu daya hasil tinggi, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit yang berperan dalam mendukung sistem pola tanam dan program pengendalian hama terpadu (PHT).
Peran varietas unggul lainnya adalah umur genjah untuk meningkatkan indeks pertanaman, keunggulan sebagai pangan fungsional sehingga dapat meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat, termasuk dapat meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut.
“Upaya peningkatan produksi ubi jalar nasional diperlukan penyediaan stek yang memadai dan berkualitas. Perlu dirancang sejak awal dari program upaya peningkatan produksi stek. Selain itu, juga perlu difokuskan pengembangan pada lahan-lahan potensial yang mampu meningkatkan produktivitas ubi jalar hingga mencapai lebih dari rata-rata nasional,” imbuhnya.
Di sisi lain, Priatna mengungkapkan bahwa target produksi tersebut perlu terus diupayakan dengan menggunakan teknik budi daya yang benar dan tepat, penggunaan varietas unggul, musim tanam dan umur panen yang sesuai. Selain itu, perlu pengelolaan peningkatan produksi ubi jalar di daerah sentra maupun pengembangan wilayah produksi. Alhasil, fokus pengembangan ubi jalar lebih dititikberatkan pada aspek peningkatan produksi.
Kegiatan panen raya ini merupakan implementasi dari pengembangan varietas unggul ubi jalar yang terdiri dari 2 hektar teknologi eksisting (cara petani), 3 hektar teknologi inovasi dan 5 hektar teknologi rekomendasi. Kegiatan ini melibatkan sekitar 30 petani kooperator menanam varietas unggul baru (VUB) Beta 1, Beta 2, Antin 2 dan Antin 3 sebagai bentuk diseminasi teknologi khususnya sebagai sumber pangan fungsional dan memenuhi kebutuhan industri.
Adapun teknologi yang didemonstrasikan antara lain penanggulangan hama penggerek ubi jalar (Cylas formicarius) dan penyakit scab (Sphaceloma batatas). Teknologi untuk mengatasi penggerek yaitu penanganan hama penggerek umbi melalui perlakuan mulsa plastik dan jerami, aplikasi biopestisida BeBas (Beauveria bassiana), dan mamasang perangkap trap (seks feromon). Sedangkan pengendalian penyakit scab menggunakan pestisida organik dari ekstrak bawang merah (Allium cepa).
Teknologi RPIK inovasi yang menggunakan VUB Beta 1 dan Beta 2, Antin 2 dan Antin 3 lebih unggul karena B/C ratio mencapai 4,90 dan dapat meningkatkan 2 kali lipat jika dibandingkan teknologi eksisting. VUB Beta 2 dan Antin 3 menggunakan teknologi inovasi perlakuan mulsa plastik dapat meningkatkan hasil tertinggi sebagai sumber pangan fungsional yang mengandung beta karoten dan antosianin.
Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil ubi madu sebagai komoditas ekspor maka dianjurkan untuk menggunakan teknologi rekomendasi khususnya menggunakan mulsa plastik karena dapat diperoleh B/C ratio mencapai 4,11.
Selain panen raya, dilakukan Bimbingan Teknis Budi Daya Ubi Jalar Produktivitas Tinggi dan Ramah Lingkungan oleh Balitkabi bekerja sama dengan BB Biogen dan BB Pascapanen serta pelepasan ekspor ubi jalar varietas ubi madu (Cilembu) ke Jepang dan Korea. Kecamatan Pasrujambe, Kab. Lumajang merupakan salah satu sentra ubi jalar varietas ubi madu (Cilembu) terbesar di Jawa Timur yang sudah mencetak ekspor ke dua negara tersebut hingga mencapai 200 ton/bulan.
RPIK Ubi Jalar merupakan dukungan terhadap program Pemerintah terkait dengan pemulihan ekonomi nasional. Karena itu, Kepala Puslitbangtan sangat mengapresiasi keberhasilan ini termasuk sinergi antara Badan Litbang Pertanian dan semua unsur dari Pemda Lumajang maupun pihak swasta untuk suksesnya kegiatan di wilayah ini, sehingga mampu meningkatkan kuantitas ekspor “ubi madu” Lumajang.