Uji Varietas Padi Balitbangtan Toleran Rendaman di Riau

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Budidaya tanaman padi di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, menuju fase baru dengan dimulainya pengujian varietas unggul padi toleran rendaman. Varietas unggul padi toleran rendaman yang diuji merupakan hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

Kuansing merupakan salah satu sentra padi di Riau yang sering dilanda banjir. Pada akhir 2019, seluas 1.543 hektare (ha) sawah direndam banjir dan 872 ha diantaranya puso. Banjir datang setiap tahun seiring meluapnya sungai Batang Kuantan. Kuansing memiliki 6.619 ha sawah dan lebih dari 2.800 ha rawan banjir.

Untuk mengantisipasi kerugian petani akibat banjir, Bappeda Litbang Kabupaten Kuansing bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Riau, menguji adaptasi 4 varietas toleran rendaman yang dihasilkan Balitbangtan, yaitu: Inpara 3, Inpara 8, Inpara 10, dan Inpari 30.

Pengujian ini adalah yang pertama di Kuansing, memberi harapan kepada petani untuk mempertahankan produksi sekalipun tanaman terendam banjir hingga 2 minggu. Menurut Em Surya Ihwan, salah seorang PPL di Kuantan Tengah, selama ini varietas lokal yang ditanam petani sudah cukup rusak jika direndam banjir 3 hari saja.

Penanaman padi toleran rendaman ini dilaksanakan oleh Kepala Bappedalitbang Kuansing, Maisir, Kabid Penelitian dan Pengembangan, Zulkarnaen, bersama peneliti BPTP Riau, Parlin H. Sinaga.

Toleran Rendaman

Berdasarkan deskripsi varietas, Inpara 3 merupakan varietas padi toleran rendaman air selama 6 hari pada fase vegetatif. Varietas yang dilepas pada 2009 ini baik ditanam di daerah rawa lebak, rawa pasang surut potensial dan di sawah irigasi yang rawan terhadap banjir.

Inpari 3 memiliki umur tanaman 127 hari, dengan potensi hasil 5,6 ton/ha dan rata-rata hasil 4,6 ton/ha. Varietas ini agak tahan wereng batang coklat biotipe 3; tahan terhadap blas ras 101,123,141, 373; dan rentan terhadap hawar daun bakteri.

Varietas Inpara 8 Agritan yang dilepas Balitbangtan pada 2014 ini cocok ditanam di lahan rawa pasang surut, lebak dangkal dan tengahan. Inpari 8 memiliki umur tanaman 115 hari setelah sebar. Potensi hasilnya 6,0 ton/ha gabah kering giling (GKG), dengan rata-rata hasil 4,7 ton/ha GKG. Inpara 8 memiliki tekstur nasi pera dengan kadar amilosa ± 28,5%

Inpara 8 agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 1,2, serta rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 3. Terkait ketahanan penyakit, varietas ini tahan terhadap hawa daun bakteri patotipe III, agak tahan terhadap hawa daun bakteri patotipe IV, dan agak tahan terhadap blas ras 133. Untuk cekaman abiotik, varietas ini toleran keracunan Fe.

Varietas Inpara 10 BLB yang dilepas tahun 2018 ini baik ditanam pada lahan rawa pasang surut dan lebak. Inpara 10 termasuk golongan cere dengan umur tanaman 126 hari, dengan rata-rata hasil 5,0 ton/ha dan potensi hasil 6,8 ton/ha. Inpara 10 memiliki tekstur nasi sedang dengan kadar amilosa 24,9%.

Varietas ini agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3. Inpara 10 juga agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan VII; agak rentan patotipe IV dan VIII; tahan terhadap penyakit blas ras 001, 041; serta toleran terhadap keracunan Fe.

Sementara varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1 tahan terhadap rendaman air sampai 15 hari pada fase vegetatif. Varietas ini cocok untuk ditanam di sawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian 400 meter di atas permukaan laut pada daerah luapan sungai, cekungan, dan rawan banjir lainnya. Umur tanaman Inpari 30 Ciherang Sub 1 hanya 111 hari setelah semai dengan potensi hasil 9,6 ton per hektare. Tekstur nasi pulen yang disukai sebagian besar masyarakat umumnya. (Sumber BPTP Riau)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author