Bogor, Technology-Indonesia.com – Memperingati Hari Tanah Sedunia 2018, Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar serangkaian kegiatan di Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Bogor pada 4-5 Desember 2018. Hari Tanah Sedunia (World Soil Day) diperingati setiap 5 Desember untuk meningkatkan kesadaran publik akan arti penting tanah untuk memastikan keberlanjutan kehidupan di bumi.
Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro yang juga sebagai plt Kepala Badan Litbang Pertanian mengatakan peringatan Hari Tanah Sedunia bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang multifungsi tanah untuk penyediaan pangan yang sehat secara ramah lingkungan.
“Keberlanjutan fungsi tanah untuk mendukung kehidupan kita saat ini maupun kehidupan anak cucu kita sangat ditentukan oleh aksi dan tindakan kita sekarang,” kata Syukur saat membuka Peringatan Hari Tanah Sedunia bertema “Jadi Solusi Atas Polusi Tanah” di BBSDLP, Bogor, pada Selasa (4/12/2018).
Kegiatan ini, terang Syukur, juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta untuk mengimplementasikan inovasi teknologi pengelolaan lahan guna meningkatkan ketahanan tanah, dan merumuskan konsep ketahanan tanah sebagai paradigma dalam menyediakan alternatif solusi untuk polusi tanah. Selain itu, peringatan Hari Tanah Sedunia bertujuan memperkuat kerjasama dan jaringan untuk percepatan hilirasi inovasi teknologi pengelolaan lahan.
Menurut Syukur, Kementan saat ini berupaya meningkatkan produksi baik untuk penyediaan pangan, agroindustri maupun ekspor. “Upaya ini tidak terlepas dari luasan dan kualitas sumber daya tanah kita,” lanjutnya.
Pada 2019, Kementan mencanangkan untuk mengoptimakan atau membuka lahan-lahan marjinal di Indonesia diantaranya lahan marjinal rawa seluas 1 juta hektare. Indonesia juga memiliki lahan kering yang potensinya juga luar biasa. “Ini sebagai solusi terhadap penggunaan lahan pertanian ke depan sehingga pada 2045 program yang dicanangkan pemerintah agar Indonesia sebagai lumbung pangan dunia bisa terealiasasi,” terang Syukur.
Pada kesempatan tersebut, Syukur mengungkapkan bahwa tanah mempunyai 7 fungsi utama yaitu sebagai produksi biomassa, termasuk pertanian dan kehutanan, menyediakan nutrisi dan air yang bersih, menjaga biodiversity, sebagai lahan bagi kita untuk beraktivitas, sumber bahan mentah untuk aneka keperluan, menyimpan karbon, serta menjaga warisan arkeologi dan geologi
Selama dua hari, peringatan Hari Tanah Sedunia akan diisi kegiatan antara lain Open House BBSDLP – Balittanah- Museum Tanah, Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Tanah dan Aplikasi IT, Talkshow, Soil Judging Contest, dan talkshow di radio.
Open House diikuti 1072 siswa TK, SD, dan SMP. Para peserta mengunjungi Agrosinema dan menonton film-film terkait pertanian dan penelitian, mengunjungi petak pamer, melihat aneka tanaman dan praktek penamanan, mengunjungi laboratorium Balittanah dan mengunjungi Museum Tanah.
“Kita sudah punya Museum Tanah di dekat Kebun Raya Bogor. Saya mohon masukan-masukan pada para ahli tanah agar Museum Tanah tidak hanya sebagai tempat wisata tetapi sebagai media untuk pengembangan ilmu terutama ilmu yang terkait dengan tanah,” tutur Syukur.
Bimtek diikuti 136 orang yang terdiri dari petani, penyuluh, mahasiswa, dosen, swasta, guru, dan umum. Materi yang dilatihkan adalah teknik pembuatan pupuk organik, biochar, biopestisida serta Bimtek Baca Peta.
Soil Judging Contest diikuti 25 tim mahasiswa dari 11 perguruan tinggi, yaitu Universitas Sriwijaya, Universitas Padjadjaran, IPB, UGM, Universitas Jember, Universitas Negeri Sebelas Maret Solo, Universitas Mataram, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Lampung, UPN Veteran Yogyakarta, dan UPN Veteran Surabaya.
Selain itu digelar juga talkshow bertema Ketahanan Tanah dengan narasumber Kepala BBSDLP, Ketua Himpunan Ilmu Tanah Indonesia, Ketua Himpunan Gambut Indonesia, Ketua Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia, serta perwakilan pengusaha.
Syukur mengatakan ketahanan tanah atau soil security merupakan upaya-upaya untuk memastikan tanah dapat melaksanakan fungsinya. Terkait ketahanan tanah, Kementan telah melakukan berbagai upaya seperti subsidi pupuk terutama organik, pola tumpangsari, kebijakan mengembalikan sisa tanam ke lahan pertanian, pertanian organik dan pertanian konservasi.
Pelaksanaan Hari Tanah Sedunia di Indonesia sudah dilaksanakan selama tiga tahun sejak 2016. Syukur berharap, pelaksanaan Hari Tanah Sedunia pada 2019 bisa melibatkan ahli tanah dari luar negeri, setidaknya dari lingkup ASEAN untuk berdiskusi, bertukar pikiran mengenai tantangan dan solusi isu pertanahan.
“Kegiatan ini perlu terus dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran publik terkait sumber daya tanah,” pungkasnya.