Jakarta, Technology-Indonesia.com -Penggunaan benih umbi pada budidaya bawang merah membutuhkan jumlah umbi yang banyak, biaya distribusi yang tinggi, dan masa simpan terbatas. Untuk itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengembangkan teknologi perbanyakan bawang merah menggunakan biji atau true shallot seeds (TSS) yang lebih efektif dan efisien.
Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat (Sumbar), Atman Roja mengatakan, lebih dari Rp 300 miliar dana bisa dihemat untuk pembelian benih di Provinsi Sumbar jika petani bawang merah menggunakan benih bukan berasal dari umbi, tetapi dari biji.
Hal ini disampaikan Atman pada kegiatan sosialisasi dan diseminasi hasil-hasil kelitbangan di Provinsi Sumbar di auditorium BPTP Sumbar pada Rabu (7/4/2021). Kegiatan ini berkaitan dengan Ekspose dan Seminar Nasional 2021, kerjasama BPTP Sumbar, Balitbang Provinsi Sumbar, Faperta Unand, Faterna Unand, dan pihak swasta yang dilangsung di Sukarami Solok pada 7-8 April 2021.
Selanjutnya disampaikan bahwa penerapan teknologi PROLIGA (Produksi Lipat Ganda) bawang merah akan memberikan keuntungan. Selain biaya benih relatif murah, benih juga dapat disimpan lebih dari 1 tahun, bebas cendawan, bakteri, nematoda, insekta, dan jarang terkontaminasi virus dan penyakit tular benih.
Selain itu lebih fleksibel (dapat ditanam saat dibutuhkan), dan bentuk serta ukuran umbi relatif lebih seragam. Sementara itu, produktivitas lebih tinggi, mencapai >20 ton/ha, bahkan 30 ton/ha.
Atman Roja menyampaikan, untuk mencapai produktivitas tersebut, komponen teknologi yang diterapkan, antara lain penggunaan benih asal biji; penambahan populasi tanaman dari 240 ribu menjadi 500 ribu – 800 ribu rumpun tanaman per hektare; pengelolaan manajemen hara dan air; dan pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT) dengan penekanan kehilangan hasil maksimal 10%.
Selain pupuk N, P, dan K, penggunaan kapur pertanian, pupuk kandang, dan pupuk yang mengandung unsur Sulfur (balerang), mutlak diberikan untuk meningkatkan produktivitas bawang merah. Lokasi lahan yang dekat dengan sumber air merupakan persyaratan utama dalam membudidayakan bawang merah. Kekurangan air dapat menyebabkan hasil menurun drastis bahkan bisa mengalami kegagalan,.
Kegiatan diikuti sekitar 100 peserta berasal dari petani dan pendamping petani (penyuluh) se Sumbar. Diskusi hangat terjadi karena sebagian besar peserta belum mengetahui tentang budidaya bawang merah asal biji.
Diharapkan, ke depan sosialisasi dan aplikasi teknologi ini makin gencar dilaksanakan oleh pemerintah daerah (dinas pertanian) baik berupa demplot (demonstrasi plot) atau dalam bentuk lainnya. Pada daerah pengembangan baru, seyogyanya teknologi bawang merah menggunakan biji ini yang diperkenalkan ke petani, bukan yang berasal dari umbi. (Sumber BPTP Sumbar)