Jakarta Technology-Indonesia.com – Di pengujung tahun 2020, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sulawesi Tengah (Sulteng) tetap melakukan diseminasi, pendampingan dan pengawalan penerapan inovasi teknologi ke tingkat petani. BPTP Sulteng pada Rabu (23/12/2020) melakukan pengawalan teknologi pesemaian padi dengan sistem dapog di Desa Sambo, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi.
Kegiatan ini dihadiri Kepala BPTP Sulteng, Kasie KSPP BPTP Sulawesi Tengah, Peneliti dan Penyuluh BPTP, Kepala BPP Baliase, tenaga Penyuluh dan POPT, kelompok tani pelaksana demplot, serta Tim Yayasan Pusaka Indonesia.
Kepala BPTP Sulteng, Fery Fahrudin Munier menyampaikan bahwa pendampingan teknologi ini merupakan tindaklanjut dari kerjasama yang telah dijalin antara BPTP Sulteng dan Yayasan Pusaka Indonesia. “Dari hasil Kajian Kebutuhan Peluang (KKP) beberapa waktu lalu, salah satu teknologi yang akan diterapkan pada demplot ini adalah sistem tanam jajar legowo menggunakan rice transplanter. Maka dari itu, pada hari ini dilaksanakan pesemaian dengan sistem dapog yang merupakan salah satu syarat pada saat akan menanam menggunakan mesin,” ungkap Fery.
Menurutnya, air irigasi di wilayah ini cukup tersedia dan mengalir sepanjang waktu, sehingga sangat memungkinkan untuk terjadi peningkatan indeks pertanaman dari dua kali tanam menjadi tiga kali atau bahkan empat kali.
Terkait inovasi teknologi yang terapkan di lokasi demplot, Peneliti BPTP Sulteng, Syafruddin mengungkapkan bahwa kunci utama dalam menanam dengan menggunakan mesin rice transplanter indo jarwo adalah pesemaian dengan sistem dapog, sehingga ini harus menjadi perhatian utama.
“Secara teknis, dalam pesemaian harus diperhatikan kondisi air tidak boleh terlalu tergenang, bahkan pada saat akan menanam nantinya perlu dikeringkan,” kata Syafrudin dihadapan anggota kelompok tani yang hadir.
Lebih lanjut Syafrudin mengingatkan kepada petani bahwa pemupukan harus dilakukan dua kali, yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan. “Pemberian pupuk dasar tidak lebih dari 7 hst (hari setelah tanam) dengan pupuk NPK, selanjutnya pupuk susulan berdasarkan BWD (bagan warna daun),” tegasnya.
Selama kegiatan berlangsung, tampak seluruh petani sangat antusias mengikuti rangkaian acara yang berlangsung. Bagi sebagian besar petani di wilayah tersebut, teknologi pesemaian dengan sistem dapog ini merupakan hal baru dan hampir belum pernah mereka lakukan.
Antusiasme petani ini menjadi harapan yang besar bagi BPTP Sulteng dan Yayasan Pusaka Indonesia terhadap upaya peningkatan produksi dan produktivitas di wilayah ini. Karena dengan demikian, selain petani dapat meningkat pendapatannya, secara khusus wilayah ini juga nantinya dapat berkontribusi menyuplai beras di Kabupaten Sigi. Mengacu pada luas sawah di Desa Sambo yang mencapai 150 hektare, bila ditanam 2 kali setahun, maka sudah mampu menyumbang luas tambah tanam 300 hektare.
Sistem Dapog
Dapog/tray merupakan tempat tumbuhnya bibit padi yang ditanam secara acak dengan cara ditabur pada media tumbuh untuk disemaikan. Pesemaian dengan sistem dapog umumnya dilakukan apabila penanaman dilakukan menggunakan alat tanam rice transplanter.
Salah satu titik kritis tanam bibit menggunakan mesin tanam pindah bibit padi (rice transplanter) adalah pembuatan pesemaian karena memerlukan bibit khusus. Cara pembuatan pesemaian berbeda dengan pesemaian yang biasa dilakukan (konvensional).
Ukuran dapog untuk mesin Jarwo Transplanter mempunyai lebar 18,3 cm dan panjang sekitar 58 cm. Cara penyemaian dapog dapat dilakukan langsung di lahan basah (sawah) ataupun di pekarangan rumah. Kebutuhan benih per dapog pesemaian adalah 90 -100 gram.
Tebal media tumbuh untuk pesemaian yaitu 2–3 cm. Umur bibit yang dapat ditanam berkisar 15 –20 hari setelah semai dan tinggi bibit yang disarankan mencapai 15 –20 cm.
Lokasi tempat pesemaian bisa di pekarangan rumah atau langsung dilakukan di sawah. Intinya adalah mudah diari/disiram, terbebas dari hewan ternak jika di pekarangan dan jauh dari sinar lampu untuk menghindari organisme pengganggu tanaman (OPT).
Jika pembibitan di pekarangan/halaman rumah bisa dibuat rak-rak dari bambu, ketinggian rak disesuaikan dengan kondisi tempat. Setelah lokasi kita tentukan kemudian dapok/tray yang telah diisi media, ditata dengan hati-hati selanjutnya disiram air sampai basah betul (bila diangkat dapok/tray airnya menetes).
Sedangkan pesemaian/pembibitan yang dilakukan di lahan sawah sebaiknya dibuat guludan/bedengan setingga 10 cm dengan lebar bedengan sekitar 150 cm untuk dua dapok kanan kiri. Panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan kemudian ratakan (harus datar).
Untuk menabur benih pada dapog/tray dapat disebar langsung denga tangan atau menggunakan alat penabur benih (Seeder). Pemeliharaan dilakukan setelah pesemaian umur 4 hari setelah semai (hss). Bila tempat pesemaian di lahan pekarangan setiap hari perlu penyiraman secara intesif.
Sementara cara pemeliharaan pesemaian dilahan sawah, saat masa kecambah, atur ketinggian air dibawah tray/dapok. Pada masa pertumbuhan daun, atur ketinggian air sama dengan guludan jika penyemaian disawah. (Berbagai sumber)