Teknologi Inovatif Budidaya Bawang Putih

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Bawang putih ditetapkan menjadi komoditas strategis yang harus dikejar kecukupan produksinya untuk swasembada. Untuk itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) telah mengembangkan teknologi inovatif budidaya bawang putih.

Kepala Balitsa, Catur Hermanto mengatakan komponen utama dari teknologi ini adalah varietas unggul bawang putih yang telah dilepas oleh Balitbangtan, benih bermutu, pemilihan ukuran benih yang tepat, peningkatan populasi tanaman per hektar, pengelolaan air dan hara, serta pengendalian hama terpadu.

Teknologi ini, terangnya, telah diuji cobakan di dua sentra bawang putih, yaitu di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar dan di Desa Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bawang putih tersebut dapat mencapai lebih dari 30 ton/hektare (ha).

Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting. Bawang putih berguna sebagai pelengkap bumbu masak, sebagai obat anti jamur dan bakteri, serta dapat menurunkan kolesterol dan mencegah pembekuan darah.

Tanaman bawang putih akan tumbuh baik jika ditanam di dataran tinggi di atas 1.000 m dpl. Dengan suhu 15-25°C (Sunarjono, 2010). Namun, ada beberapa varietas yang dapat tumbuh di dataran medium, bahkan dataran rendah.

Benih berumur 8 bulan yang sudah diseleksi, dibersihkan dan siap tanam.

Curah hujan optimal untuk pertumbuhan bawang putih berkisar antara 100-200 mm/bulan. Suhu rendah dan kondisi curah hujan terlalu tinggi akan mempersulit pembentukan siung. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman bawang putih adalah grumusol (ultisol) dengan pH netral (Thomson, 2007).

Bawang putih sebaiknya ditanam pada akhir musim penghujan atau awal musim kemarau. Menjelang panen tanaman ini tidak menghendaki kondisi yang terlalu basah/ lembap karena akan menyebabkan kebusukan dan penurunan kualitas umbi.

Pengolahan lahan

Tanaman bawang putih tumbuh optimal di dataran medium sampai dataran tinggi. Jika ditanam di dataran tinggi, lahan yang cocok untuk tanaman bawang putih adalah jenis tanah lempung berpasir, berstruktur tanah gembur dengan pH 5,5-7.

Pengolahan lahan dilakukan dengan menggemburkan tanah dengan cara melakukan pembalikan menggunakan cangkul atau rotari. Selanjutnya dibuat bedengan dengan lebar 100 cm tinggi ± 30 cm dan lebar parit ± 30 cm.

Selanjutnya dilakukan pengapuran dilakukan menggunakan dolomit dengan dosis 2 ton/ha. Kapur ditaburkan di atas bedengan lalu diaduk dengan tanah. Sebelum tanam dilakukan pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang sapi 30 ton/ha atau pupuk kotoran ayam 15 ton/ha, dan SP36 = 375 kg/ha. Pupuk dasar tersebut diaplikasikan 15 hari sebelum tanam.

Penaburan kapur secara merata di atas bedengan

Sehari sebelum tanam dilakukan penyemprotan herbisida di atas permukaan bedengan. Penyemprotan herbisida bertujuan memperlambat tumbuhnya rumput setelah benih bawang putih ditanam sehingga dapat tumbuh normal tanpa diganggu pertumbuhan rumput disekitarnya.

Pemeliharaan Tanaman

Saat persiapan tanam, pilihlah benih yang telah berumur 6 – 8 bulan, sehat, tidak keropos dan berukuran seragam agar pertumbuhan di lahan juga seragam. Siung dibersihkan dari kotoran dan lapisan kulit yang sudah kering.

Selanjutnya, basahi lahan satu hari sebelum tanam. Benih ditanam satu siung per lubang tanam dengan kedalaman ± 3 cm dan jarak tanam 10 cm x 10 cm atau 12,5 cm x 12,5 cm. Selanjutnya ditutup dengan mulsa jerami dengan ketebalan ± 5 cm dan setelah ditutup dengan mulsa jerami dilakukan penyiraman.

Penyiraman dengan cara digenangi kemudian air dicipratkan ke tanaman

Penyiangan dilakukan secara rutin disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma. Gulma pada parit dapat dibersihkan dengan cangkul sekaligus untuk memelihara bentuk bedengan. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan 2 kali dalam seminggu pada 12- 20 hari menjelang panen penyiraman dihentikan.

Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan 2 kali dalam seminggu, mulai tanaman berumur 21-25 hari. Insektisida dan fungisida yang diberikan terdiri dari 2 jenis yang bersifat kontak dan sistemik.

Pemupukan susulan dapat diberikan sebanyak 4 kali pada saat tanaman berumur 21, 35, 49, dan 63 hari setelah tanam. Jenis pupuk yang diberikan terdiri dari ZA 286 kg/ha dan KCl 50 kg/ha untuk setiap kali pemupukan.Pupuk diberikan dengan cara ditabur di sela-sela barisan tanaman.

Panen

Ciri-ciri bawang putih yang siap dipanen adalah umbinya terlihat dari permukaan tanah, sebagian daun menguning dan batang tanaman sudah mulai rebah. Varietas Lumbu Hijau dapat dipanen pada umur 112- 120 hari, sedangkan varietas Tawangmangu pada 120-140 hari. Umur panen yang terlalu muda akan menyebabkan umbi cepat menyusut dan jika terlalu tua akan menyebabkan umbi cepat busuk.

Cara pemanenan yang paling baik adalah dengan mencabut tanaman sambil mencongkel umbinya agar umbi tidak rusak. Sebelum masuk ke tempat penyimpanan, tanaman hasil panen harus dibersihkan terlebih dahulu dengan membuang daun busuk/tua dan memotong akarnya. Tanaman yang sudah bersih diikat dengan tali bambu, satu ikat terdiri dari 50-100 tanaman tergantung pada ukuran umbinya.

Penyimpanan umbi bawang putih dengan cara digantung pada rak bambu

Bawang putih yang akan dijual untuk konsumsi disimpan selama ± 2 minggu, sedangkan yang untuk benih disimpan selama 6-8 bulan. Penyimpanan benih yang paling baik adalah dengan cara digantung. Hindari penyimpanan benih langsung di atas permukaan lantai. (Balitsa/Rofik Sinung Basuki, Agnofi Merdeka Efendi, Catur Hermanto)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author