Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tumpang sari tanaman jagung dan kedelai (Turiman Jale) merupakan sistem tanam campuran antara jagung dan kedelai yang ditanam dalam satu areal dengan waktu yang bersamaan atau agak bersamaan.
Akhir tahun 2018, Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Bali dan Dirjen Tanaman Pangan mulai membuat demplot Turiman Jale di Subak Kesiut, Desa Kesiut, Kecamatan Kerambitan-Tabanan.
Saat ini demplot Turiman Jale seluas kurang lebih 52 hektare dengan melibatkan 105 orang anggota subak sudah memasuki fase produksi baik tanaman jagung maupun kedelainya.
Pekaseh Subak Kesiut, I Nyoman Sugita mengatakan dirinya optimis demplot Turiman Jale yang dibuat akan berhasil karena tampilan tanamannya cukup bagus, semuanya bisa berproduksi.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Dr. I Made Rai Yasa dalam kunjungannya bersama Tim Upsus Pajale (Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai) BPTP Bali, Rabu (13/2/2019) menjelaskan bahwa dalam sistem Turiman jarak tanam menjadi patokan utama.
“Pengamatan kami Turiman Jale di Subak Kesiut Jagung ditanam dengan jarak tanam 40 x 20 cm antar baris, dari jagung ke kedelai berjarak 40 cm. Dari jagung ke jagung berjarak 2 m, sedangkan jarak tanam kedelai adalah 30 x 20 cm,” paparnya.
Lebih lanjut Dr. Rai Yasa mengatakan Turiman Jale di Subak Kesiut akan dijadikan alternatif model Turiman di tempat lain. “Kami akan mengkaji untuk mencari model Turiman yang tepat untuk dikembangkan di Bali,” ujarnya.