Panen Perdana Demplot VUB Padi Khusus dan Spesifik Lokasi di Ciamis

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat (Jabar) menggelar panen perdana Demplot Pengembangan VUB Padi Khusus dan Spesifik Lokasi dengan Menerapkan Budidaya Padi Ramah Lingkungan (BPRL), di Ciamis pada Minggu (29/08/21). Panen di demplot tersebut menunjukkan hasil menggembirakan. Dari hasil ubinan pada varietas Inpari 32 telah terjadi peningkatan produktivitas mencapai 27.5%.

Panen dilakukan bersama anggota Komisi IV DPR RI Dapil X, Asep Ahmad Maoshul Affandy dan berlangsung di Kelompok Tani Sri Mukti, Desa Puloerang, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Dalam panen pada area demplot seluas 10 hektare (ha), BPTP Jabar mengajak Petani Sri Mukti untuk mengaplikasikan varietas unggul baru (VUB) yang dikeluarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) diantaranya Inpari 32, Inpari 33, Inpari 35, Inpari NutriZinc, Pamelan dan Mantap sejak Mei 2021.

Dari hasil ubinan pada varietas Inpari 32, produktivitas menunjukan peningkatan hasil, dimana kini didapat 7,23 ton/ha dari kondisi existing 5,67 ton/ha. Artinya, telah terjadi peningkatan produktivitas mencapai 27.5%.

Seusai panen, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan). Priatna Sasmita, dalam agenda Temu Lapang mendorong penerapan VUB oleh petani. “Hingga saat ini, Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian telah mengeluarkan lebih dari 300 varietas,” tutur Priatna.

Dengan varietas yang beragam, BPTP Jabar dapat mengaplikasikan VUB sesuai dengan kebutuhan spesifik wilayah. Maka Priatna pun mengapresiasi kegiatan yang menurutnya telah dengan baik oleh BPTP Jabar.

Tak hanya menekankan penggunaan VUB, pada lokasi demplot ini juga diterapkan teknologi BPRL, yakni suatu pendekatan budidaya padi dengan menggabungkan berbagai komponen teknologi yang spesifik lokasi dan penggunaan teknologi bioproduk. Plt. Kepala Balai BPTP Jawa Barat, Wiratno menjelaskan komponen utama dari teknologi BPRL selain pemilihan VUB khusus dan spesifik lokasi, juga menerapkan sistem tanam jajar legowo, biodekomposer Agrodeko, pupuk Hayati Agrimeth, dan pesitisida nabati Bioprotektor.

Selaku penemu Bioprotektor, Wiratno menjelaskan bahwa Bioprotektor merupakan pestisida nabati mutifungsi. Selain itu, ia pun menjelaskan Bioprotektor dapat berperan sebagai insektisida, fungisida maupun moluksisida.

“Bioprotektor ini memiliki keunggulan untu mengendalikan berbagai hama, juga meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan produksi tanaman. Bapak (petani) kalau pakai cukup sedikit saja, seukuran 3 cc/l saat 2-3 hari sebelum benih pindah ke lapangan, kemudian dilanjutkan 5 cc/l saat 7 – 10 hari setelah benih ditanam, nanti bapak bisa lihat akarnya cepat sekali tumbuh dan lebih panjang,” jelas Wiratno. (Sumber Balitbangtan)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author