Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menggelar panen raya padi gogo di lahan kering di kawasan Wono Mengger, Desa Nglipar, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta (8/3/2019). Padi gogo ditanam pada lahan seluas 100 hektare (ha) dengan menerapkan teknologi Larikan Gogo (Largo) Super di bawah tegakan tanaman kayu putih.
Panen raya dihadiri Bupati Gunung Kidul, Kepala Balitbangtan, Kepala BPTP DIY, Kepala Dinas Pertanian Kab. Gunung Kidul, Perwakilan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY, Komandan Kodim 0730/Gunung Kidul, Camat Nglipar, Penyuluh dan Poktan yang berjumlah 250 orang.
Bupati Gunung Kidul, Badingah dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Balitbangtan yang sudah menerapkan teknologi largo super dengan hasil meningkat hingga 50%. Keberhasilan tersebut diharapkan dapat dikembangkan di kecamatan lain oleh Kepala Dinas Pertanian sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh petani se-kabupaten Gunung Kidul.
Kabupaten Gunung Kidul mempunyai beragam potensi perekonomian yang salah satunya bersumber dari sektor pertanian yang menjadi penyangga ekonomi masyarakat disamping pariwisata. “Hasil yang meningkat petani harus lebih kreatif sehingga dapat menyajikan produk hasil pertanian untuk wisatawan,” ujar Badingah.
Priatna Sasmita mewakili Kepala Balitbangtan menjelaskan bahwa Balitbangtan sudah menyediakan berbagai teknologi untuk meningkatkan produktivitas padi. Salah satunya, teknologi Largo Super untuk lahan kering yang hasilnya dapat meningkatkan produktivitas dari 4-5 ton/ha menjadi 6-7,4 ton/ha.
Priatna berharap hasil panen tersebut tidak dikonsumsi atau dijual semua. “Benih tersebut tidak ada di pasaran sehingga musim tanam berikutnya dapat digunakan kembali untuk ditanam,” tuturnya.
Berdasarkan hasil ubinan yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta dan Penyuluh Kecamatan Nglipar, produktivitas paling tinggi hasilnya adalah varietas Inpago Unsoed yang mencapai 7,3 ton/ha dan varietas Inpago 10 sebesar 7,4 ton/ha. Namun, dari ke-tujuh varietas yang didemareakan yaitu varietas Inpago 8, 10, 12, Rindang 1, Rindang 2, Inpari 42 GSR dan Inpago Unsoed petani lebih senang dengan varietas Rindang 2 yang produktivitasnya hanya 6,8 ton/ha.
Paeran koordinator Poktan Sedyo Utomo mengungkapkan alasan petani memilih varietas Rindang 2 karena tanamannya kokoh dan tinggi. Jerami hasil panen dapat digunakan untuk pakan ternak. (AWA/Uje)