Mini Polder Tingkatkan Pendapatan Petani Rawa Lebak

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Konsep mini polder dalam pengelolaan lahan rawa lebak terbukti meningkatkan indeks pertanaman lahan sawah di rawa lebak dari 100 menjadi 200 atau dari tanam sekali menjadi dua kali dalam setahun.

Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Dedi Nursyamsi mengungkapkan hal itu pada acara Temu Lapang dengan para kelompok tani, penyuluh, pegawai Dinas Pertanian, dan para peneliti Badan Litbang Pertanian Kamis siang (9/8/2018) di Desa Hambuku Raya, Kecamatan Sungai Pandan, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan.

Lebih lanjut Dedi mengatakan, lahan rawa lebak yang luasnya sekitar 25 juta hektar (ha) sangat berpotensi ditingkatkan produktivitasnya. Konsep mini polder merupakan pembagian polder besar (> 1000 ha) menjadi polder yang lebih kecil (50-100 ha) dengan tujuan agar pengelolaan air kebih mudah dan biaya perawatan lebih murah. Kelebihan air di musim hujan yang bisa menggenangi lahan sawah bisa dipompa keluar sehingga lahan bisa ditanami.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pertanian dan Hortikultura Kab. HSU Ilman Hadi mengatakan produktivitas lahan rawa lebak di HSU sekitar 5-6 ton/ha tanpa pupuk kimia. Namun, petani di HSU hanya bisa tanam satu kali saja karena saat musim hujan tanaman padi tenggelam.

“Karena itu saya menyambut baik program Balitbangtan mengembangkan konsep mini polder untuk meningkatkan pendapatan petani lahan rawa lebak di Hambuku Raya,” ungkapnya

Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Pertanian Ani Andayani mengatakan sesungguhnya petani dapat memanfaatkan dana desa untuk membuat longstorage dan di musim kemarau airnya dipompa untuk irigasi pertanian. Hal ini diatur dalam Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2018 tentang pemanfaatan embung kecil untuk irigasi pertanian.

Petani di Desa Hambuku Raya umumnya menanam padi varietas Ciherang atau Mekongga dengan produktivitas 5-6 ton/ha. Indrastuti, peneliti Balai Besar Litbang Padi mengatakan saat ini sudah release varietas unggul baru yang morfologi dan rasanya mirip Ciherang tapi potensi produktivitasnya lebih tinggi. “Varietas tersebut adalah Inpari 32 dan Inpari 40 dengan potensi produksinya sekitar 9 ton/ha,” kata Indrastuti.

Peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Yanti Rina mengatakan bahwa pendapatan petani rawa lebak dengan produktivitas 5,5 t/ha sekitar Rp 30 juta pada harga gabah Rp 5.400,-. Dengan sistem mini polder maka indeks pertanaman dapat ditingkatkan menjadi dua kali, sehingga pendapatan petani juga meningkat menjadi Rp 60 juta/ha.

Lebih lanjut Yanti Rina mengatakan bahwa petani rawa lebak selain menggarap sawah umumnya juga memelihara itik. Hasil studinya menunjukkan pendapatan tiap KK petani yang memiliki 50 ekor itik sekitar Rp 21 juta. “Dengan demikian pendapatan petani lebak berbasis mini polder sekitar Rp 81 juta,” ujar Yantirina. Yantirina/SB

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author