Jakarta, Technology-Indonesia.com – Gangguan pencernaan pada lambung yang sering terjadi pada ternak ruminansia adalah kembung atau sering disebut dengan istilah bloat. Penyakit kembung sampai saat ini masih mengkawatirkan para peternak karena sangat berbahaya jika tidak diketahui sejak awal dan tidak segera ditangani dengan tepat.
Peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan (BPTP Sulsel) Drh. Lu’ulul Amna, M. Biomed, menyampaikan bahwa, bloat atau kembung merupakan bentuk penyakit/kelainan alat pencernaan yang bersifat akut, yang disertai penimbunan gas di dalam lambung ternak ruminansia.
Gejalanya adalah perut sebelah kiri membesar, menonjol keluar, dan berisi gas. Ternak tidak tenang, gelisah, sebentar berbaring lalu segera bangun. Ternak mengerang kesakitan, nafsu makan turun bahkan tidak mau makan, kemudian ternak bernafas dengan mulutnya. Pada saat berbaring ternak menjulurkan lehernya untuk membebaskan gas dari perut.
Selanjutnya dokter hewan lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ini juga menyampaikan bloat atau kembung disebabkan oleh faktor pakan dan faktor ternak. Faktor pakan antara lain disebabkan oleh pemberian hijauan leguminosa yang berlebihan, makan tanaman/hijauan yang terlalu muda, biji-bijian yang digiling sampai halus, pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang tidak seimbang (konsentrat lebih banyak) seperti hijauan yang terlalu banyak dipupuk dengan urea, pemberian hijauan dalam kondisi basah dan pakan yang rusak, busuk, berjamur.
Sedangkan bloat yang disebabkan oleh faktor ternak adalah faktor keturunan, tingkat kepekaan dari masing-masing ternak, ternak bunting yang kondisinya menurun, ternak yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, ternak yang mengalami anemia dan kelemahan tubuh secara umum.
Penyakit bloat atau kembung perut dapat dicegah dengan cara antara lain tidak mengembalakan ternak terlalu pagi, karena rumput masih mengandung embun. Tidak membiarkan ternak terlalu lapar. Hijauan yang diberikan hendaknya dilayukan terlebih dahulu. Tidak memberikan pakan yang sudah rusak.
Kemudian, tidak memberikan rumput muda, hindari pemberian leguminosa yang terlalu banyak dalam ransum. Juga hindari pemberian hijauan yang terlalu banyak, lebih baik memberikan sedikit demi sedikit tetapi sering kali.
Penyakit Cacing
Helminthiasis merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang kambing. Penyakit ini adalah parasit cacing nematoda, cestoda, dan trematoda. Biasanya cacing terdapat di usus, paru-paru, hati, dan lainnya.
Gejala kambing yang terserang helmintiasis ditandai dengan kambing yang semakin hari semakin kurus, bulu kambing berdiri dan kusam, nafsu makan berkurang. Selain itu, Lu’ulul menyebutkan kambing terlihat pucat, kotoran lembek sampai diare.
Faktor penyebab kambing terserang Helminthiasis adalah kebiasaan ternak merumput atau makan rumput di padang penggembalaan yang tercemar cacing Helminthiasis. Faktor umur juga mempengaruhi, ternak muda lebih rentan terkena helminthiasis daripada ternak tua
Apabila kambing diserang oleh penyakit Helminthiasis dapat ditangani atau diobati dengan pemberian albendazole, valbanzen, atau ivermectin yang diulang setiap 3 bulan sekali. Selain itu perlu dilakukan pemberian obat cacing rutin tiap 3 – 4 bulan sekali. (Sumber Balitbangtan)