TechnologyIndonesia.id – Konsumsi gula tebu terus meningkat seiring pertumbuhan industri pangan dan pola konsumsi masyarakat modern. Tingginya asupan gula tebu yang bersifat kalori tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes melitus tipe 2, dan penyakit kardiovaskular.
Dalam menghadapi tantangan ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pemanfaatan stevia sebagai solusi pemanis alami rendah kalori.
Untuk itu, BRIN melalui Pusat Riset Tanaman Perkebunan, Organisasi Riset Pangan dan Pertanian menyelenggarakan EstCrops_Corner#14 dengan topik “Potensi Pengembangan Stevia Sebagai Pemanis Alami Rendah Kalori, pada Selasa (20/5/2025).
Pemanis Alami
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari mengatakan bahwa kesadaran masyarakat terhadap bahaya konsumsi gula secara berlebihan dan terus-menerus akan mengakibatkan minat masyarakat beralih untuk mengkonsumsi pemanis alami. Hal ini membuka peluang bagi industri untuk memproduksi stevia.
Di Indonesia belum ada stevia yang telah dilepas sebagai varietas unggul. Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) dikenal sebagai pemanis alami dan telah banyak dibudidayakan di banyak negara. Stevia sangat potensial dikembangkan sebagai pemanis alami, pendamping gula tebu dan pengganti gula sintetis.
“Hampir semua bagian tanaman stevia memiliki rasa manis kecuali pada bagian akarnya, dengan kadar manis tertinggi terdapat pada bagian daun. Kadar manis (glikosida steviol, GS) tanaman stevia ini mencapai 300 kali gula, sehingga banyak digunakan sebagai pensubstitusi gula, khususnya bagi yang memerlukan asupan kalori rendah,” kata Puji.
Untuk itu perakitan varietas unggul baru stevia yang sesuai dengan kondisi di Indonesia ini sangat diperlukan. Selain itu penyediaan bahan tanaman secara massal dan murah, serta pengelolaan lingkungan tanaman (pemupukan, pemanfaatan mikoriza, pengairan, dan pengelolaan toleransi cekaman abiotik) diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan mutu produk dari usaha tani stevia.
Puji juga mengatakan jika dari sisi prospek bisnis, stevia menawarkan peluang besar sebagai komoditas bernilai tambah tinggi. Permintaan terhadap produk berbasis pemanis alami terus meningkat di pasar domestik maupun global.
Pengembangan agribisnis stevia dapat melibatkan petani lokal dalam rantai pasok yang terintegrasi, mulai dari budidaya hingga pengolahan ekstrak stevia.
Hal ini tidak hanya berpotensi meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga memperkuat industri hilir nasional stevia.
“Untuk itu pengembangan riset dan bisnis tanaman stevia di Indonesia memiliki peran strategis dalam mendukung program swasembada gula nasional, sekaligus mendorong terciptanya sistem pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan,” tutup Puji.
Kebutuhan Gula Nasional
Sementara itu Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan, ORPP BRIN, Setiari Marwanto mengatakan kebutuhan gula konsumsi per tahun Indonesia rata-rata sekitar 5,7 juta ton, sedangkan produksi gula nasional per tahun hanya rata-rata 2,5 juta ton, sehingga terjadi devisit yang kemudian ditutup dengan impor sebesar 3,2 juta ton.
Di bidang industri, para pelaku industri kebanyakan menggunakan pemanis sintetik untuk menekan biaya produksi. Untuk itu mengingat dampak negatif yang ditimbulkan maka perlu upaya untuk mencari alternatif pemanis alami yang berkalori rendah salah satunya adalah tanaman stevia.
“Beberapa penelitian terkait tanaman stevia sudah dilakukan di Pusat Riset Tanaman Perkebunan, namun demikian masih banyak pekerjaan kita untuk menjadikan stevia ini bisa menjadi bahan substitusi kebutuhan gula baik pada aspek on farm maupun off farm,” ungkap Setiari. (Sumber: brin.go.id)
Stevia, Pemanis Alami Rendah Kalori
