BPTP Balitbangtan Riau Bantu Atasi Permasalahan Salinitas di Kabupaten Bengkalis

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Salinitas sudah lama menjadi ancaman usahatani padi di pesisir Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Bahkan pada pada musim panen akhir tahun 2021 air laut dari Selat Malaka meluap ke ratusan hektare (ha) sawah.

Permasalahan salinitas ini menjadi penting karena petani akan melaksanakan musim tanam dalam waktu dekat. Informasi ini disampaikan Dinas Tanaman Pangan Hortikuktura dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Bengkalis ke Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Riau untuk mencari solusi bersama-sama.

Wilayah yang terdampak langsung adalah Desa Mentayan, Kecamatan Bantan seluas 180 ha, Desa Bantan Air 22 ha, Desa Brancah 21 ha, Selat Baru 24 ha, dan Desa Parit 1 Api Api Kecamatan Bandar Laksamana 200 ha.

Peneliti BPTP Balitbangtan Riau Parlin H Sinaga pada Sabtu (11/12/2021) turun langsung meninjau persoalan salinitas ini didampingi Kabid Tanaman Pangan DTPHP Kabupaten Bengkalis, Nova Rianti, PBT Ciptadi dan ketua kelompok tani.

Hasil pengukuran kegaraman di lapang masih tinggi, yaitu kadar garam dalam air tanah pada kedalaman 30 cm sebesar 7 sampai dengan 10 per mil, di parit tersier 12 per mil, di sawah dekat pantai 20 per mil, sawah agak jauh dari pantai 10 per mil. Air dalam tanah yang jauh dari pantai 12 per mil, sedangkan air laut 25 per mil. Dengan salinitas demikian varietas padi tidak akan bertahan hidup. VUB padi yang tersedia saat ini hanya bisa bertahan pada 12 dSm atau setara 6 per mil.

Dari kunjungan ini Parlin menyarankan dilakukan pencucian garam dan penggunaan VUB toleran salinitas. Petani harus membuat pematang sawah untuk menampung air hujan dan parit pembuangan untuk mencuci garam.

Selain itu, pemerintah daerah perlu membuat long storage. Pengolahan tanah sempurna tidak disarankan karena kadar garam di dalam tanah juga cukup tinggi. Kadar besi juga sangat tinggi di sawah tetapi tidak berbahaya karena pengaruhnya dibatasi salinitas.

Varietas padi toleran salinitas yang disarankan adalah Inpari 34, Inpari 35, Biosalin 1, dan Biosalin 2. Tetapi penggunaan VUB tidak akan optimal jika petani tidak segera membuat pematang untuk menampung air hujan agar garam dapat dicuci.

Varietas Padi Toleran Salinitas

Varietas Biosalin 1 Agritan dan Biosalin 2 Agritan dirakit oleh Balitbangtan melalui Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen). Kedua varietas padi sawah toleran salinitas ini dilepas pada Februari 2020.

Selain toleran salinitas, padi Biosalin 1 Agritan juga berumur sedang, agak tahan terhadap wereng batang cokelat, hawar daun bakteri dan blas, serta memiliki mutu beras yang baik dengan tekstur nasi pulen. Padi ini memiliki potensi hasil 8.75 ton/hektare dengan rata-rata hasil di sawah dengan cekaman salinitas berkisar 7,16 ton/hektare.

Sedangkan Biosalin 2 Agritan memiliki produktivitas lebih unggul, yakni potensi hasil 9,06 ton/hektare dengan rata-rata hasil 7,62 ton/hektare. Sama seperti Biosalin 1, Biosalin 2 juga berumur genjah, toleran terhadap cekaman salinitas, bereaksi moderat terahadap virus tungro, agak tahan terhadap wereng batang cokelat dan hawar daun bakteri, tahan blas, serta memiliki mutu beras yang baik dengan tekstur nasi sedang.

Inpari 34 Salin Agritan dirakit oleh Balitbangtan dan dilepas pada 2014. Padi goloncan cere ini memiliki umur tanam umur tanaman ± 102 hari setelah sebar. Tekstur nasi agak pera dengan kadar amilosa ± 22,8%. Rata-rata hasil ± 5,1 ton/ha pada KA 14% dengan potensi hasil 8,1 ton/ha.

Terkait serangan hama, Inpari 34 agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, serta agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 2 dan 3. Inpari 34 agak tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri patotipe III, rentan terhadap Hawar Daun Bakteri patotipe IV, agak rentan terhadap Hawar Daun Bakteri patotipe VIII, rentan terhadap virus tungro ras dari Subang, tahan terhadap penyakit blas ras 033 dan 173, agak tahan terhadap blas ras 073, dan rentan terhadap blas ras 133.

Inpari 34 toleran salin pada fase bibit pada cekaman 12 dSm-1 serta cocok ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai sedang (0-500 mdpl).

Sementara Inpari 35 Salin Agritan dilepas Balitbangtan pada 2014. Varietas golongan cere ini memiliki umur tanaman ± 106 hari setelah sebar. Tekstur nasi agak pera dengan kadar amilosa ± 24,0 % dan berat 1.000 butir ± 25,8 gram. Rata-rata hasil ± 5,3 ton/ha pada KA 14% dengan potensi hasil 8,3 ton/ha.

Varietas Inpari 35 agak tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 1, serta agak rentan terhadap wereng batang coklat 2 dan 3. Terkait serangan penyakit, Inpari 35 agak tahan terhadap hawa daun bakteri patotipe III, rentan terhadap hawa daun patotipe IV, agak rentan terhadap hawa daun bakteri patotipe VIII, rentan terhadap tungro ras Subang, tahan terhadap penyakit blas ras 033, serta rentan terhadap blas ras 073, 133, dan 173.

Inpari 35 Toleran salin pada fase bibit pada cekaman 12 dSm-1 serta cocok ditanam di lahan sawah. (Sumber BPTP Riau dan Balitbangtan)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author