Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen), Badan Litbang Pertanian menggelar Regional Technical Workshop on Food Loss and Waste (FLW) – MACS G20 di Yogyakarta pada 5-6 Oktober 2022.
Workshop yang mengusung tema “What Reduction on Food Loss and Waste can and must contributed to Sustainable Intensification” ini diselenggarakan oleh BB Pascapanen bekerja sama dengan Thünen Institute, Simon Fraser University, Food Agricultural Organization, Center for Indonesian Policy Studies, United Nations Environmental Programme, Stockholm Environment Institute Asia.
Plt Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan workshop tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan MACS-G20 pada 5-7 Juli 2022 di Bali dan Workshop Teknis Perubahan Iklim pada 3-5 Agustus 2022 di Bogor.
Workshop 2 hari ini bertujuan mendukung pencapaian target SDG 12.3, mengurangi separuh sisa makanan di tingkat ritel, layanan makanan, dan rumah tangga, mengurangi kehilangan makanan di seluruh rantai pasokan serta memfasilitasi kerja sama dan jejaring di antara negara ASEAN.
“Kalau kita lihat di dunia, begitu banyak kehilangan pangan mulai dari dari budidaya on farm sampai off farm,” terang Fadjry. Sementara, kebutuhan pangan dunia pada 2050 akan meningkat 50-100% sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 9,7 miliar.
Berdasarkan data sensus penduduk Indonesia pada tahun 2020 mencapai 270,2 juta jiwa, meningkat 32,56 juta jiwa dibandingkan sensus penduduk 2010. Meningkatnya kebutuhan pangan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk memiliki tantangan dengan tingginya food loss and waste.
“Di Indonesia, food loss dari budidaya on farm sampai off farm kira-kira 13 persen,” ungkap Fadjry. Sementara data food waste di Indonesia kurang lebih 344 kg/perkapita per tahun.
Penanganan pascapanen yang tidak tepat dan kebiasaan konsumsi masyarakat dalam food loss and waste menjadi kendala dalam sistem pengelolaan food loss and waste. “Misalnya di pesta perkawinan, kita kadang mengambil makanan berlebihan sehingga sampah yang terbuang banyak,” imbuhnya.
Karena itu, pihaknya memperkenalkan betapa penting menekan food loss and waste karena bisa meningkatkan produktivitas. “Kalau kita bisa menekan dari food loss dari 13 persen menjadi 3 persen berarti ada pengingkatan produktivitas dan pendapatan petani juga bisa naik,” terang Fadjry.
Menurut Fadjry, salah satu cara untuk menekan food loss adalah dengan penggunaan mesin panen yang bisa menekan food loss dari 13 persen menjadi 5 persen, bahkan menuju ke 3 persen..
Workshop hybrid ini diikuti lebih dari 400 peserta meliputi para petani champion, asosiasi petani, akademisi riset nasional dan internasional, praktisi, industri, pembuat kebijakan, regulator, mahasiswa, komunitas, NGO, supermarket, dan pemangku kepentingan lainnya.
Pada hari pertama, tujuh pembicara yang terdiri dari para ahli food loss and waste berasal dari Jerman, Roma-Italia, Jepang, Thailand, Perancis, dan Indonesia dihadirkan, baik luring maupun daring. “Dalam workshop ini pembicara dari berbagai negara memaparkan pengalaman dan terobosan yang mereka lakukan di negera mereka untuk menekan food loss and waste,” kata Fadjry.
Pada tanggal 6 Oktober 2022, acara dilanjutkan dengan kunjungan lapangan (fieldtrip) ke beberapa lokasi terkait pengurangan food loss and waste. Disamping fieldtrip, panitia menyelenggarakan mini pameran untuk mendukung acara workshop yang diikuti oleh 10 peserta yang menampilkan berbagai produk inovatif.
Kurangi Kehilangan Pangan, Balitbangtan Gelar Regional Technical Workshop on Food Loss and Waste
![](https://technologyindonesia.id/wp-content/uploads/2022/10/food-loss-150x150.jpg)