Jakarta, Technology-Indonesia.com – Salak merupakan salah satu buah tropis asli Indonesia yang banyak digemari masyarakat, karena rasa buahnya manis, enak dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Buah salak selain dikonsumsi segar, juga dapat diolah menjadi manisan, asinan, dodol, keripik, anggur dan olahan lainnya.
Pada umumnya konsumen menyukai buah salak dengan karakter daging buah tebal, citarasa manis, rasa sepet sedikit atau tidak sepat sama sekali, tahan lama disimpan dan sisik pada kulit buah tidak berduri atau gundul. Jumlah varietas yang sesuai dengan ideotipe tersebut sangat terbatas. Varietas yang sesuai dengan ideotipe tersebut dapat diperoleh melalui seleksi pada populasi pertanaman salak yang telah ada di masyarakat maupun dengan perakitan varietas.
Tanaman salak termasuk tanaman menyerbuk silang, sehingga pertanaman salak yang ada di masyarakat sangat beragam apabila perbanyakannya menggunakan biji. Karena itu peluang untuk mendapatkan varietas unggul sangat tinggi. Sedangkan dengan perakitan varietas, kita dapat menggabungkan karakter-karakter unggul yang dituju dengan pemilihan tetua yang tepat.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa spesies salak yang mempunyai karakter unggul. Karakter daging tebal dimiliki oleh Salacca zalacca var amboinensis (Salak Gula Pasir, Gondok, Bali, Gula Pasir), dan Salacca Sumatrana (Salak Sidempuan Putih, Merah). Rasa manis tanpa sepat dimiliki oleh salak Pondoh (Salacca zalacca var zalacca). Sisik buah tidak berduri/gundul dimiliki oleh S. affinis. Pelepah daun tidak berduri dan jumlah buah per dompol yang sangat banyak dimiliki oleh S. wallichiana.
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) Badan Litbang Pertanian sebagai salah satu lembaga penelitian memiliki beberapa koleksi plasma nutfah buah salak. Koleksi tersebut sangat menunjang dalam pelestariannya maupun bahan utama untuk perakitan varietas.
Hingga saat ini koleksi salak yang dimiliki Balitbu Tropika sebanyak enam spesies salacca, yaitu S. affinis, S. wallichiana, S. glabrescens, S. magnifica, S. sumatrana (salak Sidempuan) (Sidempuan putih dan Sidempuan Merah), S. zalacca, dua sub spesies yaitu S. zalacca var zalacca (salak Jawa ; salak Madu, Pondoh , Sanjung, Mawar, K, MJ, M, Swaru Kuning, Swaru Coklat) dan S. zalacca var amboinensis (Salak Gula pasir, Gondok, Gading).
Balitbu Tropika juga memiliki koleksi 13 populasi salak hasil persilangan dengan menggunakan tetua salak Pondoh (PH), Salak K, MJ, M, Sanjung (Sjg), salak Mawar (Mw), salak Sidempuan Putih (SDP), salak Sidempuan Merah (SDM), salak Gula Pasir (SBGP), salak Affinis (Afn).
Berdasarkan informasi keunggulan dari spesies-spesies tersebut, pada tahun 2002-2003 Balitbu Tropika telah memanfaatkan beberapa spesies tersebut sebagai tetua dalam persilangan. Tujuannya adalah menggabungkan karakter-karakter unggul dari plasma nutfah tersebut dan menghasilkan varietas unggul baru (VUB).
Evaluasi terhadap aksesi hasil persilangan yang dilakukan selama beberapa tahun telah diperoleh tiga Varietas Unggul Baru (VUB) yaitu salak Sari Intan 48, Sari Intan 541 yang dilepas tahun 2009 dan salak Sari Intan 295 yang dilepas tahun 2010 bekerjasama dengan Diperta Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau dan BPTP Riau. Keunggulan salak Sari Intan antara lain rasa manis dan tidak sepat walaupun buah masih muda, tekstur renyah, daging buah tebal, dan harum.
Selain itu dari hasil evaluasi terhadap populasi persilangan lainnya juga telah diketahui aksesi-aksesi yang memiliki rasa buah sepat (sedikit-sedang), dan aksesi yang buahnya tidak sepat sama sekali walaupun buah masih muda. Mulai tahun 2018-2020, beberapa aksesi salak hasil persilangan tersebut juga sedang dievaluasi pada beberapa lokasi untuk menghasilkan VUB baru. (Sumber Balitbu Tropika)