Kapulaga, Komoditas Ekspor Yang Mudah Budidayanya


Jakarta, Technology-Indonesia.com
– Kapulaga merupakan salah satu rempah yang banyak diminati masyarakat. Selain untuk bahan masakan, kapulaga juga dibutuhkan untuk industri makanan, minuman hingga farmasi. Tak hanya pasar dalam negeri, permintaan rempah ini di pasar internasional juga semakin meningkat. Di Indonesia, pertanaman kapulaga tersebar di 20 provinsi, terluas di Jawa Barat yang mencapai lebih dari 27 ribu meter persegi dengan produksi 62.923 ton.

“Tanaman kapulaga merupakan tanaman perdu yang tumbuh baik pada kondisi ternaungi. Tanaman kapulaga menghendaki tanah subur, gembur dan berdrainase baik. Tanah seperti ini banyak di Indonesia pada berbagai ketinggian di bawah 1000 m di atas permukaan laut (dpl), curah hujan 2000-4000 mm per tahun,” ujar peneliti Kapulaga dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Rosihan Rosman, Selasa (26/5/2020) di Bogor.

Dalam keterangan tertulisnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Fadjry Djufry menerangkan bahwa kapulaga merupakan tanaman yang asli Indonesia. “Di Indonesia sendiri, terdapat dua jenis kapulaga, ada kapulaga lokal dan juga kapulaga sabrang dari India. Tetapi pada umumnya, para petani lebih memilih untuk menanam jenis lokal”, jelasnya.

Kapulaga memiliki siklus hidup yang panjang. Produksi buah setelah melewati panen pertama dapat dilakukan empat kali dalam setahun. Setiap tahun, jumlah buah yang dipanen juga akan terus meningkat.

“Tanaman kapulaga sering digunakan sebagai bahan untuk obat-obatan, rempah-rempah, sampai kosmetik sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan bahkan merupakan komoditas ekspor yang penting terutama untuk negara-negara Timur Tengah, Mesir, dan India,” tambahnya.

Nilai ekspor kapulaga semakin meningkat hingga mencapai 6.248 ton atau senilai hampir 8 juta dollar Amerika. Di dalam negeri, kebutuhan kapulaga juga masih besar karena luasnya pemanfaatan di industri makanan, minuman dan farmasi. “Harganya per kg kapulaga kering antara Rp 90 ribu hingga Rp 110 ribu,” jelas Rosihan.

Kementerian Pertanian pun terus mendorong ekspor dari komoditas perkebunan. Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, sektor perkebunan saat ini menjadi andalan ekspor pertanian.

“Dalam mendorong ekspor, Kementerian Pertanian juga melakukan terobosan yakni mulai dari pemanfaatan teknologi di hilir, efisiensi biaya produksi dan daya saing melalui modernisasi,” ungkapnya saat melepas ekspor rempah di Manado, akhir April lalu.

Rosihan melanjutkan mengenai cara budidaya kapulaga yang disarankan dimulai dari pemilihan bibit yang berkualitas. “Bisa secara generatif persemaian biji atau vegetatif dari anakan. Perbanyakan generatif melalui biji lebih lama waktunya. Sebaiknya dari vegetatif berupa anakan,” bebernya.

Bahan tanam dari biji memerlukan persemaian lebih dahulu dan memakan waktu 3-4 bulan tergantung media tanam. Bahan tanam dari biji dipindahkan kelapang, menunggu hingga tinggi mencapai 30-50 cm. Sebaliknya jika menggunakan vegetatif, dari anakan yang telah mencapai tinggi 30-50 cm dan dalam kondisi sehat.

Tanaman kapulaga selama tumbuhnya memerlukan naungan. Sehingga sebelum ditanam terlebih dahulu dipersiapkan pohon pelindung. Pohon pelindung dapat berupa pohon sengon, kelapa, petai dan sebagainya.

“Jarak tanam 1 x 2 meter, 1,5 x 2 meter atau 1 x 2,5 meter. Sebelum tanam dipersiapkan lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x30 cm. Bibit berupa anakan ditanam seminggu setelah tanah dicampur pupuk kandang sebanyak 0,5 kg per lubang tanam,” jelasnya.

Pemupukan merupakan upaya untuk meningkatkan kebutuhan hara agar tanah menjadi lebih subur. Pemupukan diberikan awal tanam berupa pupuk organik di sekitar tanaman. “Untuk memenuhi kebutuhan hara selama pertumbuhannya, selain pupuk organik dapat diberikan pupuk anorganik. Pupuk anorganik dapat diberikan dengan dosis 40 gram Urea dan 40 gram TSP,” tambahnya.

Pemeliharaaan tanaman kapulaga meliputi, penyiraman, penyulaman, penyiangan, pengemburan, dan pemupukan. Penyulaman ditujukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak baik tumbuhnya. Penyiraman diperlukan pada saat tanaman masih muda dan kondisi kering.

Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma yang tumbuh disekitarnya. Gulma dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Adanya gulma terjadi persaingan dalam mengambil unsur hara tanah. Selain itu gulma akan mengganggu perkembangan buah. “Penggemburan dilakukan agar tanaman dapat berbuah lebih banyak dan akar tumbuh dengan baik. Penggemburan dilakukan pada saat musim hujan,” lanjut Rosihan.

Panen kapulaga dilakukan setelah tanaman berumur 1,5-2 tahun hingga umur 10 sampai 15 tahun. Buah berbentuk bulat berukuran 1 cm yang bergerombol di atas permukaan tanah, jumlahnya berkisar 10-20 buah per gerombol.

Buah yang dipanen dipipil, kemudian dibersihkan kotorannya dan dicuci. Setelah itu, diletakan pada tampah atau tempat lainnya, untuk siap dijemur. Buah yang sudah bersih dijemur hingga kering pada sinar matahari.

Pengolahan hasil umumnya dilakukan berulang-ulang hingga beberapa hari. Pada kondisi cuaca baik (tidak hujan), penjemuran dilakukan 4-5 hari, sedangkan bila cuaca agak kurang baik atau musim penghujan, pengeringan memerlukan waktu 6-8 hari.

Selama proses pengeringan, penyimpanan ketika malam hari, buah tidak ditumpuk, melainkan tetap pada tempat penjemurannya. Hal ini untuk menjaga agar buah tidak busuk.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author