Bogor, Technology-Indonesia.com – Kementerian Pertanian (Kementan) selalu berupaya membuat dan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis yang tujuannya memberi manfaat sebesar-besarnya bagi petani dan pengembangan pertanian di Indonesia. Upaya Itu tidak terlepas dari penggunaan lahan.
Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Muhammad Prama Yufdy mengatakan hal tersebut dalam pembukaan Peringatan Hari Tanah Sedunia bertema “Jadi Solusi Atas Polusi Tanah” di Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Bogor, pada Selasa (4/12/2018).
Prama mengungkapkan Menteri Pertanian saat ini sedang menggagas program besar yaitu meningkatkan produktivitas padi di lahan-lahan sub optimal khususnya lahan rawa pasang surut. “Ini satu momen dan tantangan yang sangat besar bagi kita,” tuturnya.
Untuk itu, terang Prama, Balitbangtan terus berupaya menghasilkan invensi dan inovasi terkait pemanfaatan lahan-lahan pertanian. Saat ini, Balitbangtan sedang mendiseminasikan dan memassalkan inovasi dan invensi tersebut di lapangan untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi pertanian di Indonesia.
Terkait dengan inovasi-inovasi tersebut, Balitbangtan memiliki fasilitas yang cukup bagus. Pihaknya bersedia bekerjasama untuk pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang ada di Balitbangtan.
“Sekarang ini kita sudah sampai pada tahapan kerjasama, resources sharing. Kita bisa menggunakan fasilitas laboratorium secara bersama. Kita juga punya kebun percobaan yang bisa dimanfaatkan bersama untuk kepentingan ilmu dan pemanfaatannya bagi kita semua,” kata Prama.
Terkait Peringatan Hari Tanah Sedunia, Prama mengatakan, kualitas tanah di Indonesia mulai bermasalah. Bahan organiknya mulai rendah karena penggunaan kurang bijak. Karena itu, perlu kesadaran kita bersama untuk mengelola tanah dengan baik.
“Pengunaan yang intensif atau terus menerus sementara kita tidak memperhatikan kebutuhan tanah itu sendiri. Kekeliruan ini sekarang sudah kita sadari semua karena itu mulai sekarang kita memperbaiki tanah. Istilahnya restorasi tanah,” kata Prama.
Kepala BBSDLP Dedi Nursyamsi mengatakan beberapa lahan yang rusak terkena pestisida dan logam berat berada di daerah-daerah terutama yang intensif sayuran misalnya di Puncak, Wonosobo, Garut, dan Lembang.
“Kita punya lahan pertanian 60 juta hektar, yang rusak hanya beberapa hektar saja terutama di daerah-daerah yang intensif digunakan untuk tanaman sayuran karena penyemprotan pestisida luar biasa di daerah tersebut. Karena itu kita harus bijak dalam menggunakan pupuk,” ungkapnya.
Menurut Dedi, kualitas tanah dapat dijaga dengan penggunaan konsep pemupukan berimbang. Artinya, penggunaan pupuk berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tanaman dan tidak berlebihan.
Misalnya, penggunaan pupuk Urea yang terlalu banyak. Pupuk Urea tersebut akan tercuci sehingga nitrat-nya menyebar kemana-mana, ke air tanah, air sungai, sumur dan sebagainya, sehingga menjadi polusi.
Lebih lanjut Dedi menjelaskan bahwa tanah di Indonesia kadar organiknya rendah karena tanah-tanah tersebut digunakan secara intensif. Penggunaan secara intensif menyebabkan oksidasi sehingga bahan organik terdekomposisi dan keberadaanya di tanah menjadi sedikit. “Itu yang menyebabkan tanah menjadi kurang sehat,” terangnya.
Bahan organik bisa dikembalikan ke lahan dengan biomassa. Dedi mencontohkan, jerami padi jangan diangkut ke luar tapi biarkan di lahan saja. Jerami tersebut didekomposisi secara alamiah, diaduk pada saat pengolahan tanah, nantinya bahan organik tanah akan meningkat. Jika jerami padi digunakan untuk pakan sapi, makan kotoran sapi dikembalikan ke lahan.
“Kuncinya harus dikembalikan ke lahan. Makanya biomassa jangan dibakar, ditumpuk saja, kemudian didekomposisi. Saat pengolahan tanah akan tercampur, dengan sendirinya bahan organik tanah meningkat, kesehatan tanah akan lebih terjamin. Pertumbuhan tanaman juga akan bagus,” tuturnya.
Berkaitan dengan Peringatan Hari Tanah Sedunia, ia mengatakan, kita semua hidup berasal dari tanah dan akan kembali ke dalam tanah. Karena itu tanah harus menjadi solusi, jangan cemari tanah.
“Hari Tanah Sedunia memberikan kesadaran kepada kita akan pentingnya tanah. Karena itu tanah harus kita pelihara. Tanah bukan milik kita tetapi titipan dari anak cucu kita,” pungkasnya.