Sumbawa, Technology-Indonesia.com – Lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan pakan yang murah dan berkualitas karena mempunyai kandungan nutrisi tinggi. Pengembangan lamtoro untuk pakan ternak juga lebih ramah lingkungan sehingga menekan laju perubahan iklim.
Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. Ir. Tanda Sahat Panjaitan, MSc., menjelaskan Lamtoro atau sering disebut sebagai petai cina merupakan tanaman legume pohon yang mempunyai banyak fungsi. Salah satunya sebagai hijauan pakan ternak yang berkualitas nutrisi tinggi
“Pengembangan lamtoro ini sangat sesuai dengan tren ke depan dimana kita diharapkan dapat mengembangkan ternak atau memelihara sapi potong yang bisa lebih ramah lingkungan,” terang Tanda saat mengujungi peternak yang menggunakan pakan lamtoro di Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa, NTB, pada Selasa, 26 April 2022.
Lebih lanjut Tanda menerangkan lamtoro memiliki kadar protein tinggi dan energinya tinggi sehingga lebih cepat dicerna dan pertumbuhan ternak menjadi lebih baik. Untuk menghasilkan satu kilo berat badan ternak, gas metan yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan pemberian pakan berkualitas lebih rendah.
Di sisi lain, tanaman lamtoro bisa berumur antara 25 – 40 tahun tergantung manajemen perawatannya sehingga menjadi salah satu tanaman yang bisa mengikat/sekuestrasi karbon menjadi lebih lama.
“Jadi dengan mengembangkan lamtoro untuk pakan ternak sebenarnya kita juga menjaga dan memperbaiki kondisi iklim danlingkungan dan bisa berkontribusi terhadap emisi gas metan,” tuturnya.
Menurut Tanda, pakan dengan kualitas tinggi seperti lamtoro otomatis lama tinggal di dalam rumennya semakin pendek atau Basal Metabolic Rate-nya lebih singkat.
“Karena perputaran pakan di dalam rumen lebih singkat maka pertumbuhan mikroba yang tidak menguntungkan seperti metanogenesis tidak secepat kalau basal metabolisme-nya panjang,” lanjutnya.
Dalam kondisi tersebut, terang Tanda, mikroba rumen yang berkembang di dalam perut sapi/rumen adalah mikroba-mikroba yang pertumbuhannya sangat cepat yang langsung dapat dialirkan ke usus halus. Dengan demikian produsi dari gas metan yang dihasilan oleh mikroba metanogenesis peluangnya menjadi lebih kecil.
“Artinya gas metan yang dihasilkan lebih sedikit. Jadi semakin bagus kualitas pakan salah satunya menggunakan lamtoro, produksi gas metan yang dihasilkandari rumen menjadi lebih rendah,” tegasnya.
Pemberian pakan berkualitas seperti lamtoro juga membuat pertumbuhan ternak seperti sapi menjadi lebih cepat. Daging sapi pun menjadi lebih lembut dan berkualitas, tak kalah dengan daging sapi impor.
“Kandungan protein kasar lamtoro lebih dari 21 persen dan kecernaannya di atas 65 persen. Energi termetabolisme 10,5 megajoule per kilogram bahan kering. Dengan demikian lamtoro itu sudah masuk dengan pakan dengan kualitas nutrisi tinggi,” terangnya.
Tanda menerangkan bahwa lamtoro sangat cocok untuk dikembangkan di wilayah kering beriklim kering. Saat tanaman lain yang digunakan untuk pakan sudah tidak bisa bertahan, lamtoro masih bisa memproduksi biomass hijau sepanjang tahun.
“Jadi lamtoro ini sangat cocok untuk wilayah-wilayah yang musim keringnya panjang seperti di Pulau Sumbawa,” lanjutnya.
Kecamatan Labangka merupakan salah satu pusat pengembangan lamtoro taramba yang dikembangkan BPTP NTB sejak 2013. Pengembangan lamtoro taramba dimulai di NTB dan NTT secara masif mulai 2010 melalui penelitian kerjasama dari Balitbangtan dan Universitas Queensland dengan pelaksanaannya BPTP NTB dan BPTP NTT.
Menurut Tanda, rata-rata setiap petani di Labangka memiliki 1-2 hektare tanaman lamtoro taramba untuk penggemukan 8-10 ekor sapi untuk satu periode pengemukan 6 bulan. Jadi dalam setahun, petani bisa mengemukkan sekitar 20 ekor sapi.
Biasanya petani membeli bakalan berupa sapi bali untuk digemukkan dengan harga Rp 5 – 6 juta/ekor. Setelah penggemukan selama kurang lebih 6 bulan, sapi tersebut dijual dengan harga Rp 10 – 11 juta/ekor.
“Jadi per periode bisa mendapatkan Rp 4 – 5 juta per ekor sapi. Itu salah satu keuntungan dari penggemukan menggunakan lamtoro,” tuturnya.
Hal itu bisa dicapai karena pertumbuhan ternak sapi menjadi lebih bagus dengan pemberian pakan lamtoro. Tanda menjelaskan, pemberian lamtoro bisa menyebabkan pertumbuhan berat badan sapi bali antara dari 0,4 – 0,6 kg/hari. Sehingga kita bisa mendapatkan sapi bali jantan yang siap potong pada umur lebih muda.
“Kalau umur sapi lebih muda maka kualitas dagingnya jauh lebih baik. Dengan model itu, maka sapi-sapi yang digemukkan dengan lamtoro kualitas dagingnya lebih meningkat. Jadi selain karena ukurannya, berat potong sapi menjadi lebih baik, dan kualitas dagingnya juga menjadi lebih baik,” terang Tanda.
Di sisi lain, lamtoro merupakan tanaman legume, jika ditanam di daerah kering bisa berfungsi sebagai tanaman konservasi. Lamtoro juga membantu terbentuknya iklim mikro di lokasi yang beriklim kering.