Jakarta, Technology-Indonesia.com – Lebih dari seperempat anak di bawah usia lima tahun (balita) terhambat pertumbuhannya akibat kekerdilan (stunting). Kondisi ini menyebabkan konsekuensi buruk bagi penderita sepanjang hidupnya, bahkan tak jarang yang mengalami risiko kematian.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh anak-anak, akibat tidak terpenuhinya nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, salah satunya adalah kandungan Zinc. Badan kesehatan dunia ini juga menyebutkan bahwa salah satu tanda seorang anak dikatakan mengalami stunting apabila tinggi badan mereka dua kali lebih rendah dari tinggi badan standar anak seumuran.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018 menunjukkan angka stunting di Papua masih tergolong tinggi, yaitu sekitar 32,9%, yang tersebar di 14 kabupaten. Upaya pencegahan stunting di Papua telah dilaksanakan oleh sejumlah pihak terkait baik dari Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten setempat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) turut serta mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu hasil riset yang telah dilakukan Balitbangtan adalah peluncuran Varietas Unggul Baru (VUB) padi Inpari IR Nutrizinc. Varietas ini secara khusus diteliti dan dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) untuk pencegahan stunting.
Zinc sangat penting bagi proses biologis dalam tubuh, diantaranya berpengaruh pada pertumbuhan sel. Defisiensi mikronutrien ini dapat membatasi pertumbuhan anak, mengurangi resistensi terhadap infeksi, dan berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas pada anak.
VUB yang dilepas Balitbangtan tahun 2019 tersebut memiliki kandungan Zinc rata-rata sebesar 34,51 ppm. “Kandungan Zinc ini lebih tinggi sekitar 8 ppm dibandingkan kandungan zink pada varietas padi lain yang ditanam petani selama ini, contohnya Ciherang,” ujar Arifuddin Kasim selaku penanggung jawab kegiatan tersebut saat sedang berdiskusi dengan petani kooperator.
Selain itu, varietas ini memiliki kadar amilosa 16,6% dan potensi kandungan Zn 34,5i ppm. Selain kaya nutrisi, varietas ini juga memiliki produktivitas tinggi, tahan wereng batang coklat (WBC), Blas, dan Tungro, serta rasa yang enak.
Balitbangtan telah mengenalkan beras ini ke beberapa daerah, seperti di Jawa Barat dam Nusa Tenggara Barat. Beberapa waktu lalu, Jumat (21/02/2020), melalui Badan Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan mengenalkan beras ini di Papua. Balitbangtan menyerahkan sebanyak 25 Kg benih Padi IR Inpari Nutri Zinc pada petani di Koya Barat, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura. Hal ini dilakukan sebagai realisasi peran serta Balitbangtan dalam upaya pencegahan stunting di Papua.
Benih tersebut terdiri dari 20 Kg benih dasar (Foundation Seed/FS) dan 5 Kg Benih Pokok (Stock Seed/SS). Penanaman pertama direncanakan pada minggu kedua bulan Maret tahun 2020 di kawasan pertanian Koya Barat seluas 1,5 hektare. Pola PTT padi yang digunakan termasuk didalamnya sistem jajar legowo 2:1. Hasil panen VUB tersebut akan diserahkan kepada Dinas Pertanian setempat untuk selanjutnya dapat disebarkan ke daerah lain di Papua. (EPA)