Balitbang KP telah menghasilkan 71 teknologi terekomendasi selama tahun 2013 – 2014. Teknologi ini sudah siap untuk disampaikan penyuluh kepada masyarakat.
Kepala Bidang Pelayanan Teknis Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Catur Pramono Adi mengatakan 71 teknologi terekomendasi ini sudah mendapat SK Menteri Kelautan dan Perikanan. “Penyuluh lebih percaya diri menyampaikan teknologi terekomendasi. Jika teknologinya belum siap dan ada masalah di lapangan, penyuluh bisa disalahkan,” ungkap Catur di sela-sela acara Bimtek Teknologi Adaptif Kelautan dan Perikanan di Sukamandi, Jawa Barat, Senin (23/11).
Kepala Balai Diklat Aparatur (BDA) Sukamandi, Hasrat mencontohkan kekuatiran penyuluh jika menyampaikan teknologi yang tidak terekomendasikan. “Misalnya ada jenis bakau yang bisa diolah menjadi jus yang berkhasiat untuk menambah vitalitas kaum pria. Sementara ada jenis bakau lain yang justru menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi wanita. Kalau salah dikonsumsi oleh masyarakat, bisa berbahaya. Karena itu perlu kehati-hatian,” lanjut Hasrat.
Hasrat menambahkan, dulu penyuluh seolah dipaksa untuk mengetahui semuanya. Sekarang sudah sesuai kompetensinya atau bidang tugas keahliannya. “Jadi jika ada bimtek yang hadir sesuai kompetensinya. Mereka akan mudah menyerap dan memanfaatkannya di lapangan. Di tempat-tempat yang ada potensi perikanannya, kita dorong penyuluh ada di situ,” kata Hasrat.
Menurut Catur Pramono Adi, proses penelitian hingga menjadi teknologi terekomendasi melewati beberapa proses. Sebuah penelitian akan menghasilkan output berupa data maupun komponen teknologi misalnya benih dan pakan. Pada tahun berikutnya, komponen teknologi itu dijadikan paket teknologi, misalnya paket teknologi budidaya ikan nila.
Tahun berikutnya, paket teknologi harus diuji multi lokasi di daerah-daerah yang mungkin ada pengaruh dari luar atau lingkungan. “Waktu di laboratorium bisa saja hasilnya bagus. Ketika diuji di lapangan teknologi ini akan mendapat pengaruh lingkungan misalnya air yang terkontaminasi. Pasti ada nilai susutnya. Itu yang perlu diketahui,” kata Catur.
Dari uji multi lokasi ini, lanjut Catur, kita perlu umpan balik dari masyarakat. Masukan dari masyarakat akan menjadi masukan bagi peneliti untuk melakukan perbaikan. “Setelah itu kita daftarkan paket teknologi ke Komisi Litbang untuk dipaparkan dan dinilai oleh para pakar. Jika memenuhi kriteria, paket teknologi akan diusulkan ke menteri untuk mendapatkan SK,” pungkasnya.
Faktor Keberhasilan
Sementara itu, Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) Tukul Rameyo Adi dalam siaran persnya mengatakan ada lima faktor keberhasilan penerapan teknologi. Secara teknis, teknologi itu mengindikasikan dapat meningkatkan produksi, sederhana dan mudah digunakan, peralatan/komponen mudah didapatkan.
Secara ekonomis biaya operasionalnya terjangkau, menguntungkan dan bernilai tambah. Secara sosial menunjukkan bahwa teknologi sesuai dengan budaya setempat dan diminati. Di sisi lingkungan dicirikan dengan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Sementara secara secara Kelembagaan, adanya dukungan kebijakan dan kelembagaan.
“Kelima faktor keberhasilan penerapan teknologi sangat perlu diketahui untuk melengkapi suatu teknologi yang dihasilkan. Sehingga teknologi tersebut keluar sebagai paket teknologi yang lengkap, siap diterapkan oleh pengguna dan memberikan manfaat secara ekonomi berupa peningkatan pendapatan masyarakat,” pungkas Rameyo.