Jakarta, Technology-Indonesia.com – Blas merupakan penyakit pada tanaman padi yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini pada awalnya banyak ditemukan pada padi gogo, namun saat ini juga telah banyak menyebar pada padi irigasi. Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit ini.
Namun, penggunaan varietas tahan juga harus disesuaikan dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah. Upaya lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan varietas tahan adalah dengan tidak menanam satu varietas secara luas dan terus menerus. Bila padi ditanam terus menerus sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas.
Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal, dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu varietas. Untuk itu, Kementerian Pertanian terus mengupayakan berbagai program mendukung usaha peningkatan produksi padi yang dibarengi dengan teknologi penanganan hama dan penyakit, diantaranya melalui intensifikasi pertanian.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian Fadjry Djufry dalam keterangan tertulisnya mengatakan bahwa lahan sawah irigasi masih merupakan penyumbang produksi padi nasional terbesar. Dalam upaya peningkatan intensifikasi pertanian, penggunaan varietas unggul berpotensi hasil tinggi mutlak diperlukan.
“Salah satu upaya untuk mengatasi masalah peningkatan produktivitas serta ketahanan terhadap OPT (Organisme Penganggu Tanaman) utama maka perlu diupayakan perakitan varietas unggul baru padi sawah, yang memiliki produktivitas lebih tinggi dan ketahanan yang lebih baik dibandingkan varietas unggul yang sudah ada”, kata Fadjry. Sehingga, pilihan terhadap varietas unggul baru untuk stabilitas hasil masih perlu dilakukan, terutama untuk menghindari kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit.
Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga telah menyatakan bahwa Target pembangunan pertanian ke depan adalah peningkatan produksi minimal sebesar 7 persen per tahun dan terjadinya peningkatan ekspor produk pertanian menjadi tiga kali lipat pada tahun 2024 nanti.
“Agar keduanya tercapai saat ini adalah harus diutamanya, yakni penggunaan varietas unggul baru bersertifikat yang mampu bersaing di ranah ekspor,” tegasnya saat menghadiri Pekan Perlindungan Varietas Tanaman di Jakarta, Desember 2019 yang lalu.
Mentan juga terus mendorong pemulia varietas tanaman unggulan untuk selalu hadir dalam meningkatan kualitas produksi pertanian di Indonesia. “Anak anak bangsa ini tidak kalah untuk terus didorong dan ambil bagian apalagi kita punya lahan yang besar dan negara kita negara besar, mereka terus berkarya dan agar terus meneliti,” tuturnya.
Pada awal tahun 2020, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) telah melepas varietas unggul baru Inpari 48 Blas. Varietas ini merupakan hasil persilangan varietas yang tahan wereng coklat dengan varietas lokal Omas yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit blas daun.
Varietas Inpari 48 blas memiliki rata-rata hasil GKG (gabah kering giling) sebesar 7.64 ton/ha dengan potensi hasil 9.13 ton/ha. Rata-rata hasil GKG tersebut nyata lebih tinggi daripada Inpari 30, dan setara dengan Inpari 32 dan Inpari 43. Varietas ini memiliki ketahanan wereng coklat yang lebih baik daripada Inpari 30, Inpari 32, dan Inpari 43. Selain itu Inpari 48 Blas agak tahan terhadap hawar daun bakteri, dan memiliki ketahanan terhadap 4 ras utama penyakit blas.
Varietas ini memiliki kulit gabah yang tipis dengan rendemen beras pecah kulit berkisar 77.8% dan beras kepala 95.1%. Varietas ini bertekstur nasi pulen dengan kadar amilosa setara Ciherang, yaitu besar 23.58%. Inpari 48 Blas memiliki daya hasil tinggi, dan rasa nasi disukai diharapkan dapat memberikan alternatif varietas bermutu kepada petani di lahan sawah irigasi.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) melalui Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) saat ini sedang memproduksi benih sumber dari varietas baru ini baik untuk benih label kuning (BS), label putih (FS) dan label ungu (SS) agar segera dapat disebarluaskan pada tahun ini. (Sita/Shr)