Jakarta, Technology-Indonesia.com – Industri 4.0 dapat meningkatkan efisiensi faktor produksi dan produktivitas pertanian sehingga dapat meningkatkan daya saing dan ekspor komoditas pertanian. Sektor pertanian sudah memasuki industri 4.0 dengan mengimplementasikan smart agriculture, seperti smart green house, smart irrigation, autonomous tractor, dan lain-lain.
Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Pertanian, Dedi Nursyamsi menyatakan hal tersebut saat perayaan HUT ke-12, Okezone.com yang menggelar roundtable discussion bertema “Kolaborasi untuk Negeri” pada Selasa sore (12/3/3019) di News Tower, Jakarta.
Smart agriculture, terangnya, telah memanfaatkan internet of things, artificial intelligence, serta teknologi informasi dan komunikasi dalam meningkatkan produksi pertanian.
Pada berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa ke depan olah tanah, tanam, panen hingga pengolahan hasil harus menggunakan mesin otomatis yang terintegrasi dengan jaringan internet sehingga pekerjaan tersebut dapat dikendalikan dari rumah dengan menggunakan remote control.
Di kesempatan roundtable discussion tersebut, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengapresiasi Kementan yang telah mendorong tumbuhnya petani milenial untuk mendongkrak produksi pertanian. Hal ini diamini CTO MNC Group & COO MNC Innovation Center, Yudi Hamka yang mengatakan bahwa milenial umumnya melek teknologi informasi dan komunikasi. Jika dibimbing dengan baik, mereka pasti mampu bersaing dengan dunia internasional.
Perkembangan industri 4.0 menghadirkan berbagai tantangan baru yang harus siap dihadapi oleh dunia industri. Hal ini tidak perlu ditakutkan, akan tetapi perlu diantisipasi dan direspon secara memadai. Fenomena ini justru memunculkan peluang-peluang yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya.
Lebih lanjut Hammam mengatakan bahwa saat ini dunia dengan dipelopori Jepang memasuki era society 5.0 yaitu era dimana konsep masyarakat berpusat pada manusia (human centered) dan berbasis teknologi (technology based). Apabila suatu masyarakat memanfaatkan industry 4.0 untuk keperluan hidup artinya mereka sudah memasuki era society 5.0.
Roundtable discussion yang membahas soal infrastruktur, revolusi industri 4.0, dan era society 5.0 ini menghadirkan narasumber dari Kementan, Kemenperin, Kemenhub, Kemenristekdikti, Kemen PUPR, BPPT, POLRI, BUMN, Walikota Makassar, dan para pelaku industri. Agung Setyo/Kementan